BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2500 gram
saat lahir1, sedangkan Berat Badan Lahir
Sangat Rendah adalah berat badan yang lahir kurang dari 1500 gram2. Prevalensi BBLR diperkirakan 15 % dari seluruh kelahiran di dunia dan sering tejadi di negara-negara berkembang3. Asia Tenggara mempunyai insidensi BBLR paling tinggi yaitu 27 % dari seluruh kelahiran bayi berat badan lahir rendah di dunia. Data terakhir pada tahun 2010, angka kejadian BBLR di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebesar 11,1 %. Angka tersebut masih berada diatas angka rata-rata negara Thailand yaitu 6,6 % dan Vietnam 5,1 %4. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, prevalensi BBLR di Indonesia menunjukkan adanya penurunan yaitu dari 11,1 % pada tahun 2010 menjadi 10,2 % pada tahun 20135. Berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan6. Berat badan lahir rendah juga merupakan faktor yang mempengaruhi gangguan perkembangan motorik yaitu berat badan lahir sangat rendah (kurang dari 1500 gram)7. Konsekuensi dari berat badan lahir rendah meliputi mortalitas dan morbiditas pada janin dan bayi, perkembangan kognitif yang buruk dan peningkatan risiko penyakit
1
2
kronis di kemudian hari8. Anak-anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah juga cenderung memiliki cacat kognitif 9. Perkembangan merupakan periode penting dalam kehidupan anak khususnya setelah melewati masa perkembangan yang sangat pesat, yaitu pada usia tiga tahun6. Usia tiga tahun adalah batas telah melewati perkembangan secara sangat cepat atau sering disebut juga masa kritis perkembangan setelah masa ini perkembangan akan berlangsung secara kontinyu, oleh karena itu perlu diadakan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan seorang anak yang berusia tiga tahun agar cepat terdeteksi gangguan perkembangannya yang dapat digunakan sebagai landasan perkembangan selanjutnya6. Penyimpangan perkembangan anak usia prasekolah dapat dilihat dengan tes Denver II. Denver II adalah revisi utama dari standarisasi ulang dari Denver Developmental Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Tujuan DDST adalah mengkaji dan mengetahui perkembangan anak yang meliputi motorik kasar, bahasa, adaptif-motorik halus dan personal sosial pada anak usia satu bulan sampai dengan enam tahun10. Denver II merupakan alat skrining perkembangan untuk menemukan secara dini anak yang berpotensial mempunyai penyimpangan perkembangan dari lahir sampai usia 6 tahun dengan menggunakan peralatan yang sudah
3
terstandarkan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan BBLR dengan perkembangan anak usia 12-36 bulan di Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian adalah: “Apakah terdapat hubungan antara berat badan lahir rendah dengan perkembangan anak usia 12-36 bulan di Yogyakarta?”. C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan berat badan lahir rendah dengan perkembangan anak usia 1236 bulan di Yogyakarta.
2.
Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui hubungan berat badan lahir rendah dengan perkembangan anak usia 12-36 bulan menggunakan Tes Denver II.
b.
Untuk mengetahui perbandingan angka Suspek pada kategori BBLR ≤ 2000 gram dan 2000 gram < BBLR < 2500 gram.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis a.
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar terhadap mata kuliah yang berhubungan dengan berat bayi lahir rendah maupun perkembangan anak.
4
b.
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kebidanan pada khususnya, maupun tenaga kesehatan pada umumnya tentang pencegahan berat bayi lahir rendah.
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi rumah sakit Memberikan informasi mengenai masalah perkembangan anak yang berhubungan dengan berat bayi lahir rendah.
b.
Bagi orang tua Menumbuhkan
pengetahuan
dan
kesadaran
ibu
untuk
memperhatikan perkembangan anak dan upaya-upaya pencegahan timbulnya masalah perkembangan sejak dalam kandungan. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan bayi berat lahir rendah dengan perkembangan anak, sebagai berikut: 1.
Kamadewi, et al.11, penelitian ini melihat hubungan berat rendah dengan gangguan perkembangan bicara, dilakukan dengan desain cohort retrospektif, yang mana subjek penelitian adalah anak yang kurang atau sama dengan 6 tahun yang memiliki riwayat berat lahir rendah dan telah dilakukan Denver development screening test (DDST). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara bayi berat lahir rendah dengan bayi berat lahir cukup, RR = 1, 07. Perbedaan antara penelitian Kamadewi dengan penelitian ini adalah:
5
a.
Tujuan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara berat badan lahir rendah dengan perkembangan anak usia 12-36 bulan, sedangkan penelitian Kamadewi bertujuan untuk mengetahui hubungan berat rendah dengan gangguan perkembangan bicara
b.
Subjek, subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 12-36 bulan yang memiliki riwayat berat badan lahir rendah, sedangkan penelitian Kamadewi subjek penelitiannya adalah anak yang kurang atau sama dengan 6 tahun yang memiliki riwayat berat lahir rendah
c.
Fokus penelitian, penelitian ini ingin melihat hubungan berat badan lahir rendah dengan perkembangan (motorik halus, motorik kasar, personal sosial dan bahasa) anak usia 12-36 bulan, sedangkan penelitian Kamadewi meneliti hubungan berat bayi lahir rendah dengan gangguan perkembangan bicara.
2.
Wulandary12, dengan
judul “Hubungan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) terhadap Keterlambatan Perkembangan Motorik Anak Usia Balita”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara berat badan lahir rendah dengan perkembangan motorik anak, anak dengan riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki suspek untuk terjadinya keterlambatan perkembangan motorik halus adalah 27,6 kali
dibandingkan anak normal
dan suspek untuk
mengalami
keterlambatan perkembangan motorik kasar adalah 8,18 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal.
6
Perbedaan antara penelitian Wulandary dengan penelitian ini adalah: a. Tujuan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara berat badan lahir rendah dengan perkembangan anak usia 12-36 bulan, sedangkan penelitian Wulandary bertujuan untuk mengetahui
hubungan
berat
rendah
terhadap
keterlambatan
perkembangan motorik anak usia balita. b. Subjek, subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 12-36 bulan yang memiliki riwayat berat badan lahir rendah, sedangkan penelitian Wulandary subjek penelitiannya adalah anak balita (anak kurang atau sama 5 tahun) yang memiliki riwayat berat lahir rendah c. Fokus penelitian, penelitian ini ingin melihat hubungan berat badan lahir rendah dengan perkembangan (motorik halus, motorik kasar, personal sosial dan bahasa) anak usia 12-36 bulan, sedangkan penelitian Wulandary meneliti hubungan berat badan lahir rendah dengan gangguan perkembangan motorik. 3. Mandala13, penelitian ini melihat hubungan berat lahir rendah dengan perkembangan anak usia 13-36 bulan, populasi penelitian yang digunakan adalah seluruh anak yang berusia 13-35 bulan yang berkunjung di poliklinik tumbuh kembang anak. Subjek penelitian adalah anak yang memiliki riwayat lahir rendah dengan kriteria inklusi yaitu memiliki catatan kelahiran yang lengkap dan ditolong oleh tenaga kesehatan, jumlah sampel adalah 110 anak dengan hasil penelitian menunjukkan p < 0,05 bahwa terdapat hubungan yang signifikan terhadap suspek perkembangan motorik halus
7
(RR=145), motorik kasar (2,29) dan personal sosial pada anak usia 13-35 RR(1,15) bulan dengan berat lahir rendah. a. Subjek, subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 12-36 bulan yang memiliki riwayat berat badan lahir rendah, sedangkan penelitian Mandala subjek penelitiannya adalah anak usia 2-3 tahun (12-36 bulan) yang memiliki riwayat berat lahir rendah b. Kriteria inklusi, dalam penelitian ini kriteria yang digunakan adalah anak usia 12-36 bulan, BBLR ≤ 2000 gram dan 2000 gram < BBLR < 2500 gram serta orang tua atau pengasuh, sedangkan penelitian Mandala adalah memiliki catatan kelahiran yang lengkap dan ditolong oleh tenaga kesehatan. c. Fokus penelitian, penelitian ini ingin melihat hubungan berat badan lahir rendah dengan perkembangan (motorik halus, motorik kasar, personal sosial dan bahasa) anak usia 12-36 bulan, sedangkan penelitian Mandala meneliti hubungan berat badan lahir rendah dengan gangguan perkembangan yang meliputi motorik kasar, motorik halus, dan personal sosial anak usia 2-3 tahun. d. Lokasi penelitian, dalam penelitian ini peneliti mengunjungi tempat tinggal subjek, sedangkan penelitian Mandala dilakukan di poliklinik tumbuh kembang anak.