BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada bayi masih merupakan masalah di
bidang kesehatan terutama kesehatan perinatal. Prevalensi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara berkembang atau negara dengan sosio-ekonomi rendah (Depkes, 2007). Di Indonesia prevalensi BBLR berkurang dari 11,1% pada tahun 2010 menjadi 10,2% pada tahun 2013 (Riskesdas,2013). Prevalensi kejadian BBLR di provinsi Bali yaitu 12,1 % pada hasil data Riskesdas tahun 2010, di kota Denpasar jumlah BBLR sebanyak 181 dari 18.386 jumlah kelahiran hidup (Dinkes Kota Denpasar, 2013). Selain prevalensinya tinggi, bayi dengan berat badan lahir rendah juga merupakan salah satu faktor yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Komplikasi yang sering terjadi pada BBLR seperti hipotermi, gangguan pernafasan, gangguan alat pencernaan, gangguan immunologi, immatur hati, immatur ginjal serta perdarahan, selain itu bayi dengan BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya (Wiknjosastro, 2005). BBLR dapat dilihat dari beberapa faktor prediktor. Faktor prediktor adalah kondisi-kondisi yang dapat digunakan untuk memperkirakan atau menduga kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Faktor prediktor BBLR adalah kondisikondisi yang ditemukan pada ibu hamil yang menunjukkan kemungkinan ibu 1
2
tersebut akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, sehingga hal ini dapat memberikan pengetahuan pada ibu hamil dan lebih waspada pada kehamilan berikutnya. Berbagai faktor prediktor dapat mempengaruhi terjadinya BBLR. Faktorfaktor yang sering dikaitkan dengan kejadian BBLR diantaranya adalah faktor genetik, faktor demografi dan sosial ekonomi, faktor obstetrik, faktor nutrisi, penyakit bawaan ibu, dan paparan racun. Selain itu faktor anemia, kurang gizi (LILA) <23,5cm, peningkatan berat badan ibu selama hamil yang kurang dari 7 kg, umur
ibu,
jumlah
persalinan,
juga
dikaitkan
sebagai
prediktor
BBLR
(Nurhaeni,2008). Dilihat dari beberapa faktor prediktor di atas ada beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan faktor prediktor tersebut diantaranya, hasil penelitian Puspitasari et al (2010), menunjukkan bahwa bayi yang berat lahirnya <2500 gram sebagian besar terjadi pada ibu yang mengalami kenaikan berat badan <7 kg, dan disimpulkan ada hubungan antara kenaikan berat badan selama kehamilan dengan berat bayi lahir. Begitu juga dengan hasil penelitian Widiani tahun 2011 di BPS Ni Ketut Nuriasih Denpasar, peningkatan berat badan selama hamil yang kurang dari 7 kg sebanyak 3 orang atau 50% (n = 6) melahirkan bayi dengan BBLR (<2500gr), terdapat hubungan yang erat dan bermakna antara peningkatan berat badan ibu selama hamil dan berat badan bayi baru lahir. Hasil penelitian Syarifuddin (2011) mengenai status gizi ibu hamil yang berhubungan dengan BBLR di Kota Bantul Yogyakarta, menemukan Ibu hamil yang menderita KEK berisiko 3,95 kali melahirkan bayi dengan BBLR. Selain itu mengenai usia ibu dari hasil penelitian Elvan (2006) di RSUD Curup didapatkan bahwa ibu dengan usia < 20 tahun mempunyai peluang 1,958 kali untuk melahirkan
3
anak dengan BBLR dibandingkan ibu dengan > 20 tahun dan pada ibu dengan usia > 35 tahun mempunyai peluang 1,720 kali untuk melahirkan anak dengan BBLR dibandingkan ibu dengan usia < 35 tahun. Adapun faktor prediktor lainnya yaitu dilihat dari paritas, berdasarkan hasil penelitian oleh Arinita (2012) di Rumah Sakit Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang menunjukkan dari 329 ibu, didapat setengahnya yaitu 155 (51,4%) ibu dengan paritas tinggi yang melahirkan BBLR. Kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara tahun 2013 berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2013 paling tinggi dibandingkan wilayah Puskesmas Denpasar lainnya yaitu sebanyak 36 kasus (19,88%). Terjadinya BBLR tersebut dikaitkan dengan beberapa faktor pada ibu hamil, dan BBLR dapat diturunkan angka kejadiannya apabila faktor-faktor prediktor tersebut diketahui secara dini. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat dipakai memprediksi terjadinya BBLR.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara masih tinggi yang seharusnya dapat diturunkan jika faktor prediktor diketahui secara dini.
1.3
Pertanyaan Penelitian Faktor apa sajakah yang bisa dipakai sebagai prediktor terjadinya BBLR ?
4
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor prediktor BBLR. 1.4.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan antara peningkatan berat badan ibu selama hamil dengan BBLR. 2. Mengetahui hubungan antara status gizi (LILA) ibu hamil dengan BBLR. 3. Mengetahui hubungan antara status anemia pada ibu hamil dengan BBLR. 4. Mengetahui hubungan antara umur ibu hamil dengan BBLR. 5. Mengetahui hubungan antara paritas ibu hamil dengan BBLR.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Manfaat Praktis
1.
Bagi Puskesmas Hasil penelitian dapat dijadikan bahan informasi bagi pihak puskesmas dan
diharapkan dapat menduga lebih awal untuk deteksi dini kemungkinan terjadinya BBLR untuk penatalaksanaan lebih lanjut sehingga dapat menurunkan angka kejadian BBLR. 2. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya bagi ibu hamil yang nantinya akan bersalin mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR agar dapat dicegah sedini mungkin.
5
1.5.2
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sehingga dapat
menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR pada bayi. Selain itu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan dalam topik yang sama terkait dengan faktor perdiktor lainnya yang belum diteliti.
1.6
Ruang lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang disiplin ilmu Kesehatan
Ibu dan Anak meliputi faktor prediktor berat badan lahir rendah di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara.
6