BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas seorang auditor yaitu sebagai pemeriksaan laporan keuangan, audit dalam melaksanaanya tidak semata-mata hanya untuk kepentingan klienya, melainkan juga untuk untuk kepentingan pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan audit tersebut. Dan pada umumnya perusahaan-perusahaan Indonesia baru memerlukan jasa audit oleh profesi audit jika kreditur mewajibkan mereka menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor sehingga keandalan atas laporan keuangan tersebut dapat dipertanggung jawabkan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan diri klien dari peran pemakaian laporan keuangan audit lainnya, maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. “audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor” (PSA 01(SA 210). Auditor mempunyai peran penting dalam menjebatani kepentingan investor dan keputusan perusahaan sebagai pemakai dan penyedian laporan keuangan. Peran auditor diperlukan untuk
mencegah diterbitkanya
laporan keuangan yang
menyesatkan sehingga para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputasan dengan benar sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya dan memberikan pendapat mengenai kewajiban laporan keuangan yang diperiksa. Oleh sebab itu auditor berkualitas tinggi dapat meninggakatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan.
1
2
Pengertiaan sederhana mengenai pemeriksanaan laporan keuangan itu sendiri yang mengambarkan tujuannya dijelaskan oleh Sukrisno Agoes (2011:2), yaitu : ”tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa.” Definisi tersebut
menjelaskan bahwa fungsi akuntan yang memberikan
kualitas terhadap bukti audit, tetapi untuk sampai pada suatu kesimpulan dalam memberikan bukti audit harus melaksanakan serangkai pemeriksaan menurut aturan yang berlaku. Dengan kata lain bahwa auditor harus mengumpulkan bukti yang kompenten agar mendapatkan suatu laporan yang berkualitas. Untuk menentukan apakah suatu bahan bukti dapat memberikan kesimpulan, maka dari itu diperlukan empat faktor dimana faktor-faktor tersebut adalah relevan, kompetensi, kecukupan dan ketepatan waktu. Bukti audit yang dikumpulkan oleh staf audit dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan audit. Dalam tahap perencanaan audit ini auditor harus mengunakan bahan bukti untuk menentukan luasnya pemeriksaan yang akan dilakukan dalam tahap pemeriksan lapangan, dalam tahap pemeriksaan lapangan ini biasanya auditor memeriksa akun-akun yang terdiri aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapat, beban, dan dalam pemeriksaan akun dari setiap laporan keuangan auditor yakin bahwa akun dari setiap laporan keuangan klien telah disajikan sesuai dengan SAK, sedangkan dalam tahap penyusunan laporan audit, auditor mengunakan bahan bukti dalam bentuk kertas kerja audit yang telah dikerjakan pada tahun pemeriksaan dan dilaporkan serta ditambah dengan temuan bukti audit dalam bentuk daftar jurnal
3
penyelesaian audit, dimana dari semua temuan bahan bukti audit dapat membantu auditor dalam memberikan opini mengenai laporan keuangan suatu perusahaan dalam bentuk laporan auditor atas laporan keuangan auditan. Terdapat fenomena antara Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) menantang Bank Indonesia (BI) untuk membuktikan temuanya di pengadilan terkait audit investigasi kasus Century. BPK menduga telah terjadi tindak pidana perbankan administrasi maupun korupsi dalam penyaluran dana talangan (Bailout) sebesar Rp. 6,7 triliun. Data dan fakta yang digunakan BPK dalam mengusut kasus tersebut merupakan data yang diberikan oleh BI dan bukan analisis dari tim penyidik. Hal tersebut disampaikan Ketea Tim Audit Investigasi Bank Century BPK. Audit-audit yang selama ini dilakukan dibuktikan bahwa tidak ada satu pun pihak yang diaudit mengakui perbuatanya. Namun, tidak satu pun pihak-pihak yang disasar lepas dari jerat hukum. Dalam diskusi tersebut menjabarkan bahwa temuan BPK dalam audit investigasi tersebut bersumber dari data-data yang dipperoleh tim audit dari pihak BI sendiri dan kemudian mengungkapkan bahwa salah satu temuan itu di temukan adanya kesengajaan mengubag peraturan pemberian fasilitas jangka pendek oleb BI kepada ban century agar mendapatkan kucuran dana. Hal tersebut Bank Century telah melanggar etika yang tercantum dalam kode etik DPR. Kasus tersebut telah menjadi slah satu penghambat dalam pemulihan ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini. Hal fundamental yang sering terlupakan dalam upaya penguatan kembali ekonomi kita yaitu : kejujuran dan transparasi yang diikat oleh elemen kepercayaan (trust) . situasi ini yang kemudian disebuk sebagai
4
kepanikan, sehingga pemerintah harus bercermi lebih dalam mengajarkan serta memberikan contoh mengenai kejujuran dan transparasi, sehingga dapat memelihara kepercayaan kita semua. Untuk menjaga kualitas seorang auditor maka seorang audit harus memiliki suatu kinerja secara professional, dalam tindakan kesehariannya terlihat menjaga reputasi profesi dan menghindari tindakan yang merendahkan martabat profesi. Akuntan dalam segala tindakan selalu mempertimbangkan diri pada etika profesi serta tanggung jawab professional. Pada tahun 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merumuskan Kode Etik sebagai pendoman etika professional. Etika professional ini dirumuskan agar dalam memberikan jasa professional, akuntan selalu bertindak tegas dan jujur. Mematuhi standar professional dan teknis yang relevan. Namun saat menangapi penugasan, keahlian, dan ketelitianya berjalan dalam ritme yang tinggi sesuai syarat integritas , objektifitas, serta syarat indenpendesi yang berlaku. Etika profesi yang dimiliki auditor dalam penerapanya akan terkait dengan kualitas auditor akuntan public. Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan menjaga intergritas dan objektivitas mereka maka syarat-syarat etika suatu organisasi suatu akuntan sebaikya didasarkan kepada prinsip-prinsip dasar yang mengatur tindakan atau perilaku seorang akuntan dalam melaksanakan tugas profesionalisme. Prinsip tersebut adalah intergritas, objektivitas,
5
independent, kepercayaan, standar-standar teknis, kemampuan professional, dan perilaku etika. Dari keadaan tersebut penulis tertarik untuk meneliti apakah bukti audit memeberikan pengaruh besar terhadap pemberian kualitas audit serta etika profesi memberika pengaruh terhadap kualitas audit dan apabila tidak terdapat bukti audit yang kompeten, apakah kualitas audit yang diberikan itu dapat dipercaya dan akurat atau tidak. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas mengenai “ PENGARUH BUKTI AUDIT DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBIK WILAYAH JAKARTA BARAT”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan masalah-masalah yang akan diteliti dalam dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah bukti audit berpengaruh terhadap kualitas audit? 2. Apakah etika profesi berpengaruh terhadap kualitas audit?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, dan batasan masalah, maka penulisan mempunyai tujuan yaitu: 1. Untuk mengetahui pengaruh bukti audit terhadap kualitas audit pada KAP untuk daerah Jakarta Barat.
6
2. Untuk mengetahui pengaruh etika profesi terhadap kualitas audit pada KAP untuk daerah Jakarta Barat D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan informasi dan referensi dalam penelitian di bidang auditing khususnya dalam peningkatan kinerja auditor independen b. penelitian ini dapat digunakan sebagai literature dalam melaksanakan penelitian yang relevan dimasa mendatang 2. Manfaat bagi Auditor: Diharapkan dapat memeberikan konstribusi praktis bagi organisasi terutama KAP khususnya auditor dalam menjalankan pemeriksaan akuntansi (auditing) dalam menjalankan etika profesi dan pengalaman terhadap kualitas audit.