BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Revolusi industri pada dekade 19-an, telah mengakibatkan adanya ledakan industri. Di era itu, perusahaan memandang dirinya sebagai organisasi yang bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya berupa penyediaan lapangan kerja dan mekanisme pajak yang di pungut pemerintah. Padahal, komunitas membutuhkan lebih dari itu. Prinsip maksimalisasi laba perusahaan yang ingin mencari keuntungan yang maksimal justru banyak dilanggar oleh perusahaan, seperti rendahnya manajemen lingkungan, rendahnya kinerja lingkungan dan rendahnya akan minat terhadap konservasi lingkungan. Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat, di mana menurut pendekatan teori akuntansi tradisional, perusahaan harus memaksimalkan labanya agar dapat memberikan sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kegiatan ekonomi yang dilakukan perusahaan telah membawa kerusakan pada lingkungan yang sering kali biaya pemulihannya di bebankan pada komunitas / pemerintah. Dan kemudian masyarakat pun semakin menyadari adanya dampak-dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan dalam menjalankan operasinya untuk mencapai laba yang maksimal, yang semakin besar dan semakin sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu,
1
masyarakat menuntut agar perusahaan senantiasa memperhatikan dampak-dampak sosial yang ditimbulkannya dan berupaya mengatasinya. Seiring dengan perkembangan teori perkembangan manajemen, periode 1970-an perusahaan pun mulai menyadari pentingnya peran lingkungan internal dan eksternal terhadap keberadaanya. Komunitas tidak lagi dianggap sebagai konsumen semata, melainkan juga sebagai mitra (partnership). Maka lahirlah istilah CSR atau Corporate Social Responsibility. CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan salah satu bentuk-bentuk sustainability reporting yang memberikan keterangan mengenai transparansi pengungkapan sosial atas kegiatan atau aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Dimana transparansi informasi yang diungkapkan tidak hanya informasi
keuangan
perusahaan,
tetapi
perusahaan
juga
diharapkan
mengungkapkan informasi mengenai dampak sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan (Rakhiemah dan Agustia, 2009). Besarnya perhatian para pemegang pancang terhadap kesejahteraan masyarakat serta pemeliharaan lingkungan hidup telah membuat tujuan pengelolaan perusahaan tidak lagi memberikan penekanan pada kinerja keuangan semata namun juga memberikan penekanan terhadap kinerja sosial dan kinerja lingkungannya. Aturan dalam pelaksanaan CSR sudah ditetapkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) yang mengatur jika perseroan yang menjalankan usaha dalam bidang atau berkaitan dengan sumber daya maka wajib melaksanakan tanggung jawab sosial atau lingkungan, jika tidak akan dikenakan
2
sanksi sesuai peraturan perundangan-undangan. UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM) yang di dalamnya di atur jika setiap penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dan wajib menjaga kelestarian lingkungan hidup. Di Indonesia sendiri kelestarian lingkungan sudah menjadi kebijakan pemerintah pada setiap periode. Pada Pelita ketujuh melalui TAP MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN, dinyatakan “Kebijakan sektor Lingkungan Hidup, antara lain, megenai pembangunan lingkungan hidup diarahkan agar lingkungan hidup tetap berfungsi sebagai pendukung dan penyangga ekosistem kehidupan dan terwujudnya keseimbangan, keselarasan dan keserasian yang dinamis antara sistem ekologi, sosial ekonomi, dan sosial budaya agar dapat menjamin pembangunan nasional yang berkelanjutan” ( GBHN, 1998 ). Tanggung jawab sosial memiliki berbagai pengaruh pada kinerja perusahaan. Sebuah pandangan muncul bahwa tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) perusahaan dapat berperan untuk memperbaiki kinerja finansial sebuah perusahaan. Pendekatan ini telah diuraikan sebagai „enlightened shareholder approach‟, menyatakan bahwa pembuat keputusan perusahaan harus mempertimbangkan berbagai hal mengenai sosial dan lingkungan jika mereka memaksimalkan keuntungan jangka panjang (Brine, et al. N.d dalam Sudaryanto, 2011). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi saja. Melainkan juga harus memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
3
Banyak literatur mengungkapkan bahwa aktivitas CSR yang tertuang dalam pengungkapan sosial perusahaan berpengaruh dan memiliki hubungan positif dengan kinerja perusahaan dalam berbagai perspektif yang berbeda. Namun, para peneliti terdahulu belum menunjukkan adanya hubungan yang tetap antara tanggung jawab sosial dan kinerja finansial perusahaan. Usaha-usaha pelestarian lingkungan
oleh
perusahaan
akan
mendatangkan
sejumlah
keuntungan,
diantaranya ketertarikan pemegang saham dan stakeholder terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab dimata masyarakat (Pfleiger et al 2005, dalam sudaryanto 2011). Hasil lain mengindikasikan bahwa pengelolaan lingkungan yang baik dapat menghindari klaim masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan kualitas produk yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan finansial perusahaan. Pengungkapan sosial dan lingkungan merupakan salah satu cara perusahaan untuk menunjukkan kinerja yang baik kepada para stakeholder dan investor. Dengan mengungkapkan hal tersebut, perusahaan berharap akan mendapatkan reputasi yang baik di mata para stakeholder dan investor karena perusahaan dinilai telah bertanggung jawab terhadap kinerja lingkungannya. Dengan demikian, maka para investor akan memiliki minat untuk menanamkan modalnya yang tentu saja akan meningkatkan kinerja finansial perusahaan tersebut. Dalam kasus ini dijelaskan bahwa kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan kepada seluruh stakeholder sangat mempengaruhi keputusan investor yang tentu saja juga berkaitan dengan harga saham perusahaan yang sesuai dengan citra perusahaan itu sendiri. Contoh yang terjadi di Mei 2006, pada
4
saat itu bukan hanya diingat karena adanya gempa tetapi lebih-lebih akan diingat sebagai awal bencana lingkungan yang sampai sekarang belum selesai. Lumpur yang terus keluar dari tempat pengeboran minyak milik PT. Minarak Lapindo salah satu anak perusahaan Grup Bakrie telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat masif dan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan. Awal tahun 2010 juga ditandai dengan bencana lingkungan di teluk Meksiko yang disebabkan bocornya sumur pengeboran milik British Petrolium (BP). Lapindo dengan didukung pemerintah mengeluarkan triliunan rupiah untuk menyelesaikan masalah bocornya sumur minyak di Porong. BP juga mengeluarkan milyaran dollar untuk menutup kebocoran sumur minyaknya di Teluk Meksiko dan upaya untuk membersihkan laut dari tumpahan minyak. BP juga dilaporkan menjual beberapa asetnya untuk menutup biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi masalah kebocoran sumur minyaknya. Kasus yang dialami kedua perusahaan eksplorasi minyak tersebut telah memberikan dampak pada turunnya harga saham kedua perusahaan tersebut. Harga saham perusahaan kelompok Bakrie sempat mengalami penurunan yang tajam saat kasus Porong belum memenuhi titik terang penyelesaian dengan masyarakat setempat. Harga saham BP juga mengalami penurunan karena kasus Teluk Meksiko tersebut. Kasus Lapindo di Porong dan BP di Teluk Meksiko semakin menyadarkan kita akan arti penting pelestarian dan perlindungan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan jika hal tersebut tidak dilakukan. Sejak tahun 2002 KLH (Kementrian Lingkungan Hidup) mengadakan PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
5
Lingkungan Hidup) di bidang pengendalian dampak lingkungan untuk meningkatkan peran perusahaan dalam program pelestarian lingkungan hidup. Melalui PROPER, kinerja lingkungan perusahaan diukur dengan menggunakan warna, mulai dari yang terbaik emas, hijau, biru, merah, hingga yang terburuk hitam untuk kemudian diumumkan secara rutin kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui tingkat penataan pengelolaan lingkungan pada perusahaan dengan hanya melihat warna yang ada. Hasil dari diberlakukannya peraturan – peraturan pemerintah tersebut sampai saat ini pelaksanaannya masih jauh dari harapan, terbukti dari masih banyaknya perusahaan di Indonesia yang tergabung dalam PROPER mendapatkan peringkat hitam pada periode 2009 – 2011 yang berarti bahwa perusahaan tersebut secara sengaja tidak melakukan upaya pengelolaan lingkungan sebagaimana yang dipersyaratkan serta berpotensi mencemari lingkungan. Hal ini menggambarkan masih banyak perusahaan – perusahaan yang memberikan andil dalam masalah pencemaran lingkungan di Indonesia. Oleh karena itulah diperlukan pengaturan secara khusus mengenai masalah pengelolaan lingkungan hidup ini. Dan tentunya sudah selayaknya perusahaan bersedia untuk menyajikan suatu laporan yang dapat mengungkapkan bagaimana kontribusi mereka terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi di sekitarnya. Laporan keuangan merupakan media potensial bagi perusahaan untuk mengakomodasikan kepada stakeholder informasi yang dihasilkan dari transaksi yang dilakukan perusahaan. Ruang lingkup informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan semakin diperluas, tidak hanya memberikan
6
informasi keuangan konvensional yang sempit yang terbatas pada angka-angka akuntansi tetapi laporan keuangan harus mengakomodasi kepentingan para pengambil keputusan dengan cara menampilkan pertanggungjawaban sosialnya, yang nantinya mampu menampilkan performance perusahaan secara lengkap. Perusahaan pun berusaha untuk menampilkan laporan keuangannya secara maksimal. Akan tetapi hal tersebut malah menimbulkan banyak manipulasi yang terjadi di dalam dunia usaha. Kasus-kasus kecurangan besar melibatkan pihakpihak yang terkait dalam perusahaan tersebut. Salah satu tujuan perusahaan dalam mengungkapkan kinerja lingkungan, sosial dan finansial di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas dan transparansi korporat kepada investor dan stakeholder lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik
dan
stakeholder
lainnya
tentang
bagaimana
perusahaan
telah
mengintegrasikan CSR dan lingkungan sosial dalam setiap aspek kegiatan operasinya (Darwin 2007, dalam Rahmawati 2012). Kinerja lingkungan jika dihubungkan langsung dengan CFP (Corporate Financial Performance) tidak mempengaruhi besarnya fluktuasi harga saham dan besarnya dividen yang dibagikan. Dengan demikian, maka dihubungkan CSR disclosure sebagai pengaruh tidak langsung antara kinerja lingkungan dengan kinerja finansial. Karena CSR akan menjadi pengungkap kinerja lingkungan ke pihak masyarakat dan investor sehingga CSR sebagai pihak penyela atau ketiga yang akan mempengaruhi kinerja finansial perusahaan.
7
Penelitian empiris mengenai hubungan antara kinerja lingkungan, Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure telah mempertimbangkan kekuatan hubungan diantara variabel-variabel tersebut. Penelitian sebelumnya AlTuwaijri, et al. (2003) yang telah meneliti kaitan antara variabel kinerja lingkungan dan kinerja finansial (CFP) menemukan hubungan positif signifikan begitu pula dengan penelitian Suratno et al (2006) yang menemukan hubungan positif signifikan antara hubungan kinerja lingkungan dengan kinerja finansial. Hasil ini konsisten dengan skenario win-win dan proposisi dari Porter dan van der Linde (1995) dalam Rahmawati (2012) bahwa kinerja lingkungan yang baik akan diberi penghargaan di pasar. Penelitian mengenai hubungan antara kinerja lingkungan dengan kinerja finansial juga dilakukan oleh Rakhiemah dan Agustia (2009), mereka tidak menemukan hubungan yang positif dan signifikan ternyata kinerja lingkungan bukanlah salah satu faktor yang menentukan fluktuasi harga saham dan besarnya dividen yang dibagikan pada suatu periode. Hal ini diduga karena kondisi yang terjadi di indonesia sangat berbeda dengan yang terjadi di beberapa negara lain terutama di negara barat berkaitan dengan perilaku para pelaku di pasar modal indonesia. Penelitian sebelumnya Al-Tuwaijri, et al. (2003), Suratno et al. (2006), Rakhiemah dan Agustia (2009) dan Sudaryanto (2011) mereka menguji kinerja lingkungan
perusahaan
terhadap
corporate
social
responsibility.
Hasil
menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan antara kinerja lingkungan dengan corporate social responsibility. Hal ini konsisten dengan model discretionary disclosure dengan CSR disclosure menurut Varecchia (1983) dalam
8
Suratno, et al (2006) dimana pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa mengungkapkan kinerja mereka menggambarkan good news bagi pelaku pasar. Penelitian sebelumnya Feedman and Jaggi (1992), Al-Tuwaijri, et al. (2003), Suratno et al. (2006), Rahmawati (2012) yang menemukan hubungan positif dan signifikan antara CSR disclosure dengan kinerja finansial. Sebaliknya, temuan di atas tidak konsisten dengan temuan Sarumpaet (2005) dan Rakhiemah dan Agustia (2009) yang menemukan hubungan tidak signifikan antara CSR disclosure dengan kinerja finansial. Dari penelitian Rakhiemah dan Agustia (2009) tidak menemukan hubungan positif dan signifikan antara kinerja lingkungan dengan kinerja finansial, namun untuk variabel kinerja lingkungan dan CSR disclosure secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja finansial. Kedua variabel saling menguatkan satu sama lain sehingga berdampak pada pengaruh yang signifikan. Hal ini diduga karena perilaku para pelaku modal di indonesia sangat berhati-hati dalam menentukan keputusan investasinya sehingga variabel kinerja lingkungan saja tidak memiliki pengaruh yang besar. Dengan demikian CSR disclosure dapat berfungi sebagai variabel intervening dalam pengaruh tidak langsung kinerja lingkungan terhadap kinerja finansial. Sesuai dengan penelitian Sudaryanto (2011) yang menjadikan CSR disclosure sebagai variabel intervening yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja lingkungan terhadap kinerja finansial yang memiliki hubungan positif dan signifikan.
9
Alasan dilakukannya penelitian ini adalah pertama, karena menindak lanjuti rekomendasi Aldilla dan Dian (2009) untuk melakukan penelitian dengan mengganti jumlah tahun pengamatan, proksi kinerja finansial, sample serta penggunaan variable CSR disclosure sebagai variable intervening dalam menganalisis pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan. Alasan kedua, penelitian mengenai hubungan antara kinerja lingkungan dan kinerja finansial menarik dan penting untuk diteliti kembali mengingat tidak konsistennya hasil-hasil penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menguji kembali pengaruh kinerja lingkungan perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure dan kinerja finansial perusahaan. Selain itu, dalam penelitian ini akan dikembangkan dengan mencoba menguji Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure sebagai variabel intervening. B. Perumusan Masalah Sebagaimana telah diuraikan di atas, perusahaan sudah memberikan kontribusi kepada masyarakat atas kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Seakan menadapat legitimasi dari masyarakat, perusahaan bergerak dengan leluasa untuk memaksimalisasi labanya untuk bisa memberikan sumbangan kepada masyarakat. Dengan seiring hal tersebut, perusahaan banyak melanggar prinsip-prinsip maksimalisasi` laba itu sendiri. Sehingga masyarakat sadar dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu, masyarakat menuntut agar perusahaan peduli dan memperhatikan dampak-dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dan upaya untuk menanganinya.
10
Perusahaan selayaknya bersedia untuk menyajikan suatu laporan yang dapat mengungkapkan bagaimana kontribusi mereka terhadap berbagai permasalahan sosial dan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Sebagai tatanan sosial, perusahaan harus melaporkan pengelolaan lingkungan perusahaan dan sosialnya ke dalam laporan tahunan. Hal ini terkait dengan tiga aspek sustainability reporting yakni aspek kinerja lingkungan, sosial dan kinerja ekonomi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan yang akan menjadi topik pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah kinerja lingkungan dapat berpengaruh terhadap kinerja finansial perusahaan ? 2. Apakah Kinerja lingkungan dapat berpengaruh terhadap corporate social responsibility (CSR) disclosure ? 3. Apakah pengaruh corporate social responsibility (CSR) disclosure berpengaruh terhadap kinerja finansial perusahaan ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah diuraikan maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja finansial perusahaan. 2. Untuk mengetahui pengaruh kinerja lingkungan terhadap corporate social responsibility. 3. Untuk mengetahui pengaruh corporate social responsibility disclosure terhadap kinerja finansial perusahaan.
11
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Berdasarkan manfaat teoritis, penelitian ini dapat diharapkan lebih menambah wawasan bagi pemerintah, lembaga legeslatif, akademisi, serta para pelaku bisnis ekonomi khususnya pengusaha mengenai manfaat penerapan kinerja lingkungan, corporate social responsibility dan corporate financial performance. 2. Manfaat Praktis Berdasarkan manfaat praktis, dari sisi perusahaan terhadap manfaat praktis yang diperoleh dari aktivitas peduli lingkungan dan corporate social responsibility, yaitu mengurangi sisi negatif atau tuduhan dari masyarakat yang lontarkan kepada perusahaan, perusahaan yang melakukan kegiatan positif dalam memberikan hal positif terhadap masyarakat sekitar seperti CSR dan peduli dengan lingkungan akan mendapatkan manfaat dan dukungan yang luas dari masyarakat, dapat mendongkrak citra perusahaan untuk lebih berkembang dari melakukan kegiatan CSR, masyarakat akan cenderung membela perusahaan dari tuduhan buruk karena telah dianggap menyejahterakan msayarakat, karyawan pun akan bangga dan membela perusahaan yang memiliki reputasi yang baik secara konsisten melakukan dan menerapkan kesejahteraan dan kelayakan hidup dengan kualitas yang baik bagi masyarakat sekitar.
12