BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki awal abad dua puluh, ada dua fenomena yg menonjol di berbagai belahan dunia yang terjadi hampir bersamaan pertama kebangkitan agama dan kedua demokratisasi. Dua fenomena tersebut menggambarkan sebuah bukti bahwa di penghujung abad yang lalu terjadi perubahan yang begitu cepat. Gerakan kebangkitan agama berjalan seiring dan terkadang memperkuat pembentukan sistem
politik sebuah negara kearah yang lebih demokratis.
Sementara dibagian wilayah lain tidak jarang kedua fenomena tersebut menjadi saling berbenturan. Dunia islam tidak luput dari pengaruh fenomena tersebut, kebangkitan islam di negeri-negeri yang mayoritas penduduknya islam memunculkan isu demokratisasi.1 Dalam rangka merespon kondisi zaman, terdapat banyak pemikir islam yang bermunculan. Semuanya mengusung semangat kembali membangun kejayaan umat yang pernah diraih pada masa lalu. Bersamaan dengan itu diskusi seputar konsep dan pemikiran keislaman pun merebak. Berbagai telaah dan analisis sudah dilakukan untuk merumuskan konsep dan pemikiran sebaik mungkin yang dapat mengantarkan umat ini menuju kehidupan yang di idamidamkan. Dalam merumuskan sebuah pemikiran, ada yang memandang persoalan umat dengan semangat pahlawan yang berlebihan hingga melahirkan konsep yang mengedepankan permusuhan terhadap pihak lain. Ada pula yang dilatarbelakangi 1. Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan; Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia, (Jakarta, Teraju, 2002), hal 6-7.
1 Universitas Sumatera Utara
oleh kekaguman yang berlebihan juga terhadap kemajuan barat sehingga kurang percaya diri ketika mengaktulisasikan konsep keislamannya. Di antara berbagai konsep itu, ada beberapa gerakan islam yang arif, cermat dan mendalam dapat merumuskan dan menjalankan hakikat perjuangan islam yang ketat dengan bingkai syari’at namun tetap mengedepankan strategi yang logis dan realistis.2 Salah satu tokoh pemikir yang sangat berpengaruh yaitu, Hasan Al Banna. Beliau adalah seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam periodesasi kebangkitan islam dalam segi perpaduan agama dan politik. Pemikiran hasan al banna banyak di adopsi oleh gerakan-gerakan yang berbasis keislaman, karena dianggap lebih dinamis dan toleran terhadap sistem yang berlaku di setiap negara yang ada di seluruh belahan dunia. Hasan Al Banna Lahir pada tahun 1906 bertepatan dengan semakin rapuhnya khilafah islam turki ustmani, khilafah islam terakhir yang menandai berakhirnya kekhalifahan islam. Al-Banna tumbuh sebagai seorang pemuda seperti halnya pemuda saat itu. Sejak usia delapan hingga dua belas tahun, albanna belajar di sekolah rashad. Tahun 1920, dia pindah ke Damanhur dan mengeyam pendidikan disana sampai berusia 14 tahun. Sebelum memasuki jenjang pendidikan tinggi di universitas mahmuddiyah, al-banna telah menghafal sebagian besar kitab al-qur’an. Al-Banna masuk Jama’iyyah al-Akhlaq Wa aladab, dan dari sana ia bergabung dengan perkumpulan mencegah kemaksiatan yang beraktivitas melakukan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar.3 Jenjang pendidikan pendahuluan ia selesaikan di Damanhur. Setalah itu pada tahun 1923, 2. Abdul Hamid Al-Gazali, Meretas Jalan Kebangkitan Islam; Peta Pemikiran Hasan Al-Bana, terj, (Solo; Era Intermedia, 2001), hal 5-6. 3. Muhammad Mahdi Akif, “Syahid Hasan Al-Banna”. http://taghrib.ir/melayu, di akses 2 Agustus 2013 pukul 14.30.
2 Universitas Sumatera Utara
Al-Banna untuk pertama kalinya pergi ke kairo, ibukota Mesir. Di kota inilah ia mendaftarkan diri untuk mengikuti pendidikan tinggi disana. Meski penerimaan siswa cukup alot dan seleksi sangat ketat, namun al-Banna berhasil melalui setiap tahapan dengan baik dan diterima di sekolah tinggi Kairo, bahkan dia menjadi guru di sebuah sekolah di isma’iliyah, Mesir.4 Hasan al-Banna dianggap sebagai pionir proyek kebangkitan peradaban islam, ia melakukan formulasi untuk membangkitkan gerakan kebangkitan islam kontemporer yang disebut “ Jama’ah al-Ikhwan al-Muslimin “, karena islam pada saat itu hanyalah sekedar agama abangan, kemalasan, pengangguran, atau kesufian, sebagaimana halnya telah menimpa dunia islam pada masa kemunduran.5 Agama (ad-din) adalah hukum tuhan yang mengajak orang-orang yang berakal kepada kebaikan sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Sedangkan politik (As-Siyasah) adalah dasar-dasar atau disiplin ilmu yang membahas tentang cara mengatur berbagai persoalan yang bersifat umum.6 Dalam suatu kesempatan ketika al-Banna berbicara mengenai hubungan antara islam dengan politik dan sikap seorang muslim terhadapnya. Ia berpendapat bahwa berpolitik artinya memikirkan persoalan internal dan ekternal umat. Dengan gambling ia mengaitkan antara aqidah dan aktivitas politik. Ia berkata “sesungguhnya seorang muslim belum sempurna keislamannya kecuali ia menjadi seorang politikus, 4. Abbas Assisi, Biografi Dakwah Hasan Al-Banna,terj : Nandang Burhanudin, Dedi heriadi (Bandung: harakatuna, 2006), hlm 382-385. 5. http:// www.al-ikhwan.net/ Imam syahid Hasan al-Banna, Pionir Kebangkitan Islam, diakses pada tanggal 03 Agustus 2013, pukul 10.00 6. Yusuf Al-Qaradhawi, Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik: Bantah Tuntas terhadap Sekularisme dan Liberalisme, terj : Khoirul Amru Harahap ( Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2008), hlm 11,20.
3 Universitas Sumatera Utara
mempunyai pandangan jauh ke depan dan memberikan perhatian penuh kepada persoalan bangsanya. Keislaman seseorang menuntutnya untuk memberikan perhatian kepada persoalan bangsanya.7 Pemikiran Hasan Al-Banna tersebut banyak mengilhami gerakangerakan islam bahkan partai partai yang beridiologi islam yang ada di seluruh belahan dunia, bahkan Indonesia. Yang dianggap lebih dinamis dengan sistem yang berlaku. Berbeda dengan Muhammad Natsir seorang politisi islam dari Indonesia yang selalu ‘ menghendaki’ agama sebagai Ideologi Negara, akan tetapi berusaha menampilkan semangat keislamannya dengan wajah terbuka dan lebih luwes.8 Menurut Tarmizi Taher, Natsir merupakan sedikit diantara manusia Indonesia yang multi dimensional dan begitu kompleks. Meskipun secara politis Natsir kalah dalam memperjuangkan islam sebagai ideologi negara secara konstituional, dia menerima dengan lapang dada dan ikhlas.9 Diakhir tahun 1990 an kondisi sosial politik Indonesia mulai berubah secara drastis, gerakan-gerakan islam yang tadinya di tekan oleh aparat pemerintah agar tidak hidup, malah sebaliknya berkembang pesat. Puncak dari perubahan ini terjadi pada tanggal 21 Mei 1998 dimana orang nomor satu di Indonesia presiden Soeharto mundur dari jabatannya setelah mendapat tekanan yang sangat massif dari rakyat yang dimotori oleh para mahasiswa dan para tokoh nasional. 7. Utsman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, terj: Jasiman, Hawin Murthado, Salafudin, Solo : Era Intermedia, 2000, hlm 72-73. 8. G. H. Jansen, Islam Militan. Terjemahan oleh Armahedi Mahzar, Bandung: Pustaka, 1983, hal., 231, 272. 9. Tarmizi Taher. “Pemikiran dan Perjuangan Natsir”, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996., hal., 14.
4 Universitas Sumatera Utara
Setelah soeharto tumbang, kepemimpinan negara pun beralih ke tangan B.J. Habibie yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden. Pada masa inilah era multipartai dimulai selama 32 tahun rakyat Indonesia dipaksa untuk memilih diantara 3 partai saja. Euforia politik pun terus berlangsung ditandai dengan berdirinya partai-partai baru. Para mantan aktivis dakwah generasi pertama dan juga sarjanasarjana lulusan timur tengah yang selama ini aktif di dunia dakwah pun mencoba memanfaatkan situasi yang sedang berkembang. Akhirnya lewat sebuah proses panjang, para pegiat dakwah inipun mendeklarasikan sebuah partai politik yang diberi nama Partai Keadilan ( PK ), yang dideklarasikan pada hari Ahad tanggal 15 Rabi’ul Tsani 1419 H bertepatan dengan tanggal 9 Agustus 1998.10 Pada pemilu 1999 Partai Keadilan mendapatkan 1,4 juta suara atau 1,36% berhasil menundukan 7 orang wakilnya di senayan. PK menempati 7 besar partai pemenang pemilu. Karena terganjal undang-undang pemilu mengenai Electoral Treshold (batas suara minimal harus 2 %) maka PK mengubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), setelah sebelumnya harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah di tentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pendeklarasian Partai Keadilan Sejahtera ini dilakukan dilapangan Monas Jakarta pada hari Ahad tanggal 18 Shafar 1424 H bertepatan dengan tanggal 20 April 2003.11
10. Sapto Waluyo, Kebangkitan Politik Dakwah: Konsep dan Praktik Politik Partai Keadilan Sejahtera di Masa Transisi, Bandung : Harakatuna Publishing, 2005, hlm 357-359. 11. Majalah SAKSI No. 15 Tahun V, 6 Mei 2003, hal 39.
5 Universitas Sumatera Utara
PK Sejahtera sulit dikategorikan sebagai partai tradisional atau modern, karena para pendirinya berasal dari dari kalangan muda dan tua, lebih fair jika kita menyebutnya sebagai partai masa peralihan yang mempertemukan generasi muda dari berbagai kubu. Proses itulah yang yang sedang dan akan membentuk konfigurasi sosial dan politik Indonesia di masa kini dan mendatang, sehingga kategori tradisional dan modernis tidak memadai lagi. Dalam perspektif transisional, pemahaman yang ketat memisahkan politik dan dakwah otomatis mencair. Pengetahuan dan pengalaman konkret membuat para aktivis lebih mudah melintasi batas. Politik tidak hanya dipersepsi sebagai arena konflik perebutan kekuasaan, melainkan juga perumusan kebijakan dan pencapaian kepentingan umum. Di situlah makna politik bisa bersinggungan erat dengan dakwah, dalam pengertian “ upaya untuk mengembalikan manusia agar menyembah Allah Semata dengan memerintahkan kema’rufan dan mencegah kemungkaran.” Dalam rumusan PK Sejahtera yang khas, politik dakwah Dipraktekkan sebagai “ mimbar dakwah parlemen atau lebih kental lagi sebagai “jihad siyasi”. Bagi sebagian pengamat rumusan itu mungkin masih berbau jargon atau slogan, namun aktivis PK Sejahtera dengan tekun membuktikannya sebagai fenomena baru dalam perpolitikan nasional.12 Dari pernyataan diatas kita mengetahui bahwa berdirinya PK yang di pelopori oleh sarjana lulusan timur tengah. Secara tidak langsung tokoh-tokoh tersebut banyak mendapatkan insipirasi pemikiran dari Hasan Al-Banna, tempat dimana mereka menuntut ilmu. 12. Sapto Waluyo, Kebangkitan Politik Dakwah: Konsep dan Praktik Politik Partai Keadilan Sejahtera di Masa Transisi, Bandung : Harakatuna Publishing, 2005, hlm 31
6 Universitas Sumatera Utara
Maka dari itu saya tertarik untuk melihat, mendudukkan, dan mensistematiskan Sejauh mana pemikiran Hasan Al-Banna terkait agama dan politik bisa mempengaruhi Idiologi sebuah Partai politik yang ada di Indonesia yaitu Partai Keadilan Sejahtera. Sehingga PK Sejahtera yang bernafaskan islam bisa bertahan dan masih tetap berkiprah di perpolitikan Indonesia, ditengah partaipartai lain yang bernafaskan islam yang mulai tenggelam di kancah perpolitikan Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaaan penelitian apa saja yang pelu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Dengan kata lain, perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah.13 Atas latar belakang diatas maka penulis merumuskan suatu masalah yang akan menjadi bahasan dalam penelitian ini yaitu terkait dengan pemikiran Hasan Al Banna khususnya tentang agama dan politik. Penulis akan menggambarkan sebuah pengungkapan permasalahan dari objek penelitian yaitu Sejauh mana pemikiran tokoh berpengaruh terhadap idiologi Sebuah partai politik yang ada di Indonesia yaitu partai keadilan sejahtera.
13. Husnaini Usman & Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara ,2009), hlm 27.
7 Universitas Sumatera Utara
Disini penulis akan menguraikan sejarah seorang tokoh dan sejarah berdirinya partai keadilan sejahtera sehingga apakah ada dari pemikiran hasan al banna tentang agama dan politik
yang berpengaruh terhadap idiologi partai
keadilan Sejahtera.
1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan Masalah diatas maka penulis membuat beberapa pertanyaan yang akan dibahas serta dijawab dalam bab berikutnya agar dapat melengkapi penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana pemikiran Hasan Al Banna tentang agama dan politik berpengaruh terhadap Idiologi Partai Keadilan Sejahtera ? 2. Apa dampak dari pemikiran Hasan Al Banna terhadap perkembangan Partai Keadilan Sejahtera ?
I.4 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran Hasan Al Banna tentang agama dan politik. 2. Untuk mengetahui sejauh mana pemikiran Hasan Al Banna tentang agama dan Politik berpengaruh terhadap idiologi Partai Keadilan Sejahtera.
8 Universitas Sumatera Utara
I.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Secara akademis penelitian ini bermanfaat bagi penulis, yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan mengasah penulis dalam membuat karya ilmiah untuk selanjutnya dapat menyelesaikan pendidikan di Strata Satu (S-1) Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 2. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan terhadap Ilmu Politik, yaitu mengenai pemikiran Hasan al Banna tentang agama dan politik yang berpengaruh bagi Idiologi Partai Politik. 3. Menambah referensi bagi Mahasiswa Departemen Ilmu Politik FISIP USU mengenai Idiologi Partai Keadilan Sejahtera.
I.6 Kerangka Teori Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep.14 Dalam hal ini penulis akan mengambil teori-teori yang berkaitan tentang pemikiran Hasan al Banna tentang agama dan politik dan pengaruhnya terhadap Idiologi Partai Keadilan Sejahtera.
14. Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES,1955 hlm 37.
9 Universitas Sumatera Utara
1.6.1 Kehidupan Hasan Al-Banna 1.6.1.1 Hasan Al-Banna Kecil Sampai Remaja Syaikh Abdurrahman Al Banna Kakek Imam As-syahid adalah seorang pembesar sekaligus konglomerat Desa Syamsyirah. Beliau mempunyai dua anak laki-laki; Ahmad dan Muhammad. Ahmad menghabiskan waktunya untuk mencari ilmu di al-azhar, sedangkan Muhammad bekerja di desanya. Ketika Abdurrahman Al Banna meninggal, keduanya berselisih tentang warisan. Namun, Ahmad mengalah dan meninggalkan desanya, pergi menetap di Mahmudiyah. Syaikh Akhmad Abdul Rahman Al Banna bapak Imam Asy-Syahid tinggal di Mahmudiyah. Bekerja sehari-hari sebagai tukang reparasi jam dan sisa waktunya beliau manfaatkan untuk mengajar fiqih, tauhid serta hafalan al-qur’an berikut tajuidnya. Beliau memiliki perpustakaan besar yang dipenuhi beragam buku-buku islam. Ketika penduduk Mahmudiyah membangun mesjid, mereka meminta agar Syaikh Akhmad mengawali khutbah jum’at di masjid tersebut. Waktu itu, orangorang sangat kagum dengan keilmuan dan retorika bicaranya. Akhirnya beliau menjadi khatib dan imam mesjid. Beliau membagi waktunya antara mengajar dan memperbaiki jam. Beliau menikahi seorang wanita shalihah dari keluarga Abu Qaura dan dikaruniai lima anak laki-laki serta dua anak perempuan.15 Imam Syahid Hasan bin Akhmad bin Abdurrahman Al Banna dilahirkan pada tahun 1906 di kota Mahmudiyah sebuah kawasan dekat Iskandariyah. Beliau anak sulung Syaikh Ahmad Al Banna.16 15. Abbas Assisi, Biografi Dakwah Hasan Al-Banna,terj : Nandang Burhanudin, Dedi heriadi, Bandung: harakatuna, 2006, hlm 382-383. 16. Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 1, terj : Anis matta, Rofi’ Munawar, Wahid Ahmadi, Solo : Era Adicitra Intermedia,2011, hlm 17.
10 Universitas Sumatera Utara
Beliau mulai masuk sekolah dasar di Ar-Rasad Ad-Diniyah,kemudian melanjutkan I’dadiyah. Setelah itu beliau memilih masuk sekolah guru, beliau menamatkan belajar di sekolah guru selama tiga tahun dan meraih nilai terbaik di sekolahnya. Disamping belajar di rumah dan di mesjid, beliau juga belajar pada sekolah pemerintahan. Kemudian melanjutkan perjalanannya ke dar’al ulum kairo dan tamat pada tahun 1927, setelah tamat dari darul ulum beliau menjadi guru pada sekolah dasar di Ismailiyah. Dari ismailiyah inilah beliau memulai aktifitas keagamaannya di tengah-tengah masyarakat, terutama warung warung kopi dihadapan para karyawan proyek terusan suez.17 Beliau memounyai cara dan teknik yang menarik dalam menyampaikan dakwahnya baik kepada jama’ah mesjid maupun para pengunjung kedai kopi sehingga mereka merasa terkesan dan mau menerima apa-apa yang di sampaikan Hasan Al- Banna. 1.6.1.2 Hasan Al- Banna dan Ikhwanul Muslimin Pada Saat Hasan Al-Banna di Ismailiyah enam orang pemuda mendatangi rumah beliau. Mereka meminta kepadanya untuk menjelaskan langkah-langkah meraih izzah islam dan kaum muslim. Beliau memberikan apresiasi kepada mereka atas ghiroh tersebut dan meminta mereka untuk berba’iat kepada Allah, menjadi tentara dakwah untuk meraih izzah umat. Enam orang tersebutlah yang menjadi inisiator lahirnya Jamaah Ikhwanul Muslimin. Peresmian Jamaah diselenggarakan di rumah “ Ikhwanul Muslimin “ dan masjidnya di Ismailiyah, pada tanggal 05 muharam 1348 H. Berturut-turut setelah itu dibuka kantor ikhwan di daerah Ismailiyah dan Suez. 17. LPP WAMY, Gerakan Keagamaan dan Pemikir Akar Idiologis dan Penyebarannya, Jakarta al-I’tishom, 2003, hal 7.
11 Universitas Sumatera Utara
Sedangkan di kairo “ Jam’iyah Al Hadharah Al Islamiyah” memutuskan untuk berkoalisi dengan ikhwanul muslimin karena percaya bahwa kesatuan shaf umat islam lebih utama daripada bercerai berai. Akhirnya cabang ikhwan didirikan di kairo. Setelah semakin berkembang dan bertambah aktivitasnya, cabang ikhwan di kairo dikukuhkan menjadi kantor pusat Ikhwanul muslimin pada tahun 1932 M. Hasan Al-Banna mencetuskan 7 dasar pokok untuk ikhwanul muslimin. 7 dasar-dasar pokok tersebut adalah : 1. Adanya aktivitas dakwah 2. Memiliki keistimewaan, kepribadian yang jelas dan memiliki sifat-sifat konkrit 3. Memiliki kepemimpinan yang berkesadaran tinggi, bijak yang sasaran dan metodenya jelas 4. Memiliki pendukung setia yang siap membawa misi dengan keyakinan dan komitmen yang tinggi 5. Tujuan yang hendak dicapai jelas, tidak tergoyahkan oleh situasi apapun, dan gangguan-gangguan yang ada di tengah jalan. 6. Cara-cara untuk mencapai tujuan jelas, diketahui tahapan-tahapan dan langkah-langkahnya. 7. Mempunyai sikap yang jelas terhadap isu-isu yang beredar.18 Setelah Hasan Al- Banna pindah ke kairo, ia melakukan lebih banyak aktifitas dakwah islam. Ia semakin konsisten dan intens membangun sarana dan prasarana serta dasar-dasar da’wah bagi jama’ahnya. 18. Yusuf Al-Qardhawi, 70 Tahun Al-Ikhwan al- Muslimun; Kilas Balik Da’wah Tarbiyah dan Jihad, Jakarta : Al Kautsar, 1999, hlm 17
12 Universitas Sumatera Utara
Ia mengadakan dialog-dialog dan diskusi serta membuka kelas-kelas pelajaran di kantor pusat. Pada musim panas berkeliling ke kampong-kampung di sebelah utara dan barat kairo dalam rangka memperluas wilayah dakwah. Usaha tersebut menampakkan hasil yang sangat memuaskan karena belum satu tahun kepindahannya ke kairo, ia telah berhasil merangkul 50 desa untuk meyokong perjuangannya. Pengaruh Hasan Al-Banna semakin luas dan dari hasil adaptasinya dengan lingkungan hidup yang baru, memberinya inspirasi untuk sarana-saran baru dalam berdakwah. Ia menulis beberapa petunjuk umum tentang dakwahnya, sebagai dasar-dasar perjuangan organisasi ikhwanul muslimin. Penerbitan majalah ikhwanul muslimin berkala mingguan, edisi perdana mulai diluncurkan pada bulan mei 1933 ( 27 Shafar 1352 ) dan muhibuddin al-khatib ditunjuk sebagai pemimpin redaksinya atas dasar pengalamannya dalam bidang penerbitan dan jurnalistik.19 Hasan Al-Banna menyebutkan bahwa karakteristik yang paling utama dari gerakan ikhwanul muslimin adalah; 1.
Berorientasi ketuhanan (Rabbaniyah); maksudnya gerakan ikhwanul muslimin berdiri diatas 4 fondasi yang berusaha mendekatkan manusia kepada Tuhannya.
2.
Bersifat Internasional (Alamiyah); maksudnya gerakan ikhwanul muslimin ditujukan kepada manusia secara keseluruhan, karena manusia pada dasarnya adalah bersaudara, nenek moyang dan keturunan mereka adalah
19. Muh. Hatta, Disertasi; Ikhwanul Muslimin ( Kajian dari Konsep dan strategi dakwah ), Jakarta, Pasca Sarjana UIN, 2001 hlm 39.
13 Universitas Sumatera Utara
satu (nabi adam) tidak ada kelebihan superioritas antara satu dengan yang lain, kecuali dengan taqwa dan kebaikan serta jasa-jasa yang mereka sumbangsihkan kepada lingkungan masyarakat. 3.
Bersifat Islami (Islamiyah); maksudnya bahwa gerakan ikhwanul muslimin bersandarkan pada islam.
1.6.2. Partai Keadilan Sejahtera 1.6.2.1 Sejarah Terbentuknya Partai Keadilan Sejahtera Sejarah lahirnya Partai Keadilan Sejahtera yang kemudian menjadi partai Kedailan Sejahtera tak lepas dari kondisi real sejarah umat islam Indonesia dari Presiden Soekarno sampai Presiden Soeharto di era orde baru. Itu bisa dilihat dari diskriminasi yang dilakukan oleh para pemimpin negeri ini terhadap umat islam. Partai Keadilan adalah partai politik yang didirikan oleh sejumlah aktivis muslim Indonesia baik dalam negeri maupun luar negeri. Lahirnya gerakan dakwah kampus yang merupakan cikal bakal kemunculan kader-kader partai keadilan di era reformasi berawal dari munculnya kelompok anak muda yang emmiliki semangat tinggi dalam mempelajari dan mengamalkan islam, sebagai respon dari tekanan politik yang dilakukan pemerintah orde baru ketika itu terhadap umat islam, dan adanya ruang publik yang relative lapang bernama mesjid, tempat dimana idialisme kaum muda islam mengalami persemaian ideal secara tepat. Pada era sebelum kemerdekaan bermunculan setelah pendirinya berinteraksi dengan pemikiran dan gerakan islam di arab Saudi maupun Mesir contohnya, Muhammadiyah, PKS yang terinspirasi oleh gerakan
Ikhwanul
Muslimin di Mesir, gerakan tarbiyah yang merupakan tulang punggung dan
14 Universitas Sumatera Utara
pendukung utama partai ini mencoba memformulakan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Momen Keterbukaan politik yang diawali sejak decade 1990-an telah menjadi model dakwah tarbiyah ini semakin luas. Keterbukaan politik yang diawali pemerintahan ini, ditambah dengan kecenderungan mengakomodasi kepentingan ummat Islam telah membawa angin segar bagi aktivis dakwah. Bagi gerakan tarbiyah, era keterbukaan ini membawa berkah yang luar biasa untuk ekspansi gerakan-gerakan kampus. Usaha-usaha untuk kembali berpartisipasi dalam dinamika politik dan sosial Indonesia semakin terbuka. Aktivis-aktivis gerakan ini mulai meluaskan sayapnya. Kesempatan untuk partisipasi langsung dalam kancah poltik nasional menjadi terbuka setelah rezim yang berkuasa selama 32 tahun mengalami kehancuran.20 Perjuangan gerakan dakwah harus dilanjutkan. Musyawarah yang dilakukan oleh para aktifis dakwah islam akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan bahwa iklim yang berkembang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi upaya peralihan cita-cita, mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang diridhoi Allah SWT. Pendirian partai politik berorientasi pada ajaran islam merupakan bentuk transformasi terakhir yang dijalani oleh gerakan dakwah, guna mencapai tujuan dakwah islam dengan cara-cara demokratis yang bisa diterima banyak orang, maka akhirnya merekapun sepakat untuk mengokohkan sebuah partai yang bernama Partai Keadilan.21
20. Yon Machmudi, Partai Keadilan Sejahtera; Wajah Baru Islam Politik Indonesia, Bandung: Harakatuna, 2005, hlm 69 21. Sekretariat DPP Partai Keadilan, Sekilas Partai Keadilan, Jakarta: DPP Partai Keadilan, Desember 1998 cetakan Pertama hlm.18
15 Universitas Sumatera Utara
Partai Keadilan didirikan pada tanggal 20 Juli 1998 dan dideklarasikan pada tanggal 9 Agustus 1998 di lapangan mesjid Al Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan dengan jumlah massa yang hadir pada saat itu lebih dari 50.000 orang. Kehadiran Partai Keadilan dalam pentas perpolitikan Indonesia pasca jatuhnya Soeharto menjadi sebuah fenomena yang menakjubkan banyak pihak. Betapa tidak, dari seluruh partai besar yang ada pada era reformasi, hanya PK lah yang konstituennya tidak berasal dari kelompok-kelompok masyarakat atau komunitas politik yang pernah eksis sebelumnya, juga sulit memastikan mereka bagian-bagian mainstream islam seperti NU dan Muhammadiyah.22 Bulan Agustus 1999, pesta demokrasi pun digelar dan PK merupakan salah satu peserta pemilu saat itu, pada tanggal 2 Agustus 1999 PK menandatangani hasil perhitungan suara pemilu. Prestasi perolehan suara pada saat itu cukup membuat banyak kalangan berdecak kagum, PK masuk dalam urutan 7 besar partai pemenang pemilu, PK meraih 1.436.565 suara atau 1,36% dari total suara dan menempatkan 7 wakilnya di DPR RI (7 kursi DPR, 26 kursi DPRD Provinsi dan 163 kursi DPRD Kota/Kabupaten). Bahkan untuk daerah khusus Ibukota Jakarta, perolehan suara PK melebihi partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan Bintang yang memiliki hubungan historis dengan NU dan Masyumi. Pada pesta demokrasi tahun 2004, pemerintah membuat peraturan baru untuk peserta pemilu, yaitu partai-partai yang ingin menjadi peserta pemilu 2004 baik partai baru maupun partai lama harus memenuhi 2% atau lebih perolehan suara dari pendukungnya. Maka pada tanggal 17 April 2003 PK mengadakan Musyawarah Majelis Syuro VIII (Musyawarah Nasional Istimewa) di Asrama 22. Sekretariat Jenderal DPP PKS Bidang Arsip dan Sejarah, Sikap Kami; Kumpulan Sikap Dakwah Politik PK &PKS Periode 1998-2005 Jakarta: DPP Partai Keadilan Sejahtera, April 2007 cetakan Pertama hlm.3
16 Universitas Sumatera Utara
Haji Pondok Gede Bekasi dan menghasilkan keputusan untuk merekomendasikan PK untuk bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera. PKS didirikan di Jakarta pada hari Sabtu tanggal 20 April 2002 Masehi atau bertepatan dengan 7 Safar 1423 H, selanjutnya dideklarasikan pada tanggal 20 April 2003 di Silang Monas Jakarta yang dihadiri 40.000 massa.23 Sesuai hasil Musyawarah Nasional Istimewa Partai Keadilan pada tanggal 17 April 2003 di Asrama Haji Pondok Gede Bekasi yang merekomendasikan penggabungan PK dengan PKS karena memiliki kesamaan tujuan dan cita-cita, maka mereka menandatangani kesepakatan di hadapan notaries pada tanggal 3 Juli 2003 untuk menggabungkan diri dalam sebuah partai yang disepakati bernama Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
I.7 Metodologi Penelitian Adapun metode penelitian ialah cara-cara yang digunakan dalam memproses penelitian.24 Tujuan umum dari penelitian adalah untuk memecahkan
masalah yang telah dirumuskan.25
23. Nandang Burhanuddin, Penegakan Syariat Islam Menurut PK, Jakarta; Al-Jannah Pustaka, Februari,2004, hlm 24 24. Kartono Kartini. Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung : CV. Mandar Majuy, 1996 hlm 17. 25. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1987, hlm 65
17 Universitas Sumatera Utara
1.7.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, karena penelitian ini akan memecahkan masalah penelitian dengan terlebih dahulu memaparkan keadaan obyek bersangkutan yang sedang diteliti dalam hal ini seseorang dan kemudian ditelaah dan diproses untuk menghasilkan suatu pembahasan yang berujung pada kesimpulan penelitian. Penelitian ini tentu saja akan berupaya untuk merunut alur pemikiran Hasan al Banna tentang agama dan politik hingga pada pengaruhnya terhadap idiologi Partai Keadilan Sejahtera, menyatukan berbagai keterangan dan persepsi seputar Sejarah dan Idiologi Partai Keadilan Sejahtera yang dihimpun dari berbagai sumber kepustakaan, serta berusaha mengaitkan pemikiran Hasan Al Banna yang dihimpun dari berbagai sumber-sumber kepustakaan dengan satu tujuan yaitu mendapat informasi yang relevan dengan permasalahan dan sesuai dengan yang diinginkan sehingga hasil yang diperoleh dapat menjawab pertanyaan yang muncul. 1.7.2 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data kepustakaan (library search). Bahan-bahan yang diambil sebagai dokumen ataupun data-data yang berasal dari tulisan-tulisan maupun artikel yang terdapat dalam buku-buku, jurnal, makalah, media cetak, artikel-artikel, internet dan sejenisnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 1.7.3 Teknik Analisa Data Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas
18 Universitas Sumatera Utara
masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.
I.8 Sistemetika Penulisan Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci, serta untuk mempermudah isi dari skripsi ini, maka penulis membagi penulisan skripsi ini kedalam empat bab. Adapun susunan sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: Dalam bab ini penulis akan menjabarkan biografi dan pemikiran Hasan Al Banna tentang agama dan politik.
BAB III
: Bab Ini akan membahas dampak pemikiran Hasan al- Banna terhadap Idiologi Partai Keadilan Sejahtera.
BAB IV :
PENUTUP Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran dari keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.
19 Universitas Sumatera Utara