BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adam Smith, salah satu ekonom paling berpengaruh, pernah mengatakan „The only duty of the corporation is to make profit’. Proposisi teori klasik sebagaimana dituliskan oleh teori tersebut adalah tugas perusahaan semata-mata ditunjukkan untuk mencari keuntungan finansial. Seiring dengan eksistensi peradaban modern, perusahaan yang hanya mengambil keuntungan finansial terus menjadi sorotan. Perlahan tapi pasti, ungkapan Adam Smith diatas mengalami resistensi seiring dengan munculnya kesadaran kolektif bahwa kelanjutan pertumbuhan dunia usaha tidak akan terjadi tanpa adanya dukungan yang memadai dari stakeholder yang melingkupinya seperti manajer, konsumen, buruh dan anggota masyarakat. Kesadaran ini memunculkan pandangan bahwa dunia usaha tidak akan sejahtera apabila stakeholdernya juga tidak sejahtera 1. Perusahaan tidak hanya memiliki sisi tanggung jawab secara ekonomi kepada para stakeholders seperti bagaimana cara untuk memperoleh profit dan menaikkan harga saham atau tanggung jawab berupa pembayaran pajak, memenuhi persyaratan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), dan ketentuan-ketentuan lainnya. Jika perusahaan ingin terus melanjutkan eksistensinya, maka harus disertakan pula tanggungjawab yang bersifat sosial atau dalam istilah asing kita kenal dengan nama Corporate Social Responsibility.
1
Eddie Riyadi, Tanggung Jawab Bisnis Terhadap Hak Asasi Manusia, (diakses tanggal 16 Januari 2008,
http://www.elsam.or.id.
1
Konsep Corporate Social Responsibility sendiri lahir dari adanya desakan dari masyarakat atas perilaku perusahaan yang mengabaikan tanggung jawab sosialnya seperti perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, pengemplangan terhadap pajak, penindasan terhadap buruh serta tunggakan gaji kepada buruh. Secara konsep, peraturan perundangan yang dibuat oleh pemerintah tidaklah dimaksudkan untuk mempersulit dan menjadi beban bagi perusahaan, akan tetapi mendorong peran industri dan korporasi untuk mencapai peningkatan keuntungan dengan lebih memperhatikan faktor lingkungan hidup. Perlu diingat bahwasanya pembangunan di suatu negara tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah semata, namun juga melibatkan peran aktif dari seluruh penduduk untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Industri dan korporasi sangat berperan besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup 2, karena dunia industri seringkali disalahkan atas berbagai masalah kerusakan lingkungan akibat dari pengeksploitasian sumber daya alam secara tidak terbatas serta penanganan limbah atau sampah produksi yang telah terpakai. Walaupun begitu, kita tidak dapat memungkiri bahwasanya dunia industri pula yang menjadikan peradaban manusia menjadi jauh lebih modern seperti saat ini. Terutama sejak hadirnya teknologi yang mampu mendekatkan jarak terjauh sekalipun. Kekuasaan dan pengaruh korporasi dalam segala aspek kehidupan merupakan fakta yang tak terbantahkan. Dengan kekuasaan dan pengaruh yang dimilikinya, korporasi atau perusahaan seperti dua sisi mata uang bagi lingkungan tempatnya beroperasi, mereka memberikan dampak positif dan negatif. Banyak pihak mendukung pendapat 2
Chairil N. Siregar. Analisa Sosiologis Terhadap Implementasi CSR Pasa Masyarakat Indonesia, hal 285
2
yang mengatakan perusahaan memberikan pemasukan ekonomi yang sangat besar, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sebagainya. Namun banyak pula yang setuju bahwa kegiatan operasional yang dilakukan oleh banyak perusahaan telah memberikan dampak negatif yang tidak sedikit seperti kerusakan lingkungan seperti kebakaran hutan, banjir, penyakit di sekitar lingkungan operasional perusahaan akibat limbah industri yang tak terkendali serta marginalisasi masyarakat di sekitar tempat operasional perusahaan dan banyak lagi yang lainnya. Konsep hubungan antara perusahaan dengan masyarakat dapat ditelusuri sejak zaman Yunani kuno, sebagaimana yang dikatakan oleh Nicholas Eberstadt 3. Beberapa pengamat menyatakan Coorporate Social Responsibility berhutang besar pada konsep etika perusahaan yang dikembangkan oleh gereja Kristen maupun Fiqh Muamalah dalam Islam. Namun istilah Coorporate Social Responsibility sendiri menjadi populer setelah Howard Bowen menerbitkan buku Social Responsibility of Businessman pada tahun 1953. Buku karangan Bowen tersebut dianggap sebagai tonggak bagi lahirnya Coorporate Social Responsibility modern. Sejak saat itu perdebatan mengenai tanggungjawab perusahaan mulai banyak dibahas. Ide dasar yang dikemukakan oleh Bowen adalah mengenai „kewajiban perusahaan menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat ditempat perusahaan tersebut beroperasi4. Bowen menggunakan istilah sejalan dalam konteks itu demi meyakinkan dunia usaha mengenai perlunya mereka memiliki visi yang melampaui urusan kinerja finansial perusahaan. Penekanan pada
3
http://www.csrindonesia.com/faq.php.
4
Budi, Untung. Hendrik. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta. Sinar Grafika
3
tanggungjawab sosial perusahaan memiliki korelasi positif dengan besarnya perusahaan5, studi ilmiah yang dilakukan Davis menemukan bahwa semakin besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat disekitarnya, semakin besar pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan pada masyarakat 6. Sejak tahun 1971, literatur yang dikenalkan berisi diskursus bahwa dunia usaha memiliki berbagai kepentingan termasuk stakeholders, suplier, karyawan, komunitas lokal dan masyarakat suatu negara secara keseluruhan7. Dari konsep ini kemudian berkembang apa yang dikenal sebagai stakeholder theory, yaitu sebuah teori yang mengatakan bahwa tanggungjawab korporasi sebetulnya melampaui kepentingan berbagai kelompok yang hanya berpikir tentang urusan finansial, tanggungjawab tersebut berkaitan erat dengan masyarakat secara keseluruhan yang menentukan hidup matinya suatu perusahaan. Committee for Economic Development (CED) menerbitkan panduan berjudul ‘Social Responsibilities of Business Corporation’. Panduan ini berisi tiga prinsip penting. Yang pertama yaitu perusahaan harus memberi perhatian penuh pada pengembangan fungsifungsi ekonomi masyarakat. Yang kedua adalah perlu menyadarkan dunia usaha mengenai perubahan nilai-nilai dalam masyarakat tempat mereka eksis. Dan yang terakhir, perlu menyadarkan dunia usaha mengenai keprihatinan pada lingkungan hidup dan upah kerja yang wajar, pengentasan kemiskinan, pembangunan daerah pedesaan8. Standar Coorporate Social Responsibility paling komprehensif, ISO 26000 Guidance on Social Responsibility menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai
5
Ibid
6
Ibid
7
Ibid
8
Ibid
4
tanggungjawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor badan publik ataupun badan privat, baik di negara berkembang maupun negara maju. Apabila hendak menganut pemahaman para ahli dalam ISO 26000 Guidance Standard on Social Responsibility yang secara konsisten mengembangkan tanggung jawab sosial, maka masalah Coorporate Social Responsibility akan mencakup 7 isu pokok, yaitu:9 -
Pelibatan dan pengembangan masyarakat (organizational governance)
Hubungan organisasi dengan masyarakat di sekitar wilayah operasional perusahaan. -
Isu konsumen (consummer issues)
Tanggung jawab perusahaan penyedia barang atau jasa terhadap konsumen dan pelanggannya. -
Prosedur operasi yang wajar (fair operating procedures)
Perilaku etis organisasi saat berhubungan dengan organisasi dan individu lain -
Lingkungan (environtment)
Dampak keputusan dan kegiatan perusahaan terhadap lingkungan. -
Praktik ketenagakerjaan (labour practices)
Segala kebijakan dan praktik yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan didalam atau atas nama perusahaan. -
9
Hak Asasi Manusia (human rights)
http://ivan.lanin.org/tujuh-subjek-inti-tanggung-jawab-sosial-menurut-iso-26000/
5
Hak dasar yang berhak dimiliki semua orang sebagai manusia yang antara lain mencakup hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial dan budaya. -
Tata kelola organisasi (organizational governance)
Sistem pengambilan dan penerapan keputusan perusahaan dalam rangka pencapaian tujuannya. Corporate Social Responsibility di Indonesia sendiri merupakan pengimplementasian dari Undang-undang Nomor 40 Pasal 74 Tahun 2007 bagi Perseroan Terbatas. Dampak dari adanya undang-undang ini adalah perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang bertumpu pada keuntungan secara finansial semata, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan disekitarnya, hal ini menjadikan konsep Corporate Social Responsibility berhubungan erat dengan sustainable development. Dasar pemikiran dari konsep ini adalah apabila semata-mata menggantungkan pada sektor finansial, maka hal itu tidak menjamin perusahaan dapat tumbuh secara sustainable (berkelanjutan). Sustainablity akan terwujud apabila perusahaan memperhatikan aspek-aspek yang lainnya, diantaranya adalah aspek sosial dan lingkungan. Walaupun telah ada peraturan yang mengakomodasi, namun pelaksanaan kegiatan-kegiatan Coorporate Social Responsibility di Indonesia sendiri masih dihadang oleh banyak persoalan teknis dikarenakan sampai saat ini pemerintah belum memiliki rancangan induk atau master plan Coorporate Social Responsibility, sehingga dalam banyak hal pemerintah seringkali kontra produktif. Padahal seharusnya pemerintah dapat memposisikan diri sebagai fasilitator agar perusahaan-perusahaan dapat menjalankan kegiatan-kegiatan Coorporate Social Responsibility-nya secara lebih aktif karena sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwasanya kunci dari kinerja
6
Coorporate Social Responsibility terletak pada komitmen perusahaan dan harus ada stimulus agar perusahaan-perusahaan memiliki
komitmen yang besar untuk
menjalankan kegiatan dan program Coorporate Social Responsibility. Karna itu adanya suatu master plan yang jelas mengenai Coorporate Social Responsibility merupakan suatu keharusan.10 Ada banyak contoh yang dapat kita lihat apabila suatu perusahaan kurang memperhatikan faktor sosial dan lingkungan. Sayangnya, konsep Corporate Social Responsibility di Indonesia masih dibilang belum berjalan terlalu efektif, hal ini dikarenakan konsep tersebut relatif baru berjalan di Indonesia, yaitu dimulai pada awal 1990-an, sebelum era tersebut, banyak anggapan dari para investor bisnis di Indonesia bahwa tanggungjawab sosial dipandang sebagai aktivitas yang bersifat buang-buang biaya dan kurang penting, padahal sejatinya program Corporate Social Responsibility ini justru akan dapat memberikan banyak keuntungan bagi kalangan perusahaan sendiri dalam jangka panjang. Telah banyak kita lihat bahwa masyarakat yang bertempat tinggal disekitar perusahaan yang sejak awal telah akrab dengan kemiskinan semakin terpinggirkan dengan kehadiran berbagai perusahaan di tanah ulayat mereka. Perusahaan yang seharusnya melaksanakan community development kepada masyarakat sekitar, malah cenderung membuat jarak dengan masyarakat sekitar perusahaan, walaupun tidak dipungkiri terdapat beberapa perusahaan yang terlibat aktif dalam tanggungjawab sosial, namun hal itu lebih banyak diimplementasikan dalam bentuk charity seperti bantuan berupa pemberian sembako, pengobatan gratis, sunatan massal dan lain-lain, selain itu, implementasi charity ini kadang kala tidak tepat sasaran sehingga marginalisasi 10
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/468051-plus-minus-program-csr-di-indonesia.
7
masyarakat tetap saja berlanjut. Karna itu, hendaknya penerapan Corporate Social Responsibility tidak dianggap sebagai charity semata, melainkan juga sebuah investasi jangka panjang bagi keberlangsungan usaha dari perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan harus meyakini bahwasanya terdapat sebuah korelasi positif antara implementasi pelaksanaan Corporate Social Responsibility dengan meningkatnya apresiasi masyarakat dan pasar domestik terhadap brand image dari perusahaan tersebut. Kebanyakan dari program CSR yang ada di Indonesia merupakan charity, artinya proses tersebut hanya sebatas kegiatan amal tanpa memberikan efek kepada masyarakat. Untuk dapat membedakan antara CSR dan charity, berikut ini adalah tabel perbedaan keduanya. Tabel 1.1 Perbedaan Charity dan CSR No. Charity
CSR
1
Sukarela-situasional
Komitmen lembaga
2
Tidak terprogram, ad hoc
Terprogram, terarah
3
Tidak terintegrasi
Terintegrasi
4
Tidak dapat diukur keberhasilannya Dapat diukur keberhasilannya karena hanya sesaat -
5
Kurang
Tidak dapat diklaim hasilnya punya
nilai
-
Dapat dipertanggungjawabkan
-
Dapat diklaim hasilnya
dalam Punya value → brand image
meningkatkan brand image Sumber: Feliza Zubair dan Aat Ruchiat Nugraha: „Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan)’.
8
Ada perbedaan yang sangat mencolok dalam charity dan CSR, CSR merupakan suatu tanggungjawab sosial yang sangat rapih dan diperlukan komitmen penuh dari perusahaan dalam penerapannya serta terinternalisasi dalam kebijakan sebuah perusahaan, sedangkan charity merupakan sesuatu yang sifatnya sukarela dan tanpa aturan yang harus ditaati, karena itulah charity tidak dilaksanakan secara berkesinambungan oleh banyak perusahaan karena hanya dijalankan sesaat dan dalam jangka waktu yang pendek. Setidaknya terdapat beberapa alasan mengapa Corporate Social Responsibility harus dilaksanakan oleh perusahaan11, yaitu : -
Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan oleh karena itu sangat wajar apabila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan harus menyadari bahwa mereka melakukan operasi didalam satu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial berfungsi sebagai kompensasi dan upaya timbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang terkadang bersifat ekspansif dan eksploratif, disamping itu dapat pula digunakan sebagai kompensasi sosial karna timbul ketidaknyamanan pada masyarakat.
-
Kalangan bisnis dan masyarakat hendaknya memiliki hubungan yang bersifat saling menguntungkan
atau
simbiosis
mutualisme,
hal
ini
dimaksudkan
untuk
mendapatkan izin dari masyarakat. Karna itu perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sehingga dapat tercapai harmonisasi hubungan antara perusahaan dengan masyarakat, bahkan hal ini juga dapat menjadi citra positif bagi perusahaan. 11
Wibisono, Yusuf. 2007. ‘Membedah Konsep dan Aplikasi CSR’. Gresik. Fascho Publishing.
9
-
Kegiatan Corporate Social Responsibility juga merupakan salah satu cara untuk dapat meredam dan bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu dapat berasal dari dampak operasional perusahaan atau akibat kesenajangan struktural dan ekonomis yang mungkin saja timbul antara masyarakat sekitar dengan komponen perusahaan.
Dikarenakan perusahaan sangat membutuhkan adanya komunitas sebagai sebuah mitra, maka program-program Coorporate Social Responsibility dari perusahaan tersebut seharusnya benar-benar mampu memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat ataupun komunitas akan menjadi subjek yang mampu memecahkan setiap persoalan melalui kemampuan sendiri. Tren penerapan Coorporate Social Responsibility dari tahun ke tahun cukup berkembang pesat di Indonesia, baik kuantitas maupun kualitasnya. Penggunaan dana Coorporate Social Responsibility semakin variatif dan jumlahnya kian besar. Zaim Saidi dkk (2003)12 menerangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Public Interest Research and Advocacy (PIRAC) pada tahun 2001 yang menunjukkan bahwa dana Coorporate Social Responsibility di Indonesia telah mencapai Rp. 115M atau setara dengan 11,5 juta dollar AS yang berasal dari 180 perusahaan dan dibelanjakan untuk 279 kegiatan sosial. Walaupun angka tersebut masih relatif kecil jika dibandingkan dengan dana Coorporate Social Responsibility di beberapa negara lain, termasuk dana Coorporate Social Responsibility di Amerika Serikat. P.T. Sarihusada Generasi Mahardika (SGM) merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi berbagai jenis produksi bernutrisi untuk ibu dan anak-anak Indonesia
12
Saidi, Zaim dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan. Jakarta. Piramedia.
10
dengan harga terjangkau dan standar int-ernasional. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1954 dengan nama NV Saridele, sebagai perwujudan program kecukupan protein nasional yang diselenggarakan Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sarihusada mengembangkan dan memproduksi susu anak SGM, yang hingga kini dikenal dan banyak digunakan masyarakat luas. Pada tahun 1968, perusahaan ini diakuisisi P.T. Kimia Farma, sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada tahun 1972, seiring dengan dibelinya sebagian sahamnya oleh P.T. Tiga Raksa, nama NV Saridele diubah menjadi P.T. Sari Husada. Pada tahun 1983, perusahaan ini pun masuk bursa dan saham-sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta. Pada tahun 1992, sebagian besar kepemilikan Sari Husada dimiliki P.T. Tiga Raksa. Untuk memperkuat kedudukannya dalam peta persaingan global, pada tahun 1998 Sari Husada beraliansi dengan Nutricia Internasional, BV (Royal Numico). Pada tahun 2006, agar lebih fokus dalam pengembangan usahanya, perusahaan mengajukan perubahan status dari perusahaan publik menjadi perusahaan privat. Kemudian di tahun 2007, Danone Group mengakuisisi Royal Numico. Hingga dewasa ini, dengan pengalaman panjangnya di dalam menyediakan produk-produk bergizi tinggi, berstandar mutu internasional dan dengan harga yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, Sari Husada telah membuktikan dirinya sebagai aset nasional yang sangat penting dan perlu diperhitungkan. Hingga saat ini, proses produksi P.T. Sari Husada dilakukan di kawasan Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah.
11
Program Coorporate Social Responsibility P.T. Sari Husada memiliki tujuan jangka panjang yang terangkum dalam sebuah program bernama Desa Mandiri Sehat. Desa Mandiri Sehat mengikuti kaidah dasar yang tercantum dalam ISO 26000. Kemudian Desa Mandiri Sehat memiliki tiga program utama yang terbagi menjadi Environment Program, Social Welfare Program dan Livelihood Program. Berikut ini adalah deskripsi dari Desa Mandiri Sehat P.T. SariHusada Generasi Mahardika
Gambar 1.2
1. Environtment Program meliputi kegiatan sanitasi, energi dan local food. Aktifitas program ini meliputi pola hidup bersih dan sehat, kitchen gardening, tungku sehat dan program hemat energi. 2. Social Welfare Program meliputi layanan kesehatan dan social mobilization. Aktifitas pada program ini meliputi pendidikan, penguatan kelompok, mikro 12
finance, pendidikan anak usia dini (PAUD) dan Posyandu. Kesehatan Sadar Gizi Ibu dan Balita (Sagita) yang bekerjasama dengan PKPU. Sari Husada mengadakan program peningkatan kualitas kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pemeliharaan dan perbaikan status gizi balita, peningkatan pengetahuan ibu tentang permasalahan gizi dan kesehatan serta pemberdayaan kader lokal. Pada tahun 2008 lalu terdapat Balita Terbina secara intensif sebanyak 412 anak dari 5 desa di Klaten, yaitu desa Kebon Dalem Kidul, desa Tambakan, desa Randusari, desa Ngemplak Seneng dan desa Rejoso. Di setiap desa binaan Sagita terdapat: -
Satu Posyandu Binaan
-
Sepuluh kader lokal (5 dari Posyandu Binaan dan 5 Posyandu Lain Non Binaan)
-
Seluruh ibu dan balita dalam Posyandu Binaan memperoleh penyuluhan rutin 1 bulan sekali sedangkan non binaan, fluktuatif.
-
Seluruh pengasuh balita yang mengalami masalah gizi (gizi buruk dan gizi kurang) mendapat pembinaan secara insentif.
-
Seluruh Balita gizi buruk dan gizi kurang dalam satu desa memperoleh perawatan gizi secara insentif (jumlah balita 30-50 anak).
3. Livelihood Program yang mencakup local natural resource utilization. Aktifitas pada program ini meliputi peternakan, perikanan, pertanian dan home industry. Penulis sendiri akan memfokuskan pada program Coorporate Social Responsibility dalam bidang ini. Dalam rangka memulihkan aspek sosial ekonomi masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Merapi, Danone Ecosysteme dan P.T. Sari Husada Generasi Mahardika bersama Yayasan Temali bekerjasama untuk merancang suatu program pengembangan dan pemberdayaan yang berbasis pada nilai-nilai yang ada di masyarakat. Dalam
13
perkembangannya, Sari Husada menggandeng Bank Rakyat Indonesia sebagai mitra terkait pengadaan sapi perah melalui skema kredit lunak. Alasan Sari Husada mengajak Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank yang ikut berpartisipasi dalam program ini sesuai dengan desain awal Merapi Project, yaitu project ini berkolaborasi dengan melibatkan pihak lain yang memiliki kepentingan dan kepedulian. Karena selama ini BRI dikenal memiliki kepentingan dan kepedulian terhadap pengembangan masyarakat, maka langkah Sari Husada dengan BRI sudah dikatakan kerjasama yang ideal. Untuk mengetahui apa saja program pemberdayaan yang cocok diterapkan kepada masyarakat terdampak erupsi Merapi, maka program ini diawali dengan studi kelayakan yang dilakukan oleh Yayasan Temali bersama dengan masyarakat di desa Umbulharjo, Kepuharjo, Glagaharjo yang termasuk kedalam kecamatan Cangkringan dan desa Purwobinangun dan Hargobinangun yang termasuk kedalam wilayah kecamatan Pakem. Dari lima desa yang disurvei, maka dipilihlah desa Umbulharjo sebagai lokasi kandang terpadu. Alasan pemilihan desa Umbulharjo kecamatan Cangkringan sebagai main location dari project ini dikarenakan desa ini merupakan salah satu lokasi yang relatif aman dari erupsi Merapi. Hasil dari studi kelayakan menunjukkan bahwa untuk memulihkan kondisi sosial ekonomi warga masyarakat terdampak erupsi Merapi dapat dilakukan melalui pengembangan 2 jenis usaha, yaitu: a). Usaha peternakan Sapi Perah Terpadu dengan menggunakan sistem kandang komunal yang menerapkan manajemen modern. Usaha ini ditunjukkan untuk masyarakat yang sebelumnya sudah memiliki usaha peternakan sapi perah dan pada saat ini ingin menjalankan kembali usaha tersebut. b). Family Income Generating Activities (FIGA) atau disebut juga Kegiatan Peningkatan Pendapatan Keluarga. Sasaran dari usaha ini adalah masyarakat yang
14
bukan peternak Sapi perah yang kehilangan sumber mata pencaharian akibat erupsi Merapi. Kegiatan ekonomi produktif yang ada dalam FIGA ini berorientasi pasar dengan berbasis pada pendayagunaan dan pengembangan potensi lokal.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun rumusan masalah : “Bagaimana implementasi CSR peternakan sapi perah terpadu yang diterapkan oleh P.T. Sari Husada Generasi Mahardika di Desa Umbulharjo?”
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada penjelasan yang telah dikemukakan oleh penulis diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui keberhasilan program Corporate Social Responsibility P.T. Sarihusada Generasi Mahardika yang diterapkan di desa UmbulHarjo Kec. Cangkringan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan Corporate Social Responsibility P.T. Sarihusada Generasi Mahardika di desa UmbulHarjo.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain adalah : 1. Manfaat bagi peneliti 15
Dapat menambah wawasan dan dinamika mengenai implementasi Corporate Social Responsibility di dalam perusahaan-perusahaan, terutama P.T. Sarihusada Generasi Mahardika. 2. Manfaat bagi aktivis sosial dan masyarakat Dapat menjadi salah satu bahan rujukan dan sumber informasi dalam mengawal tanggung jawab sosial dari perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, terutama P.T. Sarihusada Generasi Mahardika. 3. Manfaat bagi para pengambil kebijakan Menjadi salah satu sumber dalam merancang dan merumuskan strategi untuk mengawasi tanggungjawab sosial perusahaan sehingga diharapkan dapat lebih memberdayakan masyarakat, memberikan keuntungan bagi masyarakat dan komunitas disekitar perusahaan tersebut berdiri, lebih jauh lagi agar terhindar dari konflik sosial antara perusahaan dengan masyarakat. 4. Manfaat bagi perusahaan Dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pentingnya pertanggung jawaban sosial perusahaan dan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial dan tidak hanya menjadikan Corporate Social Responsibility sebagai tren belaka. Selain itu juga untuk menjadi bahan bagi perusahaan tentang betapa pentingnya menerapkan CSR, lebih lanjut, penelitian ini juga dimaksudkan untuk mencari tahu bagaimana implementasi CSR yang diterapkan oleh P.T. Sarihusada Generasi Mahardika.
16