BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporankeuangan merupakan salah satu sarana penting dalam suatu perusahaan, baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai media yang dipakai untuk menilai kinerja perusahaan, untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan dan juga sebagai media komunikasi yang berisi berbagai macam informasi yang dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan antara lain: pemilik perusahaan, manajemen, investor, kreditor, pemerintah, karyawan perusahaan, supplier, konsumen dan masyarakat umum lainnya. Sebagaimana dinyatakan dalam PSAK No.5 (Revisi 2009), dimana tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) terdiri dari laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (Neraca), laporan arus kas, catatan atas perubahan laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan merupakah salah satu bentuk dari pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pihak manajemen atas sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya. Penyusunan laporan keuangan mempunyai tujuan utama yakni sebagai alat dalam pengambilan keputusan yang bersifat ekonomi. Dalam laporan keuangan secara umum berisi informasi yang penting serta bermanfaat sesuai dengan kebutuhan pemakainya, tetapi dalam kenyataannya pihak 1
pemakailebih banyak terfokus pada informasi labadalam laporan laba rugi saja, tanpa memperhatikan bagaimana prosedur yang digunakan untukl menghasilkanl informasi laba tersebut. Dwiputra dan Suryanawa (2016) menyatakan bahwa Laba yang dihasilkan perusahaan dapat menggambarkan bagaimana kinerja perusahaan tersebut, sebagai informasi dalam pembagian laba serta penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi sorotan banyak kalangan, seperti akuntan, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham maupun ekonom. Perhatian tersendiri yang dilakukan oleh investor pada laba perusahaandapat menimbulkan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behavior) yang dilakukan oleh pihak manajemen. Menurut Setyani & Liffa (2012) disfuntional behavior terkait erat dengan teori keagenan, dimana hal ini akan menimbulkan asimetri informasi antara pihak agent dan pihak principal. Asimetri informasi terjadi pada saat agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai lingkungan perusahaan dan prospek perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan pihak principal. Konflik keagenan iniakan muncul apabila masing-masing pihak,baik principal maupun agent mempunyai perbedaankepentingan dan ingin memperjuangkan kepentingannya masing-masing.Konflik kepentingan ini akan semakin meningkat, terutama
karena
principal
tidak
dapat
memonitorkinerja
agent
pada
kesehariannyadalam mengelolan perusahaan (Setyani & Liffa, 2012).Teori keagenan mengindikasikan adanya perbedaan kepentingan antara pemilik dengan manajeryang dapat memicu praktik kecurangan yang dilakukan oleh menajer. Principal dan agent akan bertindak untuk memaksimalkan keuntungannya,
2
sehingga celah ini dimanfaatkan oleh agent dalam hal ini yakni pihak manajemen untuk melakukan pengelolaan laba (earningmanagement ). Manajemen laba
(earning management)
merupakan suatu tindakan
merekayasa pelaporan keuangan dalam batas-batas tertentu dan tidak melanggar standar pelaporan keuangan yang telah ditetapkan.Tindakan manajemen laba dapat dilakukan oleh manajemen dengan beberapa bentuk
salah satunya yakni
dengancara perataan laba ( income smoothing ). Perataan laba merupakan suatu tindakan yangdilakukan oleh manajemen yang bertujuan untukmengurangi fluktuasi laba dalam laporan keuangan, sehingga laba pada suatu periode tidak akan jauh beda dengan laba pada tahun sebelumnya (Widana & Yasa, 2013). Praktek perataan laba merupakan tindakan yang umum,logis dan rasional dilakukan
oleh
para
manajer
di
perusahaankarena
tidak
melanggar
standarakuntansi. Terkadang tindakan perataan laba ini dianggap sebagai tindakan yang menyesatkan karena tidak menggambarkan posisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya akibatnya tindakan perataan laba dianggap dapat membuat keputusan yang diambil oleh pihak eksternal salah atau keliru (Suryani & Damayanti, 2013). Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini telah banyak dilakukan, namun hasilnya tidak konsisten. Diantaranya penelitian yang dilakukan Ramanuja & Mertha (2015) serta Zuhriya & Wahidahwati (2015)menyimpulkan menunjukkan hasil yang sama yakni Debt to Equity Ratio (DER) signifikan positif terhadap perataan laba, sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Widana & Yasa, 2013) dan (Jamaluddin dan Amanah; 2014), menyimpulkan
3
bahwa DER signifikan negatif terhdap perataan laba. Rasio hutang yang besar mengakibatkan resiko semakin meningkat. Sehingga semakin besarnya leverage suatu perusahaan, maka resiko yang ditanggung oleh pemilik modal juga akan semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Zuhriya dan Wahidahwati (2015), dapat diambil kesimpulan bahwa pengujian secara simultan menunjukkan ukuran perusahaan tidaksignifikan negatif terhadap tindakan perataan laba. Sedangkan menurut Jamaluddin dan Amanah (2015) membuktikan kalau ukuran perusahaan berpengaruh positif. Hal ini mengidentifikasi kalau semakin besar ukuran perusahaan maka belum tentu semakin besar pula perusahaan itu melakukan tindakan perataan laba (Setyani dan Liffa, 2012). Hal ini dikarenakan ukuran perusahaan belum mampu menggambarkan secara langsung kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh (Adiningsih dan Asyik; 2014). Hasil penelitian oleh Jamaluddin dan Amanah (2015), NPM memiliki pengaruh pada perataan laba, hal ini dikarenakan margin ini terkait langsung dengan objek perataan laba yakni laba setelah pajak. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Widana dan Yasa (2013). Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuhriya & Wahidahwati (2015) yang menunjukkan kalau NPM signifikan negatif terhdap perataan laba. Dengan NPM yang tinggi dapat memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan tersebut baik. NPM biasanya dijadikan objek oleh manajer untuk melakukan praktik perataan laba,
4
karena adanya kecenderungan lebih dari pihak pemegang saham hanya terfokus pada laba bersih setelah pajak. Peneltian yang dilakukan oleh Widana dan Yasa (2013), Jamaluddin dan Amanah (2015), Ramanuja dan Mertha (2015), serta Zuhriya dan Wahidahwati (2015) sama-sama menyimpulkan kalau profitabilitas perusahaan yang dihitung dengan menggunakan Return On Asset (ROA) signifikan positif terhadap perataan laba. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) dalam penelitian yang dilakukan Widana dan Yasa (2013) menunjukkan hasil signifikan negatif. sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nazira dan Ariani (2016) yang menyimpulkan dividen payout ratio (DPR) sigfinikan terhadap tindakan perataan laba. Pembagian dividen setiap tahunnya pastinya akan berbeda tergantung laba yang diperoleh perusahaan. Jika laba perusahaan stabil maka dividen yang dibagikan pun akan meningkat dan lebih bervariasi, maka dapat memacu manajemen untuk melakukan perataan laba ( Ginantra dan Putra, 2015). Varian nilai saham digunakan untuk menghitung resiko pasar pada suatu portofolio pada periode tertentu dengan tingkat keyakinan tertentu dalam kondisi pasar yang normal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramanuja dan Mertha (2015) menyimpulkan bahwa varian nilai saham tidak berpengaruh pada tindakan perataan laba. Hasil ini didukung hasil penelitian dari Putra dan Suardana (2015), menunjukkan apabila suatu portofolio memiliki tingkat resiko yang rendah tidak mengindikasikan suatu perusahaan melakukan perataan laba.
5
Zuhriya dan Wahidahwati (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan kalau operating profit margin dan resiko saham menunjukkan hasil tidak signifikan, dan price book valuemenunjukkan hasil signifikan negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Nazira dan Ariani (2016) dapat diambil kesimpulan bahwa operating profit margin signifikan terhadap perataan laba. Tetapi jenis industri menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap perataan laba. Dari uraian sebagaimana yang telah diuraikan di muka, maka dapat disimpulkan tabel Research Gap seperti berikut : Tabel 1.1 Research Gap Variabel Dependen (Y)
Peratan Laba
Variabel Dependen (Y)
Variabel Independen (X)
Widana & Yasa (2013)
Jamaluddin & Amanah (2015)
Ramanuja & Mertha (2015)
Zuhriya & Wahida hwati (2015)
Nazira & Ariani (2016)
Debt Equity Ratio Size
Tdk Sig Sig -
Sig -
Sig +
Sig +
-
Sig +
Net Profit Margin Return On Asset Kepemilika n Publik Varian Nilai saham Operating Profit Margin
Sig +
Sig +
-
Tdk Sig + Sig -
-
Sig +
Sig +
Sig +
Sig +
-
-
-
Tdk Sig +
-
-
-
-
Tdk Sig +
-
-
-
-
-
Variabel Independen (X)
Widana & Yasa (2013)
Jamaluddin & Amanah (2015)
Ramanuja & Mertha (2015)
to
6
Tdk Sig Sig +
Zuhriya & Wahida hwati (2015)
Nazira & Ariani (2016)
Price to Book Value Dividen Sig Payout Ratio Peratan Jenis Laba Industri Kepemilika n Manajerial Risiko Saham Sumber: Artikel-artikel terdahulu
-
-
Sig -
-
-
-
-
-
-
-
Tdk Sig
-
-
-
Sig
-
-
Tdk Sig -
Sig
Tindakan perataan laba tidak terlepas dari kemajuan teknologi dan perkembangan dunia usaha, situasi perekonomian yang tidak menentumendorong manajemen perusahaan untukbekerja lebih efektif dan efisien agar perusahaan mampu menjaga kestabilan danmeningkatkan kinerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan dari luar. Namun,dalam kenyataannya untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak eksternalmanajemen cenderung berambisi untuk menampilkan laba yang tinggi dengan mengenyampingkan usaha-usaha dalam memperoleh laba tersebut. Ada banyak alasan yang memotivasi manajemen melakukan tindakan perataan laba, antara lain untuk memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor, karyawan, dan pihak yang terkait lainnya, untuk memperbaiki citra perusahaan dan memberi informasi kalau perusahaan mempunyai risiko yang rendah atau kecil, serta dapat memberitahukan informasi yang relevan terkait dengan tindakan dalam melakukan prediksi terhadap laba pada masa yang akan datang, meningkatkan persepsi pihak
7
-
eksternal terhadap kemampuan manajemen, dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen (Adiningsih dan Asyik, 2014). Sampai sekarang ini, praktik perataan laba dianggap sebagai fenomena yang umum dilakukan oleh para manajemen perusahaan, karena sampai sekarang ini pula masih banyakperusahaan yang mengalami masalah fluktuasi laba. Kondisi ini dapat mengancam keberlangsungan perusahaan di masa depan. Akibatnya, akan timbul rasa keengganan oleh para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai β Pengaruh Financial Leverage, Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin (NPM), Dividen Payout Ratio (DPR), Kepemilikan Publik, dan Varian Nilai Saham Terhadap Praktik Perataan Laba. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini dilakukan untuk menemukan bukti empiris mengenai : 1. Apakahterdapat pengaruh financial leverage terhadap praktik perataan laba pada perusahaan property dan reale estateperiode 2011-2014 ? 2. Apakahterdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan property dan real estate periode 2011-2014? 3. Apakahterdapatpengaruh net profit margin ( NPM ) terhadap praktik perataan laba pada perusahaan property dan real estateperiode 2011-2014? 4. Apakahterdapatpengaruh dividen payout ratio (DPR)terhadap praktik perataan laba pada perusahaan property dan real estateperiode 2011-2014?
8
5. Apakahterdapatpengaruh kepemilikan publik terhadap praktik perataan laba pada perusahaan property dan Real estateperiode 2011-2014? 6. Apakahterdapatpengaruh varian nilai saham terhadap praktik perataan laba pada perusahaan property dan real estateperiode 2011-2014? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengujisecaraempiris pengaruh Financial leverageterhadap praktik perataan laba pada perusahaan property dan realestateperiode 2011-2014.
2.
Untuk mengujisecaraempirispengaruh Ukuran Perusahaanterhadap praktik perataan laba pada perusahaan property dan real estateperiode 2011-2014.
3.
Untuk mengujisecaraempiris pengaruh Net profit margin (NPM) terhadap praktik perataan laba pada perusahaan property dan real estateperiode 20112014.
4.
Untuk mengujisecaraempirispengaruh Deviden payout ratio (DPR) terhadap praktik perataan laba pada perusahaan property dan real estateperiode 20112014.
5.
Untuk mengujisecaraempiris pengaruh Kepemilikan Publikterhadap praktik perataan laba pada perusahaan property dan real estateperiode 2011-2014.
6.
Untuk mengujisecaraempirispengaruh Varian nilai sahamterhadap praktik perataan laba pada perusahaan property dan real estateperiode 2011-2014.
1.3.2 1.
Kegunaan Penelitian
Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan untuk mengetahui bukti empiris tentang pengaruh Financial Leverage, Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin
9
(NPM),Dividen Payout Ratio (DPR), Kepemilikan Publik, Varian Nilai Saham Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Property dan Reaal Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014. 2.
Bagi investor, dapat memberikan wawasan kepada investor untuk mengantisipasai adanya praktik perataan laba yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan sebelum berinvestasi.
3.
Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk lebih menyempurnakan berbagai keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.
4.
Bagi Manajemen. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan kembali apabila ingin melakukan praktik perataan laba.
10
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel adalah konstruk atau hal yang sedang diteliti yang merupakan simbol yang diberi angka atau nilai. Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Variabel dalam penelitian ini ada 7, satu variabel terikat dan enam variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu Perataan Laba. Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain financial leverage, ukuran perusahaan, net profit margin, divident payout ratio, kepemilikan publik, dan varian nilai saham. 3.1.2 Definisi Operasional 3.1.2.1 Perataan Laba Tindakan perataan laba merupakan tindakan yang umum atau rasional dilakukan oleh manajemen, tindakan perataan pada laba bersih yang diperoleh perusahaan merupakan tindakan yang sengaja dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi perbedaan atau perubahan laba dengan mempergunakan cara atau metode akuntansi tertentu. Tindakan perataan laba diuji dengan indeks Eckel (1981). Indeks Eckel akan membedakan antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba
1
dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Indeks Eckel menggunakan Coefficient Variation (CV) variabel penghasilan dan variabel penjualan bersih. Indeks Perataan Laba dihitung sebagai berikut (Eckel, 1981):
πΆπ π₯πΌ
IPL = CV ΞS
Keterangan: CV = Koefisien variasi variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. βI = Perubahan laba setelah pajak dalam satu periode. βS = Perubahan penjualan dalam satuperiode. Nilai CV βI dan CVβS dihitung dengan rumus:
CV βI atau CVβS =
ββ(βπ₯ββΓ πβ1
βΆ βπ₯
Keterangan: βx = Perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1 βπ₯ = Rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1 n
= Banyaknya tahun yang diamati Langkah-langkah yang digunakan untuk perhitungan indeks Eckel adalah
sebagai berikut: 1. Menghitung perubahan rata-rata laba bersih dan perubahan rata-rata penjualan.
2
2. Menghitung standard deviation of sales dan standard deviation of earning. 3. Menghitung Coefficient of variations of sales (CVβS) dan Coefficient of variations of earning (CVβI) perusahaan yang diteliti. Dengan cara membagi standar deviasi penjualan dan laba bersih dengan perubahan ratarata penjualan dan laba bersih. 4. Dengan diperolehnya CVβS dan CVβI maka perhitungan indeks Eckel perusahaan yang diteliti dapat dilakukan, dengan membagi CVβI dengan CVβS. Kriteria perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba adalah: a. Perusahaan dianggap melakukan tindakan perataan laba apabila indeks eckel< 1 (CVβS > CVβI) dan diberi simbol angka 1. b. Perusahaan dianggap tidak melakukan tindakan perataan laba apabila indeks eckel> 1 (CVβS β€ CVβI) dan beri simbol angka 0. 3.1.2.2 Financial Leverage Financial leverage perusahaan dapat diukur dengan menggunakan debt to equity ratio (DER) yang menunjukkan perbandingan utang terhadap modal. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi mempunyai risiko keuangan yang tinggi pula, hal ini dapat memicu terjadinya fluktuasi laba di masa depan.. DER =
Total Hutang Total Ekuitas
3.1.2.3 Ukuran Perusahaan Perusahaan dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) golongan berdasarkan jumlah aset yang dimiliki, yaitu perusahaan dengan skala besar, sedang, dan kecil. 3
Diindaksikan semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan untuk melakukan perataan laba. Perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis sebab kenaikan laba yang terlalu drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan merusak citra perusahaan.
Ukuran Perusahaan = LN(Total Asset)
3.1.2.4Net Profit Margin (NPM) Manajemen akan menampilkan kinerja yang terbaik untuk meningkatkan NPM perusahaan agar dapat menambah kepercayaan investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Meningkatkan kinerja dari perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan perataan laba agar selalu mendapatkan laba yang sesuai keinginan.Rasio ini digunakan untuk menunjukkan laba bersih (EAT = Earning After Tax) yang dapat dicapai dari setiap penjualan perusahaan. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan seberapa kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan untuk mengendalikan perusahaan, operasi dan pinjaman-pinjaman perusahaan. Laba bersih yang diperoleh juga tergantung pada kebijakan pemerintah mengenai tingkat suku bunga dan pajak penghasilan yang akan mengurangi laba bersih yang diperoleh perusahaan.
NPM =
Laba Setelah Pajak Penjualan
4
3.1.2.5 Dividend Payout Ratio (DPR) Devidend payout ratio merupakan deviden per lembar dibagi dengan laba per lembar. Deviden per lembar adalah jumlah deviden per lembar saham yang dibagikan kepada para pemegang saham, sedangkan laba per lembar adalah jumlah laba bersih setelah pajak per lembar saham. Kebijakan deviden yang dibagikan oleh perusahaan diyakini sebagai salah satu faktor yang dilihat oleh para investor untuk membuat keputusan investasi. Sebagian besar investor menyyukai perusahaan yang menerapkan kebijakan deviden yang tinggi, dengan tingkat risiko untuk terus mempertahankan kestabilan laba perusahaan. Dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham setiap tahunnya diyakini akan fluktuatif, tergantung laba yang diperoleh perusahaan dan juga keputusan dari manajemen atas besarnya deviden yang dibagikan kepada pemegang saham dan laba yang akan ditahan untuk sumber dana untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan selanjutnaya. DPR =
Dividen Per Lembar Laba Per Lembar
3.1.2.6 Kepemilikan Publik Proporsi kepemilikan publik yang tinggi dalam suatu perusahaan membuat manajemen harus selalu dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik, yakni dengan cara menampilkan performa laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor. Kinerja perusahaan yang selalu baik akan mempengaruhi para keputusan investor untuk berinvestasi. karena kondisi tersebut manajemen
5
cenderung melakukan perataan laba agar selalu dapat menampilkan kinerja yang terbaik dalam perusahaan. Jumlah Saham yang dimiliki Oleh Publik Jumlah Saham yang beredar
KP =
3.1.2.7 Varian Nilai Saham Ketidakpastian return yang akan diperoleh oleh investor dimasa yang akan datang, dan belum diketahui pula berapa besaran nilai yang akan didapatkan, membuat investor harus menghitung estimasi nilai return yang diterimanya dengan segala kemungkinan yang akan dapat terjadi. Risiko dan return merupakan hubungan yang sifatnya positif, dimana semakin besar risiko yang harus ditanggung, maka semakin besar return yang harus dikompensasikan. βππ=1( π
π‘ β π
Μ
)2 π = πβ1 2
Definisi operasional variabel dependen dan variabel independen dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
No 1.
Nama Variabel Perataan laba (Y)
Tabel 3.1 Definisi Variabel Operasional Definisi Variabel Indikator Suatu cara yang dilakukan secara sengaja yang bertujuan untuk memfluktuasi atau merataan laba. Variabel dummy
6
CV ΞπΌ
IPL =CV ΞS
Sumber Zuhriya dan Wahidahwati (2015)
No
2.
3.
4.
Nama Variabel
Definisi Variabel
Sehingga, terlihat baik dan stabil, dan laba yang diperoleh pada periode tertentu tidak terlalu berbeda dengan laba pada periode sebelumnya. Financial Kemampuan Leverage perusahaan dalam membayar hutang dengan equity yang dimilikinya.DER (Debt to Equity Ratio) digunakan sebagai indikator pengukuran Ukuran Ukuran perusahaan Perusahaan adalah suatu indikator yang dapat menunjukkan karakteristik suatu perusahaan atau skala yang dapat mengklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan. Pada penelitian ini ukuran perusahaan ditentukan dengan total aset. Net Profit NPM digunakan untuk Margin mengukur (NPM) kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam pengelolaan sumber- sumberyang dimilikinya. NPM dapat dilihat.dari perbandingan antara laba sesudah pajak dengan penjualan bersih
7
Indikator
π·πΈπ
=
Sumber
ππππ΄πΏ π»πππ΄ππΊ Jamaluddin ππππ΄πΏ πΈπΎππΌππ΄π dan Amanah (2015), Ramanuja dan Mertha (2015)
Ukuran Perusahaan = LN Widana dan (Total Asset) Yasa (2013), Jamaluddin dan Amanah (2015)
πππ πΏπππ ππππ πβ π ππ‘πππβ πππππ = πππππ’ππππ
Jamaluddin dan Amanah (2015), Zuhriya dan Wahidahwati (2015)
No 5.
6.
7.
Nama Variabel Dividend Payout Ratio (DPR)
Definisi Variabel Dividen Payout Ratio adalah dasar dalam melihat seberapa besar laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Besarnya pembayaran dividen ditentukan dari tingkat perolehan
laba yang didapatkan perusahaan dan kebijakan dari pihak manajemen dari perusahaan yang didasarkan pada keputusan dewan direksi/komisaris perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) setiap tahunnya. Kepemilikan Kepemilikan Publik Publik digunkan untuk membandingkan saham yang dimiliki publik dengan jumlah saham perusahaanyang beredar.
Varian Nilai Varian nilai saham Saham yaitu pengukuran yang digunakan untuk menghitung resiko saham perusahaan.Varian nilai saham merupakan kuadrat dari deviasi standar
8
Indikator
Sumber
DPR Dividen Per Lembar = Laba Per Lembar
Nazira dan Ariani (2016), Ginantra dan Putra (2015)
πΎπ π½π’πππβ ππβππ π¦πππ = π·πππππππ ππ’ππππ π½π’πππβ ππβππ π¦πππ π΅ππππππ
Ramanuja dan Merha (2015)
( π·π β π·πβπ ) Ramanuja dan Mertha π·πβπ (2015), Dimana : Rt = Return saham pada akhir bulan ke-t Pt = Clossing Price pada akhir bulan ke t Pt-1 = Closing price pada akhir bulan ke t-1 πΉπ =
No
Nama Variabel
Definisi Variabel Varian Nilai Saham dalam penelitian ini merupakan kuadrat dari deviasi standar/penyimpangan perhitungan return ekspektasi selama 4 tahun.
Indikator ππ =
Sumber
Μ
)π βππ=π( πΉπ β πΉ
πβπ Dimana : Ο^(2 )= Varian Saham i Rt = Return saham pada periode ke-t π
Μ
= Rata-rata return saham waktu ke t N = Jumlah tahun penelitian
3.2. Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Sampel 3.2.1 Objek Penelitian Dan Unit Sampel Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif dan dilakukan pada seluruh perusahaan disektorproperty danreal estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2011-2014. Objek penelitianini adalahlaporankeuanganperusahaan property dan real estateyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4 tahun yaitu dari tahun 2011 sampai dengan 2014.Perusahaan property dan real estatedipilih karena memiliki persaingan bisnis yang kuat dalam dunia kerja, memiliki pangsa pasar yang cukup besar di Indonesia dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sehingga perusahaan yang bergerak disektor property dan real estateyang go public di BEI (Bursa Efek Indonesia) harus mempunyai keunggulan yang kompetitif. Sehingga hal ini dapat tidak menutup kemungkinan jika manajemen akan melakukan pratik perataan laba atau memanipulasi data laporan keuangan untuk menarik para investor untuk menanamkan sahamnya.
9
3.2.2Populasi dan Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan go publicyang terdaftar di BEI pada periode 2011-2014. Dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel yang tidak acak dengan berdasarkan kriteria tertentu. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah dengan kriteria sebagai berikut: 1) Perusahaan property dan real estateyang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011-2014. 2) Perusahaan property dan real estate yang tidak melakukan delisting selama periode 31 Desember 2011 - 31desember 2014. 3) Perusahaanproperty dan real estateyang menerbitkan laporan tahunan(annual report) per 31 Desember padatahun 2011,2012,2013,2014 dengan lengkap, valid dan telah diaudit serta seluruh prospektusnya terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang melakukan perataan laba. 4) Perusahaan property dan real estateyang tidak mengalami kerugian selama tahun 2011 sampai dengan 2014. 5) Perusahaan property dan real estate yang membayarkan deviden selama 2011-2014. 3.3 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenisnya, data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angkaangka. Adapun data tersebut adalah laporan keuangan dalam bentuk financial data and ratios perusahaan property dan real estate tahun 2011, 2012,2013, dan 2014 10
yang go public di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan waktu pengumpulannya,data ini merupakan data time series cross sectional (pooling data), yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu. Data kualitatif diperoleh dari artikel, jurnal, penelitian terdahulu, buku-buku pustaka yang mendukung penelitian dan proses penelitian serta publikasi-publikasi dalam berita bisnis, publikasi emiten, situs-situs resmi dan sumber-sumber lain yang relevan. 3.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri laporan tahunan yang terpilih menjadi sampel. Sesuai dengan data yang diperlukan yaitu data sekunder, maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi yang berdasarkan laporan keuangan periode 2011 sampai dengan 2014 yang dipublikasikan oleh (BEI) dan diperoleh melelui situs resmi Indonesia Stock Exchange (IDX) dengan website https://www.idx.co.id dan dari https://www.yahoofinance.com. 3.5 Metode Analisis Setelah data yang diteliti sudah terkumpul, maka dilakukan analisis data. Metode analisis data adalah suatu teknik atau prosedur yang dipakai untuk menguji hipotesis penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder, oleh karena itu metode analisis yang digunakan adalah metode analisis data kuantitatif dengan menggunakan alat bantu perangkat lunak pengoleh data statistik yaituStatistical Package for the Social Science (SPSS) versi 22 sebagai alat untuk menguji data. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan analisi regresi
11
berganda untuk menghasilkan data statistik yang dapat dipercaya serta mudah dipahami. namun sebelum melakukan analisis regresi berganda terlebih dahulu akan dilakukan analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik.Berikut penjelasan metode pengujian yang digunakan: 3.5.1Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif adalah suatu cara pendeskripsian yang menggambarkan atau mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami dengan mudah. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau pun deskripsi suatu data yang dilihat darimean, minimal, dan maksimal, dan standar deviasi dari data yang disajikan.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Financial leverage, Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin (NPM), Dividen Payout Ratio (DPR), Kepemilikan Publik, dan Varian Nilai Saham. 3.5.2
Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik
yang yang meliputi syarat-syarat adalah data yang harus terdistribusi secara normal, tidak mengadung multikolonieritas, autokorelasi dan heteroskodastisitas. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji mormalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskodastisitas. 3.5.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terkait dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
12
tidak. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal (Ghozali, 2012:160). Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak, dapat dilihat melalui normal probability plot, yaitu dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Data normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Data akan normal jika signifikan < Ξ± β 0,05.. Selain itu untuk menguji normalitas residual dilakukan dengan dengan menggunakan uji statistic non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Apabila dalam pengujian hasil Kolmogrov-Smirnov menunjukan nilai signifikan diatas 0,05 maka data residual terdistribusi dengan normal. Begitu pula sebaliknya, jika hasil pengujiam menunjukkan nilai Kolmogrov-Smirnov memiliki hasil signifikan dibawah 0.05 maka data residual terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2012:165). 3.5.2.2 Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Tidaknya adanya multikolinieritas dapat diketahui dengan menganalisis nilai tolerance serta Variance Infaction Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan variabel bebas lainnya. Suatu variabel dikatakan bebas dari asumsi multikolinieritas, apabila nilai VIF > 1,0 dan nilai tolerance < 0,1. Nilai VIF dibatasi tidak lebih (<) dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang (>) dan 10% atau 0,1. (Ghozali, 2012:105)
13
3.5.2.3 Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi dalam penelitian ini terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan dengan pengganggu pada periode t - 1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, dapat dikatakan terjadi pula sebuah problem yang dinamakan autokorelasi. Autikorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lainnya. Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW Test), yaitu untuk menguji apakah terjadi korelasi serial atau tidak dengan menghitung nilai d statistic. 3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Ghozali (2012:139) homoroskedastisitas terjadi jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, dan jika berbeda
disebut
Heteroskedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
Homoroskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2012:142), Uji Glejserdigunakan untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dalam pengujian data yaitu dengancara meregres variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residual (UbsUt). Residual sendiri dapat diartikan sebagai selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi, sedangkan absolut adalah nilai mutlaknya. Dasar pengambilan keputusan uji glejser yaitu apabila nilai Thitung lebih kecil dari Ttabel dan nilai signifikansinya β₯ 0,05, 14
maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada pengujian data yang dilakukan, begitupun sebaliknya (Ghozali, 2012:143). 3.5.3 Analisis Regresi Berganda Metode statistik yang digunakan untuk menguji hepotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression). Uji regresi berganda ini digunakan untuk menguji pengaruhFinancial leverage, Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin (NPM), Dividen Payout Ratio (DPR), Kepemilikan Publik, dan Varian Nilai Saham terhadap Perataan Laba. Berikut ini merupakan matode regresi berganda linier, dengan model matematis sebagai berikut:
PL=Ξ±+Ξ²1DER+Ξ²2SIZE+Ξ²3NPM+Ξ²4DPR+Ξ²5KP+Ξ²6VNS+Ξ΅ Dimana : PL
= Perataan Laba
Ξ±
= Konstanta
DER
= Debt to Equity Ratio
SIZE
= Ukuran Perusahaan
NPM
= Net Profit Margin
DPR
= Dividen Payout Ratio
KP
= Kepemilikan Publik
VNS
= Varian Nilai Saham
Ξ²1,Ξ²2,Ξ²3,Ξ²4,Ξ²5, Ξ²6
= Slope atau koefisien regresi atau intersep
Ξ΅
=Variance variabel perataan laba yang tidak dijelaskan variabelindependen
15
3.5.4 Pengujian Hipotesis Secara statistik, dalam menaksir nilai actual dapat diukur dengan nilai statistik t, nilai statistik f, serta koefisien determinasi. Menurut Ghozali (2012:97) perhitungan statistik dikatakan signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima Pengujian hepotesis menggunakan model regresi yang bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen serta kemampuan model dalam menjelaskan Perataan Laba. 3.5.4.1 Pengujian Parsial (Uji Statistik t) Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian parsial meggunakan uji t, yakni dengan cara membandingkan Thitung dengan Ttable dengan nilai signifikansi 5%. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terkait). Dimana hipotesis nol (H0) yaitu hipotesis tidak adanya pengaruh, dan hipotesis alternatifnya (Ha) menyatakan adanya pengaruh.
Adapun hipotesis statistik secara persial adalah sebagai berikut: H0 : Ξ²-0 artinya tidak ada pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. 16
Ha : Ξ²β 0 artinya ada pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan adalah: Jika t hitung < t table maka H0 diterima dan Ha ditolak Jika t hitung > t table maka H0 ditolak dan Ha diterima (Ghozali, 2012:99) 3.5.4.2 Pengujian Simultan (Uji Statistik F) Pengujian ini bertujuan untuk menunjukan apakah semua variabel independen dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji F dapat dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan level of significant 5%. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 5% maka hipotesis ditolak artinya secara simultan variabel-variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Begitu pula sebaliknya, jika nilai signifikan lebih kecil dari 5% maka hipotesis diterima. Hal ini berarti bahwa simultan variabel-variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen Kriteria pengambilan keputusan: Jika F hitung < F table, maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika F hitung > F table, maka H1 diterima dan H0 ditolak 3.5.4.3 Koefisien Determinasi (R2) Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji tingkat keterikatan antar variabel dependen dan variabel independen yang bisa dilihat dari besarnya nilai 17
koefisien
determinan
(adjusted
R-square).Biasanya
koefisien determinasi
dinyatakan dalam presentase (%). Nilai R2 diperoleh dari kuadrat koefisien korelasi yang dapat menunjukan besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Dalam mencari nilai koefisien determinasi rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : KP = r2 x 100%
Dimana: KP = Nilai Koefisien Penentu (Kd) r
= Nilai Koefisien Korelasi Nilai koefisien determinasi tidak pernah negative dan paling besar sama
dengan satu. Maka dengan demilian berlaku rumus 0 β€ Kd β€ 1.
18