BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) lahir pada tanggal 30 Mei 1959 di Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau, Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan Timur. Berdirinya GKPI tidak terlepas dari sejarah pekabaran Injil yang dilakukan oleh The Christian and Missionary Alliance (CMA) di wilayah Kalimantan Timur. CMA merupakan Gereja yang termasuk dalam rumpun kebangunan rohani yang biasa di sebut “Kemah Injil“. Nama Kemah Injil merupakan penerusan dari tradisi kebangunan rohani di Amerika Serikat yang menggunakan istilah “tent–meetings“ (perkumpulan–perkumpulan dalam tenda), dengan tokoh pekabaran Injilnya R.A. Jaffray. Sejak tahun 1929 CMA mulai melakukan pelayanan di Kalimantan Timur. Pelayanan ini dilakukan dengan mendirikan gereja-gereja. Sementara itu pekabaran Injil di Kalimantan Timur yang dilakukan oleh CMA dirintis oleh George E. Fisk. Dia memulai pelayanannya pada tahun 1929 dengan membangun hubungan dengan orang Dayak Kenyah dan Kayan di Kalimantan Timur bagian Utara. Kemudian pada tahun 1959 GKPI didirikan oleh Elisa Mou. Elisa Mou adalah seorang Dayak asli yang mendapat pendidikan dari sekolah Alkitab di Makasar. GKPI merupakan gereja yang memahami dirinya sebagai suatu wadah dengan kuasa Roh Kudus yang ingin mengajak jemaatnya untuk memasuki sejarah baru. Dalam sejarah baru tersebut GKPI berusaha membebaskan diri dari pandangan kekristenan yang sempit dan mengembangkan pandangan teologis yang lebih luas. Usaha ini dilakukan dengan diwujudkan dalam bentuk-bentuk program menyeluruh dan terpadu, serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat.1 Berangkat dari usaha tersebut penyusun melihat bahwa keseluruhan pelayanan yang ingin dilakukan oleh GKPI adalah pelayanan terhadap seluruh warga jemaatnya tanpa membeda-bedakannya. 1
Dalam Visi dan Misi GKPI berdasarkan Peraturan Dasar di Tinjau dari Sejarah berdirinya GKPI, (dalam bentuk fotocopy belum berbentuk buku), Tarakan, p. 1
1
Hal ini juga tercantum dalam Peraturan Rumah Tangga GKPI No. 10/R.III/MS-GKPI/2003, Bab XXIII tentang pelayanan kategorial, dan secara khusus dinyatakan dalam pasal 116. Pasal ini mengungkapkan wujud pelayanan kategorial GKPI yang terbagi dalam : Pelayanan Anak, Pelayanan Remaja, Pelayanan Pemuda, Pelayanan Wanita dan Pelayanan Bapak. Penyusun sangat tertarik kepada pelayanan terhadap kaum remaja. Ketertarikan tersebut berawal dari sebuah permasalahan yang dialami oleh adik penyusun. Sejak berusia 13 tahun Ia mengalami kebingungan untuk mengikuti kebaktian yang diselenggarakan oleh GKPI. Ia merasakan bahwa tidak mungkin untuk kembali mengikuti Sekolah Minggu karena sudah terlalu besar, sedangkan untuk mengikuti ibadah pemuda, ia masih dianggap terlalu kecil oleh pemuda yang lain, dan untuk mengikuti ibadah umum hari minggu dianggap belum saatnya, karena materi ibadah tersebut memerlukan kajian khusus dalam kedewasaan jemaatnya. Dalam kondisi semacam itu ia memutuskan untuk tinggal di rumah saja atau sesekali mengikuti ibadah umum hari minggu bersama orangtua kami. Kondisi ini terjadi karena wadah yang menampung keberadaan remaja kurang digarap dengan seksama di jemaat-jemaat yang ada di dalam sinode GKPI. Hal ini menjadi sebuah persoalan bagi para remaja yang di dalam lingkungan GKPI, karena selain permasalahan dalam kekhususan ibadah remaja, mereka juga tidak mendapatkan pengajaran serta pendidikan iman Kristen secara khusus. Dengan kondisi demikian akan mudah mempengaruhi mereka pada hal-hal negatif yang ada dalam masyarakat. Masa remaja adalah masa peralihan dari “anak” menuju kepada jenjang “kedewasan.” Hal ini ditandai dengan masa puber atau mulainya perubahan jasmani dari anak menjadi dewasa. Perubahan ini sering terjadi pada usia anak kira-kira pada umur akhir 12 tahun atau permulaan 13 tahun. Akan tetapi berakhirnya masa remaja pada setiap anak tidaklah sama, ada yang berakhir pada umur 15 - 16 tahun ada juga yang berakhir pada umur 18 tahun.2 Oleh karena itu penyusun mengikuti kategori pembagian masa remaja 2
Dr. Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja, Bulan Bintang, Jakarta, 1976, p.10 – 11
2
tersebut pada pendapat Dr. Zakiah Darajat. Batasan tersebut dimulai pada usia 12 tahun hingga pada usia 18 tahun. Pada masa perubahan ini remaja sedang mencari bentuk jati diri bagi kedewasaannya. Dalam pencariannya tentunya mereka membutuhkan figur-figur yang dapat mereka contoh untuk melewati masa remaja mereka. Dalam kondisi ini peran pembimbingan kekristenan menjadi hal yang penting untuk menjadikan mereka hidup sesuai dengan kehidupan kristiani. Oleh karena itu pada usia seperti ini setiap remaja baik yang ada di GKPI maupun remaja di seluruh jemaat lain mempunyai hak untuk mendapatkan bimbingan agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan keberadaannya. Para remaja ini di dalam gereja dapat digambarkan sebagai tunas yang akan bertumbuh dan kelak akan berbuah. Perubahan menuju bertumbuh dan berbuah tersebut tentunya tidak terlepas dari peran orang yang ada di sekitarnya. Dan secara khusus kehidupan religius mereka juga membutuhkan adanya pendampingan. Sehingga melalui pendampingan tersebut dapat meneguhkan pilihan kehidupan yang nantinya harus mereka ambil dalam kehidupan ini. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya perhatian dan tanggung jawab dari orangtua dan gereja untuk menolong dan membimbing remaja dalam pertumbuhannya menjadi pribadi yang dewasa secara utuh. Karena apabila mereka
tidak
memperoleh
pembimbingan
dan
pengajaran
tentang
kekristenan dari gereja, dari mana lagi mereka akan memperoleh pengajaran tentang kekristenan yang merupakan bekal yang sangat penting bagi kehidupan mereka sehari-hari. Memperhatikan keterkaitan GKPI dengan The Christian and Missionary Alliance (CMA) yang menonjolkan persekutuan dan perkumpulan dalam ibadah dengan tidak mengabaikan setiap anggota persekutuannya. Juga dengan memperhatikan tujuan GKPI yang ingin mengembangkan jemaat secara menyeluruh dan terpadu, seharusnya seluruh pelayanan yang dilakukan GKPI tidak mengabaikan pelayanannya terhadap remaja. Hal ini tentunya akan membantu mewujudkan terjadinya perkembangan jemaatjemaat,
karena
tunas-tunas
yang
ada
tentunya
kelak
akan
ikut
mengembangkan keberadaan gerejanya.
3
A.2. Rumusan Masalah Pelayanan terhadap remaja tidak dilakukan dengan seksama oleh gereja GKPI Tanjung Selor. Hal ini tentunya menjadi permasalahan besar bagi remaja, khususnya yang ada dalam sinode GKPI. Penyusun menganggap bahwa hal ini akan menghambat pertumbuhan iman para remaja di jemaat tersebut. Remaja yang seharusnya mendapatkan bekal pemahaman iman untuk menjalani kehidupan mereka kurang diperhatikan oleh GKPI. Apalagi pergaulan remaja di daerah pelayanan GKPI saat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Pengaruh tersebut tentunya dapat berupa pengaruh yang positif
seperti
pergaulan
yang
luas
yang
membuat
mereka
dapat
mengembangkan diri, maupun pengaruh yang negatif misalnya obat-obatan terlarang yang sekarang makin marak beredar dan yang menjadi sasaran utamanya adalah remaja. Di usia seperti ini remaja senang untuk mencoba hal yang baru tanpa memikirkan dampaknya. Di masa seperti inilah orangtua dan gereja perlu memberikan perhatian untuk mengarahkan dan membimbing remaja untuk membentuk jati diri dan identitas dirinya,
sehingga mereka
dapat dengan baik meraih kedewasaan mereka. Berkenaan dengan itu, maka yang menjadi masalah adalah : 1. Apa dan bagaimana pemahaman GKPI tentang remaja? 2. Bertolak dari itu (butir 1), maka bagaimanakah pelayanan GKPI terhadap remajanya? 3. Apakah hal-hal (butir 1 dan 2) itu, bila ditinjau secara kritis, dapat dipertanggungjawabkan?
4
B. Alasan Pemilihan Judul B.1. Judul Pembahasan terhadap masalah tersebut di atas akan penyusun beri judul : PELAYANAN GKPI TERHADAP PARA REMAJANYA ( Sebuah Tinjauan Kritis ) B.2. Alasan Pemilihan Judul 1. Menarik Hal awal yang membuat penyusun tertarik untuk membahas tentang persoalan pelayanan terhadap remaja adalah untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi penyebab belum terealisasinya pelayanan secara khusus bagi remaja di jemaat-jemaat dalam Sinode GKPI. Meskipun hal ini sudah diatur dalam Peraturan Dasar GKPI 2. Aktual Walaupun belum terealisasinya pelayanan secara khusus terhadap remaja ini telah lama diketahui baik oleh jemaat, majelis jemaat, majelis resort
dan
majelis sinode GKPI. Hal ini tetap menjadi sesuatu yang baru untuk dibicarakan karena hingga saat ini pelayanan terhadap remaja belum dapat terealisasikan dengan baik. Maka hal ini akan terus menjadi pembicaraan yang menarik jika belum ada realisasi yang baik terhadap pelayanan remaja. Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi sinode GKPI dan remaja yang ada di dalam lingkungan GKPI. Sejauh pengetahuan penyusun, di lingkungan
Fakultas Theologia
Universitas
Kristen
Duta
Wacana
Yogyakarta, belum ada skripsi atau tulisan yang membahas pelayanan terhadap
remaja
di
GKPI,
sehingga
penyusun
memberanikan
diri
menyusunnya. 3. Bermanfaat Penyusun menganggap belum terealisasi dengan baik pelayanan terhadap remaja ini, merupakan masalah yang sangat vital bagi GKPI. Kevitalan tersebut disebabkan karena remaja merupakan cerminan dan tulang punggung
masa depan gereja. Sementara itu masa remaja adalah masa 5
pertumbuhan remaja yang mempunyai keingin-tahuan besar untuk mencari jati dirinya, juga mencari tahu tentang Tuhan. C. Metodologi C.1 Metode Pembahasan Metode yang digunakan dalam menyusun tulisan ini adalah dengan metode deskriptif analitis, dimana penyusun akan mencoba menggali sumber-sumber data yang berkaitan dengan permasalahan ini dan akan mencoba mengkaitkannya dengan fakta yang terjadi dengan cara Studi Literatur maupun Penelitian Lapangan. C.2 Metode Pengumpulan Data Dalam rangka pengumpulan data untuk penyusunan skripsi ini maka penyusun melakukan penelitian lapangan di 7 jemaat GKPI Resort Sungai Kayan dan Resort Malinau. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana realisasi pelayanan terhadap remaja di kedua resort tersebut, dan faktorfaktor apa yang mempengaruhi perealisasian pelayanan tersebut. Untuk pengumpulan
data
dalam
penelitian
penyusun
menggunakan
cara
pengamatan, kuisioner dan wawancara. Selain itu penyusun juga melakukan studi literatur, karena penyusun sangat membutuhkan literatur guna menunjang penyusunan skripsi ini. D. Sistematika Penyusunan Agar pemikiran dan pembahasan dapat dipahami dengan sistematis dan baik, maka penyusun akan memberikan sistematika penyusunan ini sebagai berikut : Bab I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dikemukakan hal-hal yang akan memperjelas dan mengantar pembaca untuk mengetahui pembahasan yang akan dilakukan penyusun untuk membahas persoalan di atas. Hal-hal tersebut meliputi permasalahan, alasan pemilihan judul, metode penyusunan dan sistematika penyusunan.
6
Bab II JATIDIRI GKPI Dalam bab ini akan dikemukakan tentang sejarah GKPI, mulai dari awal berdirinya, visi dan misi pelayanannya, wilayah pelayanannya, struktur organisasi, dan beberapa hal yang berhubungan dengan Sinode GKPI. Bab III PELAYANAN REMAJA DALAM SINODE GKPI DAN ANALISANYA Dalam bab ini penyusun akan memaparkan seputar pelayanan terhadap remaja di jemaat-jemaat yang ada di dalam Sinode GKPI berdasarkan hasil kuisioner yang disebarkan pada beberapa gereja di GKPI, dan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan. Bab IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP PELAYANAN REMAJA DI SINODE GKPI Dalam bab ini penyusun akan melihat secara kritis terhadap pelayananpelayanan yang dilakukan GKPI khususnya pelayanan terhadap remaja. Bab V PENUTUP Bab ini merupakan kesimpulan secara keseluruhan skripsi ini dan juga di dalamnya akan dimuat saran atau sumbangan pemikiran penyusun dan juga mungkin sumber lain dalam rangka mengadakan pelayanan terhadap remaja di jemaat-jemaat yang ada di Sinode GKPI.
7