BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian yang ingin dicapai, manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil pengujian penelitian, metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1.
Latar Belakang Anggaran mungkin menjadi salah satu alat pengambilan keputusan paling
penting bagi suatu organisasi. Menurut Kenis (1979), anggaran bukan sekedar rencana finansial mengenai biaya dan pendapatan dalam suatu pusat pertanggungjawaban, tetapi juga berfungsi sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja, serta motivasi. Anggaran memiliki lingkup pengaruh yang besar bagi individu, unit bisnis, serta level struktur dan proses makro perusahaan (Covaleski et al., 2003). Anggaran menjadi faktor penting dalam perusahaan, oleh karena itu diperlukan peran para manajer untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran. Partisipasi anggaran telah lebih dari 50 tahun diteliti dan menjadi topik menarik yang sampai saat ini masih terus dikembangkan. Partisipasi anggaran merupakan salah satu bidang penelitian yang paling komprehensif dalam penelitian mengenai perilaku. Beragam faktor yang mempengaruhi perilaku pelaku anggaran menjadi alasan partisipasi anggaran dikatakan sebagai kajian
1
2
yang komprehensif. Penelitian partisipasi anggaran kemudian dikategorikan dalam studi akuntansi manajemen. Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi anggaran pertama kali dilakukan oleh C. Argyris pada tahun 1952. Peneltian Argyris, yang berjudul “The Impact of Budget on People” yang disponsori the Controllership Foundation, menjadi pionir dalam sejarah penelitian akuntansi keperilakuan. Penelitian Argyris dilatarbelakangi oleh sistem perusahaan yang menimbulkan ketidakpuasan karyawan. Hasil penelitian Argyris tersebut menyatakan bahwa tekanan yang dihadapi karyawan dalam pencapaian target anggaran mampu menghasilkan perilaku disfungsional seperti ketegangan kerja dan rendahnya motivasi karyawan yang dapat mengakibatkan turunnya kinerja individual (Brownell dan McInnes, 1986). Temuan Argyris memunculkan pengembangan penelitian serupa mengenai hubungan partisipasi anggaran dan kinerja, yang dikutip dari penelitian Breaux (2011) yaitu Hopwood, 1972; Milani, 1975; Otley, 1978; Kenis, 1979; Merchant, 1981; Brownell, 1982a; dan Murray, 1990. Partisipasi anggaran memiliki hubungan dan pengaruh positif terhadap kinerja dan kepuasan kerja. Pernyataan tersebut didasarkan pada argumen secara normatif (Argyris, 1952; Becker dan Green, 1962; dalam Adler dan Reid, 2008).
Penjelasan hubungan yang
diharapkan untuk partisipasi anggaran dan kinerja tergantung pada teori yang mendasarinya. Beberapa teori yang sering digunakan yaitu teori keagenan (agency theory), teori penetapan tujuan (goal setting theory), dan teori kontingensi
3
(contingency theory). Teori keagenan dalam partispasi anggaran umumnya menguji hubungan estimasi yang bias dalam penganggaran (budgetary slack). Agen mengharapkan kompensasi insentif terhadap pekerjaannya. Kompensasi agen terkait langsung dengan capaian tujuan dan anggaran, maka agen cenderung berperilaku disfungsional untuk bermain dalam anggaran melalui partisipasi (Bart, 1998 dalam Young, 2003). Teori pencapaian tujuan dalam partisipasi anggaran umumnya menguji hubungan internalisasi tujuan, komitmen, dan kinerja (Locke, 1968; Erez et al., 1985; Erez dan Arad, 1986; dalam Adler dan Reid, 2008). Teori kontingensi memiliki sudut pandang yang berbeda dari teori sebelumnya. Ketidakpastian lingkungan serta ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara struktur organisasi dan persepsi atas manfaat sistem akuntansi mendasari teori ini. Teori kontingensi pada umumnya menguji mekanisme organisasi dengan lintas tugas fungsional atau sistem organisasi seperti harga transfer dan partisipasi anggaran (Lawrence dan Lorsch, 1967 dalam Adler dan Reid, 2008). Berbagai teori digunakan untuk menjelaskan hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial, namun hasil penelitian empiris menunjukkan hasil yang beragam dan tidak konsisten. Berikut contoh hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial yang dikutip dari penelitian Mah’d et al. (2013). Keberagaman hasil penelitian tersebut menunjukkan hubungan positif (Brownell, 1981; Chenhall dan Brownell, 1988; Lau dan Lim, 2002; Moll et al., 2006; Parker dan Kyj, 2006; dan Mah'd, 2010),
4
tidak memiliki hubungan (Milani, 1975; Kenis, 1979), dan hubungan negatif (Stedry, 1960). Beberapa penelitian menunjukkan hasil penelitian yang lebih baik ketika memasukkan faktor kontingensi kedalam hubungan partisipasi anggaran dan kinerja. Faktor-faktor kontingensi tersebut seperti dikutip dari penelitian Adler dan Reid (2008) diantaranya yaitu locus of control (Kren, 1992), tingkat kesulitan kerja (Mia, 1989), civic virtue (Graham dan Verma, 1991), ketidakpastian lingkungan dan tugas (Brownell, 1982), dan kepemimpinan (Brownell, 1983; Hopwood, 1972; dan Dessler, 1973). Brownell telah menjadi pendukung yang sangat kuat bagi penelitian-penelitian yang menyertakan faktor kontingensi ketika menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja dan kepuasan kerja. Variabel dari domain antarpribadi akan memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja dan kepuasan kerja (Brownell, 1983). Salah satu faktor kontingensi yang menarik peneliti yaitu kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses partisipasi anggaran. Peran pemimpin adalah memberikan motivasi, mengurangi halangan yang mengganggu pencapaian tujuan, memberikan panduan dan dukungan yang dibutuhkan oleh karyawan, serta memberikan penghargaan terhadap pencapaian tujuan yang telah dilakukan karyawan (Hughes et al., 1999 dalam Mubarak, 2013). Penelitian mengenai partisipasi anggaran yang mengaitkannya dengan kepemimpinan masih sedikit. Penelitian kepemimpinan pertama dilakukan oleh Hopwood (1972). Hopwood menguji hubungan antara anggaran, gaya evaluasi
5
kinerja pemimpin, dan hubungan antara konsekuensi terhadap kinerja dan kepuasan kerja karyawan. Hasil penelitian Hopwood (1972) menyatakan bahwa gaya evaluasi kinerja “budget-constrained” berhubungan positif dengan tekanan kerja. Hopwood (1972) menyatakan bahwa kendala dalam penganggaran akan menyebabkan kinerja yang lebih rendah. Brownell
(1983)
menguji
pengaruh
sistem
anggaran
dan
gaya
kepemimpinan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Brownell menyatakan bahwa kepuasan kerja dan kinerja karyawan akan meningkat ketika dalam
proses
penganggaran
disertai
dengan
partisipasi
karyawan
dan
mempertimbangkan gaya kepemimpinan. Hasil penelitian Brownel (1983) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan dengan anggaran. Penelitian terbaru dilakukan oleh Adler dan Reid (2008). Adler dan Reid menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja dan kepuasan kerja dengan mempertimbangkan gaya kepemimpinan sebagai variabel pemoderasi. Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional. Hasil penelitian Adler dan Reid menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki hubungan dengan kepuasan kerja, namun penelitian tersebut gagal menjelaskan hubungan moderasi gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional terhadap hubungan partisipasi anggaran terhadap kepuasan kerja dan kinerja. Penelitian Sumarno (2005) merupakan penelitian mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap partisipasi anggaran dan kinerja manajerial yang
6
dilakukan di Indonesia. Responden penelitian ini adalah pimpinan (manajer) kantor cabang utama bank-bank di Jakarta, dengan populasi sebesar 170 kantor cabang utama. Salah satu hasil penelitiannya adalah menghubungkan gaya kepemimpinan sebagai variabel pemoderasi atas hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Hasil penelitian tersebut menemukan bukti bahwa gaya kepemimpinan tidak signifikan memoderasi hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Beberapa contoh penelitian di atas menggambarkan bahwa terdapat ketidakkonsistenan pada hasil penelitian. Ketidaksesuaian antara teori dan temuan empiris yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya bisa disebabkan oleh perbedaan pendekatan gaya kepemimpinan yang dipilih. Pendekatan kepemimpinan yang digunakan pada penelitian-penelitian terdahulu hanya melihat dari perspektif pemimpin. Peneliti sebelumnya berasumsi seolah-oleh pemimpin memperlakukan semua karyawan dengan sikap yang sama. Perlakuan berbeda-beda yang terjalin antara pemimpin dan setiap bawahan dimungkinkan dapat terjadi di dalam sebuah organisasi. Kesimpulannya adalah bahwa seorang pemimpin memiliki kedekatan tertentu pada beberapa bawahan. Perbedaan sikap inilah yang menjadi dasar teori pertukaran pemimpin-anggota atau Leader Member Exchange Theory (seterusnya disingkat LMX). Menurut Kreitner dan Kinicki (2005) dalam Wibowo dan Sutanto (2013), model LMX didasarkan pada asumsi bahwa pemimpin mengembangkan hubungan yang unik kepada satu per satu bawahan. Hubungan antara pemimpin dan bawahan yang berdeda-beda dapat menciptakan kelompok-kelompok.
7
Pemimpin cenderung memilih anggota kelompok orang dalam (in group) dengan pertimbangan kesamaan karakteristik keperibadian dan sikap dengan pemimpin tersebut atau karena tingkat kompetensi yang lebih tinggi daripada karyawan lainnya. Kelompok yang tidak memiliki kedekatan karakteristik dan sikap yang sama dengan pemimpin tersebut atau karena tingkat kompetensi di bawah karyawan lainnya dimasukkan dalam kelompok orang luar (out group). Penelitian ini mereplikasi penelitian Adler dan Reid (2008). Penelitian dengan melibatkan gaya kepemimpinan dalam proses penyusunan anggaran seperti pada penelitian Adler dan Reid (2008) bukan sesuatu yang baru. Hasil empiris interaksi gaya kepemimpinan dan partisipasi anggaran tidak konsisten. Hasil analisis Adler dan Reid (2008) atau Marginson dan Ogden (2005) tidak sama seperti Ansari (1976) dan Brownell (1983) yang dapat menjelaskan hubungan signifikan adanya pengaruh interaksi gaya kepemimpinan dan partisipasi anggaran terhadap kinerja dan kepuasan kerja. Hal ini dimungkinkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan faktor kontingensi yang perlu diuji pada situasi dan kondisi yang berbeda. Penelitian ini memiliki dua poin perbedaan konsep dari penelitian Adler dan Reid (2008). Pertama, penelitian Adler dan Reid tidak menguji hubungan antara kinerja dan kepuasan kerja. Hal itu dikarenakan adanya beberapa penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kinerja dan kepuasan kerja. Menurut Iaffaldano dan Muchinsky (1985), kinerja dan kepuasan kerja tidak memiliki hubungan yang berarti. Bowling (2007) menguji hubungan antara kinerja dan kepuasan kerja secara meta analisis dengan menjadikan sikap perilaku
8
umum sebagai variabel kontrol seperti self-esteem, self-efficacy, emotional stability, dan locus of control. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa secara empiris hubungan antara kinerja dan kepuasan adalah tidak nyata (spurious). Penelitian ini mempertimbangkan penelitian terdahulu yang meyakini bahwa ada hubungan antara kinerja dan kepuasan kerja. Seseorang yang memiliki kinerja yang baik akan mengharapkan penghargaan atas usahanya, sehingga dia puas akan hasil yang telah di capai. Hal ini sesuai dengan teori pengharapan (expectancy theory) yang menyatakan bahwa kinerja menghasilkan kepuasan kerja melalui penghargaan intrinsik dan ekstrinsik (Lawler dan Porter, 1967 dalam Judge et al., 2001). Locke (1970) dalam Judge et al. (2001) menyatakan hal yang senada bahwa kepuasan kerja merupakan hasil akhir dari kinerja. Kedua, penelitian ini menguji tingkat LMX yang akan memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dan kepuasan kerja. LMX menunjukkan hubungan kedekatan antara pemimpin dan anggota yaitu in-group (tingkat kedekatan tinggi) dan out-group (tingkat kedekatan rendah). LMX sebagai variabel yang menghubungkan keterkaitan dengan partisipasi anggaran, kinerja manajerial, dan kepuasan kerja, sejauh pengetahuan peneliti belum pernah diteliti sebelumnya. Kegagalan Adler dan Reid (2008) dalam menguji peran moderasi gaya kepemimpinan dapat disebabkan oleh konsep dari gaya kepemimpinan itu sendiri. Konsep gaya kepemimpinan yang dipilih oleh Adler dan Reid (2008) yaitu gaya transformasional dan gaya transaksional. Kedua gaya kepemimpinan tersebut menggambarkan bahwa seolah-olah perilaku pemimpin sudah terstandar oleh pola
9
kepemimpinan transaksional dan transformasional. Penelitian ini memilih konsep LMX yang cenderung kepada pembentukan pola kepemimpinan berdasarkan perilaku pemimpin. Penelitian ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut penting untuk diteliti.
1.2.
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
disimpulkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.
Apakah partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial?
2.
Apakah kinerja manajerial berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja?
3.
Apakah kinerja manajerial dapat memediasi hubungan tidak langsung partisipasi anggaran terhadap kepuasan kerja?
4.
Apakah LMX berpengaruh sebagai variabel moderator terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji:
1.
Pengaruh positif partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.
2.
Pengaruh positif kinerja manajerial terhadap kepuasan kerja.
3.
Pengaruh kinerja manajerial sebagai variabel pemediasi terhadap hubungan tidak langsung antara partisipasi anggaran dan kepuasan kerja.
4.
Pengaruh LMX sebagai variabel pemoderasi terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
10
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:
1.
Secara Teori Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif dalam akuntansi manajemen mengenai konsep dan model hubungan partisipasi anggaran, kinerja manajerial, dan kepuasan kerja. Penelitian ini dihapkan memberikan kontribusi dalam pengembangan teori konsep kepemimpinan yang dikaitkan dengan partisipasi angaran, serta dapat bermanfaat sebagai tambahan literatur dan wawasan untuk keperluan akademik.
2.
Secara Praktik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi perusahaan, pemimpin perusahaan, dan pihak yang berkepentingan. Penelitian
ini
dapat
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan
pengimplementasian gaya kepemimpinan dan hubungan kedekatan yang terjalin antara atasan-bawahan. Pertimbangan pengimplementasian gaya kepemimpinan tersebut merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja karyawan.
1.5.
Metodologi Penelitian Penelitian ini
merupakan studi
kuantitatif
dengan
menggunakan
pendekatan survei. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah manajer tingkat menengah yang bekerja pada BUMN/D dan BUMS di Bandar Lampung. Unit analisis penelitian ini adalah level individu karena berkaitan
11
dengan keperilakuan seseorang yang terlibat dalam penyusunan anggaran sebuah organisasi. Data yang digunakan adalah data primer dengan kuesioner sebagai instrumennya. Alat analisis untuk menguji hipotesis dengan melakukan pengujian data menggunakan analisis SEM PLS. Alat bantu statistik yang digunakan adalah statistik WarpPLS 5.0.
1.6.
Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini disusun dalam lima bab dengan menggunakan
sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi tentang anggaran, partisipasi anggaran, kinerja manajerial, kepuasan
kerja,
teori
kontingensi,
gaya
kepemimpinan
(LMX),
dan
pengembangan hipotesis (partisipasi anggaran dan kinerja manajerial; kinerja manajerial dan kepuasan kerja; partisipasi anggaran dan kepuasan kerja dengan kinerja manajerial sebagai variabel pemediasi; partisipasi anggaran dan kinerja manajerial dengan LMX sebagai variabel pemoderasi). Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi tentang populasi dan sampel penelitian, sumber dan teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional dan pengukuran variabel, dan metode analisis data.
12
Bab IV Data dan Analisis Bab ini berisi tentang tingkat pengembalian kuesioner, karakteristik responden, statistik deskriptif, analisis data, model struktural, hipotesis, pembahasan, dan analisis tambahan pada analisis multigrup. Bab V Penutup Bab ini berisi tentang simpulan dari analisis penelitian, keterbatasan penelitian, implikasi penelitian, dan saran penelitian.