BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Laba adalah informasi yang dijadikan input oleh investor untuk menilai
kinerja perusahaan (Francis, LaFond, dan Olsson, 2004). Laba dengan kualitas tinggi adalah laba yang dapat merepresentasikan kinerja perusahaan dengan baik. Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2012), informasi keuangan yang berkualitas harus memiliki empat karakteristik kualitatif, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan. Penjelasan di atas menunjukkan pentingnya kualitas laba untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam menilai kinerja perusahaan. Pada kenyataannya, beberapa kasus dalam pelaporan keuangan perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa laba yang disajikan oleh manajemen merupakan laba yang telah direkayasa. Misalnya, pada tahun 2002, BAPEPAM (sekarang OJK) menyatakan bahwa terjadi penggelembungan (mark up) laba bersih PT Kimia Farma Tbk tahun 2001. Penggelembungan laba bersih tersebut dipastikan merupakan tanggung jawab manajemen lama PT Kimia Farma Tbk (Syahrul, 2002). Seiring berjalannya waktu, rekayasa laba masih ditemukan di Indonesia. Pada tanggal 13 Februari 2015, PT Inovisi Infracom Tbk (INVS) diberhentikan sementara oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) karena melaporkan overstated laba bersih per saham yang disajikan dalam laporan keuangan kuartal III-2014 (Aliya, 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa laba yang dilaporkan
1
dalam laporan keuangan perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya laba yang berkualitas, karena masih terdapat rekayasa dari pihak manajemen. Melihat kedua kasus di atas, penelitian mengenai pengaruh aspek manajerial terhadap kualitas laba merupakan topik yang menarik untuk dikaji karena dapat membantu pengguna laporan keuangan dalam menentukan keputusan yang tepat terkait keputusan ekonomi. Penelitian sebelumnya mengenai faktor yang mempengaruhi kualitas laba hanya terbatas pada aspek perusahaan, seperti ukuran perusahaan dan independensi dewan direksi (Dechow dan Dichev, 2002; Klein, 2002; Hsu dan Hu, 2016). Adapun variabel independen lain yang biasanya digunakan untuk menguji kualitas laba adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan pembayaran dividen (Clara, Park, dan Wier, 2011; Muttakin, Khan, dan Azim 2015; dan Sirait dan Siregar, 2014). Padahal, terdapat kemungkinan faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas laba, misalnya aspek manajerial. Penelitian mengenai aspek manajerial sudah lebih dulu dilakukan di negara maju yang termasuk dalam kelompok developed market, khususnya Amerika. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh: Bertrand dan Schoar (2003); Francis, Huang, Rajgopal, dan Zang (2008); Bamber, Jiang, dan Wang (2010); Baik, Farber, dan Lee (2011); dan Ge, Matsumoto, dan Zhang (2011). Pengukuran aspek manajerial berbeda-beda dalam setiap penelitian. Aspek manajerial diukur berdasarkan jumlah pemberitaan media mengenai CEO dan return historis dilakukan oleh Francis et al (2008); dan Baik et al (2011). Style manajer sebagai pengukur aspek manajerial pernah digunakan oleh Bertrand dan
2
Schoar (2003); Bamber et al (2010); dan Ge et al (2011). Akan tetapi, penelitian menggunakan style manajer dibatasi oleh manajer yang pindah perusahaan selama periode pengamatan. Bertrand dan Schoar (2003) menyatakan bahwa perbedaan manajerial dalam perusahaan secara sistematis berhubungan dengan perbedaan kinerja perusahaan. Di Indonesia, penelitian mengenai pengaruh aspek manajerial juga pernah dilakukan oleh Isnugrahadi dan Kusuma (2009); dan Waskito, Subroto, dan Rosidi (2011). Isnugrahadi dan Kusuma (2009) menguji hubungan kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dan menemukan bahwa kecakapan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba. Berbeda dengan Isnugrahadi dan Kusuma (2009), Waskito et al, (2011) menemukan bahwa kecakapan manajerial berhubungan positif terhadap kualitas laba. Perbedaan hasil penelitian antara Isnugrahadi dan Kusuma (2009) dengan Waskito et al (2011) mendorong peneliti untuk meneliti dan mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kecakapan manajerial terhadap kualitas laba. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah banyak dilakukan di negara maju, penelitian ini berusaha menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh aspek manajerial terhadap kualitas laba di Indonesia yang termasuk dalam emerging market. Penelitian ini menggunakan persistensi laba sebagai proksi kualitas laba dengan mengikuti pengukuran dari Penman dan Zhang (2002); Francis et al (2004); Demerjian et al (2013); dan Hsu dan Hu (2015). Peneliti mengambil judul penelitian
3
terhadap Kualitas Laba dengan studi empiris perusahaan sumber daya alam dan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014. 1.2
MOTIVASI PENELITIAN Penelitian mengenai pengaruh kecakapan manajerial lebih banyak
dilakukan di developed market. Oleh karena itu, peneliti ingin mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kecakapan manajerial terhadap kualitas laba di Indonesia yang termasuk dalam emerging market. Menurut pengetahuan penulis, penelitian mengenai pengaruh kecakapan manajerial terhadap kualitas laba dengan proksi persistensi laba belum pernah dilakukan di Inodenesia sebelumnya. 1.3
PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka pertanyaan
masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah semakin cakap manajer akan semakin meningkatkan persistensi laba? 2. Apakah semakin cakap manajer akan semakin meningkatkan persistensi komponen kas? 3. Apakah semakin cakap manajer akan semakin meningkatkan persistensi komponen akrual? 1.4
TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan
di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
4
1. Mendapatkan bukti empiris semakin cakap manajer akan semakin meningkatkan persistensi laba. 2. Mendapatkan bukti empiris semakin cakap manajer akan semakin meningkatkan persistensi komponen kas. 3. Mendapatkan bukti empiris semakin cakap manajer akan semakin meningkatkan persistensi komponen akrual. 1.5
MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak
diantaranya: 1. Bagi akademisi, penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kecakapan manajerial terhadap kualitas laba. 2. Bagi manajemen, penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan akuntansi, sehingga informasi laporan keuangan dapat diandalkan. 3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat membantu investor menentukan keputusan yang tepat terkait keputusan investasi. 4. Bagi kreditur, penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan keputusan dalam memberikan kredit. 5. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan membantu pemerintah dalam menilai kepatuhan manajemen terhadap standar akuntansi maupun kepatuhan pajak. Penelitian ini juga diharapkan dapat 5
digunakan sebagai pertimbangan mengenai regulasi yang akan dibuat dimasa mendatang. 1.6
SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut: BAB I PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang, motivasi penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Terdiri dari landasan teori, penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis, dan kerangka pemikiran. BAB III METODE PENELITIAN Terdiri dari populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan sumber data, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, model penelitian, analisis statistic deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Terdiri dari deskripsi objek penelitian, hasil uji analisis data, hasil uji asumsi klasik, pengujian hipotesis dan pembahasan .
6
BAB V PENUTUP Terdiri dari simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Terdiri dari buku teks, artikel jurnal, dan bacaan lain yang digunakan sebagai referensi penelitian.
7