PENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus merupakan komponen utama penyebab angka kematian bayi atau infant mortality rate, yaitu angka yang dipakai sebagai indikator kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 per 1000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup merupakan salah satu sasaran utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2010-2014 Negara Republik Indonesia. Prevalensi bayi dengan berat lahir rendah diperkirakan sebanyak 15.5% dari seluruh kelahiran di dunia dengan 95.5% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang. Kurang lebih 20 juta bayi dengan berat lahir rendah lahir per tahunnya. Prevalensi kematian neonatus di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 66.000 kelahiran atau 15 orang per 1000 kelahiran hidup. Jumlah neonatus yang meninggal yang disebabkan oleh berat lahir rendah sebanyak 32.342 kelahiran atau sebanyak 29% dari jumlah seluruh kematian neonatus. Insidensi BBLR di rumah sakit di Indonesia berkisar 20%. Distribusi penyebab kematian bayi karena BBLR di Indonesia meningkat dari 24% pada tahun 2009 menjadi 25% pada tahun 2010. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah memiliki fungsi sistem organ yang belum teratur sehingga dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan (Rahayu, 2010). Permasalahan yang dialami bayi dengan berat lahir rendah meliputi asfiksia atau gagal bernafas secara sepontan dan teratur sesaat atau beberapa menit setelah lahir, hipotermia atau gangguan termoregulasi, gangguan nutrisi dan resiko infeksi. Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah juga meliputi permasalahan pada sistem pernafasan, susunan syaraf pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal dan termoregulasi (Maryunani, 2009). Penatalaksanaan untuk bayi BBLR biasanya mencakup bantuan pernapasan, mengupayakan suhu lingkungan yang netral, pencegahan infeksi, pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi, penghematan energi bayi agar energi yang dimiliki bayi dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, perawatan kulit untuk melindungi dan mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit karena kondisi kulit bayi yang belum matang, pemberian obat-obatan serta perlu adanya pemantauan data fisiologis (Rahayu, 2010).
Penanganan yang tepat dan terencana merupakan kunci keberhasilan penanganan bayi dengan berat lahir rendah di rumah sakit. Konsep pelayanan perinatologi yang berkualitas tinggi memerlukan organisasi yang komprehensif dan melibatkan seluruh profesional di bidang kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Asuhan keperawatan yang berkualitas pada bayi dengan berat lahir rendah sangat menentukan tingkat mortalitas dan morbiditas bayi pada periode kehidupan pertamanya serta pertumbuhan dan perkembangan untuk periode kehidupan selanjutnya. Asuhan keperawatan pada bayi dengan berat lahir rendah yang berkualitas dapat terus ditingkatkan dengan melakukan evaluasi yang berkesinambungan dari asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi dengan berat lahir rendah. Melihat pentingnya peran perawat dalam menentukan tingkat mortalitas dan morbiditas bayi dengan berat lahir rendah pada masa neonatus melalui asuhan keperawatan yang berkualitas maka mengetahui sejauh mana aspek-aspek perawatan yang meliputi karakteristik bayi dengan berat lahir rendah, masalah keperawatan dan intervensi keperawatan yang diberikan adalah perlu sehingga hasil dari evaluasi asuhan keperawatan pada bayi dengan berat lahir rendah dapat diketahui.
METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian nonexperimental descriptive retrospective. Populasi pada penelitian adalah semua rekam medis neonatus yang memiliki berat lahir dibawah 2500 gram di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sejak
Januari 2012 sampai Mei 2012. Jumlah populasi
keseluruhan adalah sebanyak 35 populasi. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian yaitu semua rekam medis neonatus yang memiliki berat lahir dibawah 2500 gram di RS PKU Muhammadiya Yogyakarta sejak Januari 2012 sampai Mei 2012, pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling yakni sebanyak 35 responden. Pengambilan data dari rekam medik dimasukkan ke dalam lembar isian yang terdiri dari kolom karakteristik bayi BBLR ( terdiri dari beberapa poin yaitu usia gestasi, jenis kelamin, usia bayi, berat badan lahir, lama perawatan, perubahan berat badan selama perawatan, dan alasan pulang ), kolom masalah keperawatan dan kolom intervensi keperawatan.
Analisis data yang digunakan adalah analisa deskriptif dengan mean atau nilai rata-rata untuk menganalisa distribusi frekuensi tiap variabel. Variabel penelitian dianalisis untuk diketahui nilai rata-rata, distribusi, dan presentase dari tiap variabel tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Berikut ini adalah tebel karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, berat badan lahir, usia gestasi, cara lahir, jumlah partus, usia bayi, keterangan masuk, alasan pulang, lama rawat dan komplikasi.
Tabel 1. Karakteristik bayi BBLR Jumlah
Prosentase (%)
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
18 17
51.4 48.6
< 1000 gram 1000-1499 gram 1500-2500 gram
1 11 23
2.9 31.4 65.7
spontan Sectio Caesaria
27 8
77.1 22.9
0 hari 1 hari 2 hari 3 hari 9 hari 27 hari
29 1 2 1 1 1
82.9 2.9 5.7 2.9 2.9 2.9
Partus Rujuk Sakit
25 8 2
77.1 22.9 5.7
Sembuh Dirujuk Meninggal
27 2 6
77.1 5.7 17.1
7 10 18
20 28.6 61.4
Berat badan lahir
Cara Lahir
Usia bayi
Keterangan Masuk
Alasan Pulang
Lama rawat inap 1-3 hari 4-10 hari >10 hari Sumber : data sekunder
Tabel 2. Faktor BBLR Jumlah
Persentase (%)
Usia Gestasi < 37 minggu (preterm) 37-42 minggu > 42 minggu
31 4 0
88.6 11.4 0
18 8 6 1 2
51.4 22.9 17.1 2.9 5.7
Jumlah Partus 1 2 3 4 5 Sumber : data sekunder
Tabel 3. Komplikasi BBLR
Temuan komplikasi Ada Tidak Jenis Komplikasi Asfiksia Perdarahan Febris Hipoglikemi Sepsis Hiperbilirubinemia CHD Hematosemia Meconium aspiration sindrome Placenta Previa Sumber : data sekunder
Jumlah
Persentase (%)
17 18
48.6 51.4
5 1 2 1 4 2 1 1 1 1
26.32 5.26 10.53 5.26 21.05 10.53 5.26 5.26 5.26 5.26
PEMBAHASAN Prosentase penderita BBLR pada anak laki-laki dan perempuan hampir sama, sehingga BBLR tidak memandang jenis kelamin. Baik bayi laki-laki ataupun perempuan berpotensi menderita BBLR apabila faktor-faktor penyebab BBLR seperti ibu yang kekurangan gizi, kelahiran premature dan adanya penyakit turunan terjadi.
Prosentase tertinggi berat badan lahir pasien BBLR adalah pada rentang berat badan 1500-2500 gram yaitu 23 orang (65.7%). Semakin kecil bayi yang dilahirkan, maka semakin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Prognosis bayi akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah, kematian disebabkan karena komplikasi neonatal (Sunaryanto, 2009). Angka kematian pada bayi dengan berat badan lahir rendah akan lebih tinggi apabila berat lahir kurang dari 1500 gram. Hal ini disebabkan karena adanya insiden kegagalan pertumbuhan yang meningkat, serta kecacatan pada pengaturan sistem jantung dan pernafasan (kusumaningrum, 2009). Jumlah bayi BBLR tertinggi lahir dengan spontan pervaginam. Proses kelahiran baik spontan maupun sectio caesaria didasarkan pada faktor-faktor penyulit persalinan, faktor-faktor penyulit persalinan yang tidak muncul mengakibatkan persalinan secara spontan dapat dilakukan, namun apabila penyulit persalinan seperti adanya kegagalan induksi, kelalahan saat partus, adanya ketidaksesuaian proporsi panggul dan kepala bayi, pasenta prefia dan adanya komplikasi kehamilan yang terjadi pada ibu. Secara langsung Bayi BBLR tidak berpengaruh secara langsung terhadap proses persalinan yang akan dilakukan. Sebanyak 77.1 % bayi BBLR di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan bayi yang lahir di Rumah sakit tersebut dan mendapatkan perawatan serta penanganan yang sesuai untuk memantau kondisi dan respon bayi. Hal ini diperkuat dengan tabel distribusi pasien bayi BBLR di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta berdasarkan usia bayi terbanyak berusia 0 hari pada saat masuk rumah sakit yaitu sebanyak 29 orang (82.9%). Pasien bayi BBLR langsung mendapatkan perawatan dirumah sakit setelah kelahirannya, terlihat dari tingginya jumlah bayi yang masih memiliki usia dibawah satu hari. Perawatan di rumah sakit sangat diperlukan untuk memantau kondisi bayi serta fungsi organ tubuhnya terutama paru-paru dan jantung. Lama rawat paling tinggi adalah lebih dari 10 hari yaitu sebanyak 18 orang (61.4%) dan paling rendah adalah lama rawat 1-3 hari yaitu 7 orang (20%). Bayi dengan BBLR tidak selalu membutuhkan perawatan di rumah sakit dalam jangka waktu lama, hal ini tergantung dengan kondisi bayi, semakin buruk kondisi bayi, maka penanganan yang dilakukan semakin intensif dan kompleks sehingga memperpanjang lama perawatan, sedangkan bayi dengan kondisi yang baik dan tidak terdapat gangguan pada
organ pernafasan serta memiliki refleks hisap baik dapat melakukan perawatan di rumah. Kelahiran bayi BBLR di PKU Muhammadiyah Yogyakarta didominasi oleh kelahiran kurang dari 37 minggu. Bayi dapat lahir belum waktunya karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dari faktor ibu, faktor uterus serta faktor dari janin itu sendiri. Penyebab bayi dengan berat lahir rendah yang lahir kurang bulan antara lain adalah karena berat badan ibu yang rendah, ibu hamil dalam usia remaja, adanya kehamilan kembar, ada riwayat pernah melahirkan bayi prematur pada ibu, ibu dengan inkompetensi serviks, ibu menderita sakit, atau penyebab yang tidak diketahui (Maryunani, 2009). Jumlah bayi terbanyak lahir pada partus pertama yaitu 18 orang (51.4%) dan paling sedikit lahir pada partus keempat yaitu 1 orang (2.9%). Hasil yang diperoleh sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Murphy dan Myccahy (2001) yang
menyatakan bahwa berat badan bayi meningkat dengan meningkatnya paritas dan mencapai berat badan maksimal pada paritas ketiga, kemudian pada paritas berikutnya rata-rata berat badan bayi akan menurun. Primigravida atau kelahiran pertama memiliki resiko lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu dengan paritas dua atau lebih. Pasien BBLR yang memiliki komplikasi sebanyak 17 orang (48.6%). Komplikasi pada bayi BBLR dapat terjadi karena adanya dismaturitas ataupun prematuritas organ tubuh. Komplikasi terbanyak yang dialami oleh bayi BBLR adalah asfiksia yaitu 5 kasus (26.32%) dan yang terbanyak kedua adalah sepsis yaitu 4 kasus (21.05%). Asfiksia terjadi karena ada kegagalan dalam melakukan pernafasan sepontan yang disebabkan karena belum berfungsinya organ-organ pernafasan sehingga oksigen dalam tubuh menurun dan dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas. Bayi BBLR sangat mudah mendapatkan infeksi terutama infeksi nosokomial. Bayi BBLR sangat rentang terhadap infeksi karena kadar imunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit masih rendah juga fungsi imun belum berpengalaman (Maryunani, 2009).
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditari kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik bayi BBLR berdasarkan jenis kelamin. Jumlah pasien Bayi BBLR laki-laki lebih banyak dari pada perempuan yaitu 18 orang (51.4%). Prosentase berat badan lahir terbanyak berada pada kisaran 1500-2500 gram yaitu 23 orang (65,7%). Prosentase cara lahir terbanyak yaitu melalui kelahiran spontan sebanyak 27 orang (77.1%). Usia bayi terbanyak yang tercatat adalah 0 hari yaitu sebanyak 29 orang (82.9%).
Partus di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta menjadi alasan masuk terbanyak yaitu 25 orang (77.1%) alasan pulang terbanyak adalah sembuh yaitu 27 orang (77.1%) dengan lama rawat inap terbanyak adalah lebih dari 10 hari yaitu 18 orang (61.4%). Usia gestasi kurang dari 37 minggu memiliki prosentase tertinggi dalam kriteria usia gestasi yaitu 31 orang (88.6%). Jumlah partus tertinggi berada pada saat partus pertama yaitu 18 (51.4%). Terdapat 17 orang (48.6%) yang mengalami komplikasi BBLR, sedangkan komplikasi tertinggi adalah asfiksia yaitu 5 orang (26.32%) dan sepsis yaitu sebanyak 4 orang (21.65%).
RUJUKAN Alimul, Azis. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Buku 1. Jakarta. Salemba Medika. Departemen Kesehatan Indonesia dan Badan Pusat Statistik. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta. Departemen Kesehatan Indonesia. Hendrata, Erwin Lukas. D.k.k. (2009). Profil Asidosis Tubulus Renalis pada Anak di RS Ciptomangunkusumo Jakarta. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. E.d. 2. Jakarta. Salemba Medika. Hidayat, Aziz Alimul. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta. Salemba Medika.
Kuswiyanto, Rahmat. D.k.k. (2011). Profil Klinis dan Keluaran Penyakit Jantung pada Anak yang Menjalani Bedah Katup. Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP Cipto Mangunkusumo. Jakarta. Manoppo, Jeannette. (2010). Profil Diare Akut dengan Dehidrasi Berat di Ruang Perawatan Intensif Anak. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas Samratulangi RSU Prof. Dr. R. D. Kandou. Manado. Maryunani, Anik. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit pada Neonatus. Jakarta. Trans Info Media. Maya, & Fida.(2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta. D-Medika. Nursalam, D.k.k. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan, e.d. 1. Jakarta. Salemba Medika. Nursalam. (2009). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktik. Jakarta. Salemba Medika. Perry, Anne Griffin & Potter, Patricia A. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawata, Konsep, Proses dan Praktik. E.d 4. Jakarta. EGC. Proverawati, Atikah. (2010). BBLR, Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta. Nuha Medika. Rukiyah, Ai Yeyeh. (2010). Auhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta. Trans Info Media. Sacharin, Rosa, M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik Ed. 2. Jakarta. EGC. Surasmi, Asrining. (2003). Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta. EGC. Wong, Donna. L, D.k.k. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1, ed.i 6. Jakarta. EGC.