BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah Anatomi merupakan salah satu ilmu penting yang merupakan ilmu dasar dalam kedokteran (McLachlan & Patten, 2006; Sugand et al., 2010; Meester, 2011). Pemahaman yang baik terhadap materi anatomi dapat membantu seorang dokter mampu memahami kondisi penyakit pasien dengan baik (Drake, Vogl and Mitchell, 2012; The Education Committee of the Anatomical Society of Great Britain and Ireland, 2007). Dengan demikian seorang dokter bisa melakukan pemeriksaan klinis dan menentukan diagnosis penyakit pasien, serta melakukan prosedur klinis dengan efektif dan aman (Swamy et al., 2014). Pemahaman anatomi yang dimiliki oleh para calon dokter dianggap kurang memadai (Bergman et al., 2011). Para ahli bedah berpendapat, hal ini terjadi karena penurunan dalam waktu yang dialokasikan untuk pembelajaran anatomi. Akan tetapi hal ini masih menjadi perdebatan, apakah penurunan pengetahuan anatomi disebabkan alokasi waktu yang berkurang atau metode pengajarannya yang kurang sesuai (Turney, 2007) atau beratnya konten materi. Karena meskipun anatomi merupakan ilmu dasar, banyak mahasiswa yang mengeluhkan tentang sulitnya materi ini (Munawaroh, 2015). Beberapa laporan telah menyebutkan adanya pengurangan waktu dalam pembelajaran anatomi mahasiswa kedokteran (Ganguly, 2010). Dari hasil survey yang dilakukan pada tahun 2009 jika dibandingkan hasil survey tahun 2002 1
2
terdapat penurunan sebesar 11% (Drake et al., 2009). Hal ini disebabkan perubahan dalam kurikulum kedokteran sebagai akibat dari kemajuan dalam pengetahuan medis, (Moxham et al., 2014) perubahan terbaru dalam praktek medis dan munculnya penyakit-penyakit baru (Klement et al., 2011) serta perubahan dalam pemikiran tentang pengetahuan dan keterampilan apa yang diperlukan oleh seorang calon dokter untuk karir masa depan mereka (Moxham et al., 2014). Kurikulum saat ini menekankan pada kedokteran pencegahan seperti kedokteran komunitas dan epidemiologi. Selain itu munculnya ilmu-ilmu baru seperti genetika dan molekuler ikut memakan tempat dalam kurikulum. Penambahan materi-materi baru ini tidak diimbangi dengan penambahan masa studi mahasiswa kedokteran. Hal ini menjadikan perubahan dalam kurikulum kedokteran untuk bisa memasukkan materi tersebut. Jalan yang dipilih adalah dengan mengurangi beberapa jam kuliah materi-materi lain, termasuk di dalamnya adalah anatomi kedokteran (The Education Committee of the Anatomical Society of Great Britain and Ireland, 2007; Moxham et al., 2014). Pengurangan waktu dalam pembelajaran anatomi ini telah menjadi trend internasional. Dari waktu pembelajaran yang tersedia, masing-masing institusi diberi kebebasan untuk menentukan materi inti (core syllabus) yang akan disampaikan kepada mahasiswanya (Swamy et al., 2014). Ketiadaan core syllabus standar yang mendukung pembelajaran anatomi menjadikan dosen anatomi harus menentukan dan memilih sendiri materi yang akan disampaikan dengan menyesuaikan waktu yang tersedia untuk pembelajaran. Hal ini menjadikan
3
munculnya perbedaan mengenai materi yang dipelajari oleh mahasiswa pada institusi yang berbeda meskipun mata kuliahnya sama (Moxham et al., 2014). Oleh karena itu materi inti anatomi menjadi subjek penelitian pada beberapa tahun terakhir (Ball et al., 2012). Dengan melihat latar belakang di atas, maka perlu dipikirkan pengetahuan anatomi minimum apa yang perlu dimiliki oleh seorang calon dokter agar bisa berpraktek dengan aman. Hal ini bertujuan menjawab pertanyaan ketiga dari sepuluh pertanyaan Harden dalam pegembangan kurikulum, yaitu konten apa yang harus dimasukkan? Dalam hal ini, menurut Harden, posisi anatomi dalam kurikulum kedokteran sebagai ‘building block’, yaitu sebagai pengetahuan yang diperlukan untuk bisa memahami materi lain. Sebagai contoh memahami anatomi normal jantung akan membantu mahasiswa dalam memahami kondisi klinis pasien dengan penyakit jantung (Harden, 1986). Telah ada beberapa penelitian mengenai hal ini. Sebagian besar penelitian menggunakan metode Delphi, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menyelaraskan proses komunikasi suatu grup sehingga dicapai proses yang efektif guna mendapatkan solusi suatu permasalahan yang kompleks (Linstone & Turoff, 2002). Diantaranya adalah penelitian tentang komponen anatomi tulang yang relevan dengan kasus klinis untuk pembelajaran mahasiswa kedokteran (Swamy et al., 2014), pengembangan materi inti mengenai anatomi kepala dan leher yang perlu disampaikan untuk mahasiswa kedokteran (Tubbs et al., 2014), dan penyusunan core syllabus anatomi untuk mahasiswa kedokteran, terkhusus di bidang neuroanatomi (Moxham et al., 2014) serta penelitian core syllabus anatomi untuk semua regio tubuh (Smith et al., 2016).
4
Dari semua penelitian di atas belum ada penelitian mengenai materi anatomi tubuh manusia secara keseluruhan yang disusun berdasarkan sistem tubuh yang perlu disampaikan kepada mahasiswa Pendidikan dokter terutama di Indonesia.
I.2. Perumusan Masalah Dengan keterbatasan waktu yang ada dan banyaknya materi anatomi yang akan disampaikan kepada mahasiswa kedokteran, maka pengetahuan anatomi minimum apa yang perlu dimiliki oleh seorang calon dokter agar bisa berpraktek dengan aman.
I.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan Umum Mengidentifikasi materi anatomi inti yang perlu dipelajari mahasiswa Pendidikan dokter. I.3.2. Tujuan Khusus Mendapatkan konsensus dari para ahli anatomi mengenai materi anatomi inti yang harus dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan dokter di Indonesia sebagai bagian dari pengembangan kurikulum kedokteran.
5
I. 4. Manfaat Penelitian I.4.1. Teoritis Mendapatkan standar acuan mengenai materi anatomi inti yang harus dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan dokter di Indonesia 1.4.2. Praktis Menjadi bahan rujukan bagian anatomi fakultas kedokteran di Indonesia mengenai materi inti anatomi yang harus dimiliki oleh mahasiswa S1.
I.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang materi anatomi yang perlu diajarkan kepada mahasiswa telah banyak dilakukan sebelumnya. Akan tetapi sebagian besar penelitian hanya mencakup beberapa bagian dari tubuh manusia. Ada satu penelitian yang sudah mencakup anatomi seluruh tubuh manusia, tetapi penyusunannya berdasarkan regio tubuh. Belum ada penelitian yang mencakup semua materi anatomi tubuh manusia yang disusun berdasarkan sistem. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya: 1. Swamy et al. (2014) dengan judul “A Delphi consensus study to identify current clinically most valuable orthopaedic anatomy components for teaching medical students”. Penelitian ini menggunakan metode Delphi dengan 3 putaran. Pada putaran pertama partisipan diminta membuat daftar 5 komponen anatomi yang harus dipelajari mahasiswa kedokteran dan apa kaitannya dengan situasi klinis. Panel yang digunakan adalah dokter spesialis orthopedi dan residen orthopedi tahun ke-enam atau lebih. Jumlah sampel
6
yang direncanakan ada 20 orang dan bisa terlaksana pada 18 orang. Hasil penelitian didapatkan komponen anatomi tulang yang relevan dengan kasus klinis untuk pembelajaran mahasiswa kedokteran. Didapatkan 93 komponen anatomi yang dapat diaplikasikan kedalam 173 situasi klinis. Hasil ini dibagi dalam 3 kategori yaitu komponen anatomi yang diaplikasikan dalam kondisi klinik khusus, komponen anatomi umum dan komponen anatomi yang diaplikasikan pada tes/pemeriksaan klinis. Hasil akhir didapatkan 34 komponen anatomi yg relevan dengan kondisi klinis dan pemeriksaan klinis khusus. 2. Tubbs et al. (2014) dengan judul “The development of a core syllabus for the teaching of head and neck anatomy to medical student”. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat standar materi inti anatomi untuk mahasiswa kedokteran. Metode yang digunakan adalah Delphi dengan 2 putaran. Sampel terdiri dari 20 ahli anatomi dan klinisi dari berbagai negara di seluruh dunia, diantaranya Amerika Serikat, Inggris, Argentina, Spanyol, Korea, Perancis, Swedia, Lebanon, Turki, India, Iran, Jepang, Thailand, Yunani, dan Cina. Panel Delphi diminta untuk memberikan rangking terhadap daftar materi anatomi yang disusun oleh tim peneliti. Ada 4 pilihan, yaitu “Essential”, “Important”, “Acceptable”, atau “Not Required”. Kuesioner terdiri dari 646 anatomi struktur kepala dan leher (118 saraf, 48 struktur vena / limfatik, 62 arteri, 161 tulang / bagian, 118 organ / bagian, 48 jaringan ikat, dan 91 otot) dan termasuk 542 patologi dari kepala dan leher. Total daftar struktur dan patologi adalah 1189. Panel Delphi diberi kesempatan untuk menambahkan
7
jika ada daftar materi yang belum tercantum. Hasil penelitian mendeskripsikan mengenai prosentase rangking yang dipilih oleh panel Delphi terhadap daftar materi yang ada. Dari semua daftar maka jumlah materi yang dinggap penting diantaranya ada 4 arteri, 57 tulang, 4 jaringan ikat, 6 komponen jaringan limpha, 34 otot, 20 saraf, 2 vena, dan 28 struktur patologi. 3. Moxham et al. (2014) dengan judul “An Approach Toward the Development of Core Syllabuses for the Anatomical Sciences” meneliti tentang penyusunan core syllabus anatomi untuk mahasiswa kedokteran, terkhusus di bidang neuroanatomi. Penelitian ini menggunakan metode Delphi 3 putaran dengan panelnya adalah 20 dosen kedokteran yang memiliki keistimewaan yang berbeda-beda. Ada yang sebagai peneliti neuroanatomi, praktisi klinis dan juga ada penulis buku teks neuroanatomi. Para panel berasal dari berbagai negara di Eropa, diantaranya Inggris, Spanyol, Perancis, Portugis, Italia, Yunani, Rumania dan Swiss. Tim peneliti menyusun daftar materi anatomi berdasarkan buku teks kemudian pada putaran pertama panel diminta untuk memberi rangking “Essential”, “Important”, “Acceptable”, atau “Not Required”. Putaran selanjutnya panel diminta untuk memberi keterangan materi apa yang perlu disampaikan dari materi inti hasil dari kuesioner pertama. Kemudian pada putaran ketiga menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh mahasiswa kedokteran. Hasil penelitian ini menyampaikan khusus di bidang neuroanatomi. Pada Delphi putaran pertama didapatkan tiga komponen yang dianggap penting yaitu gros anatomi medulla oblongata, fungsi medulla oblongata dan struktur dari medulla oblongata.
8
Pada putaran kedua detail materi yang dianggap penting adalah struktur dalam batang otak dengan potongan tranversal, peningkatan tekanan di posterior cranial fossa, dan gangguan pembuluh darah di medulla oblongata. Putaran ketiga didapatkan 6 tujuan pembelajaran neuro anatomi, salah satunya adalah mahasiswa mampu menjelaskan hubungan medulla dengan komponen lain dari batang otak baik secara anatomi maupun fungsinya. 4. Smith et al. (2016) dengan judul Anatomical Society core regional anatomy syllabus for undergraduate medicine: the Delphi process, meneliti tentang syllabus anatomi untuk semua regio tubuh. Penelitian ini menggunakan 2 putaran delphi dan di akhir direview kembali oleh tim peneliti dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Penelitian melibatkan 39 responden yang terdiri dari spesialis bedah, radiologi dan ahli anatomi. Level kesepakatan yang digunakan sebesar 90%. Silabus disusun dalam bentuk learning objektif (LO). Hasil didapatkan dari 182 LO 23 diantaranya tidak diubah, 7 LO dihilangkan dan 2 Lo baru ditambahkan dan 133 LO dimodifikasi.