BAB I PENDAHULUAN
A. Permasalahan A. 1 Latar Belakang Masalah Kini zaman sudah semakin bervariasi dan berkembang dengan segala jenis kemajuan teknologi dan informasi. Informasi menjadi unsur dominan dalam perkembangan kehidupan saat ini. Tidak dapat dielakkan lagi bahwa melalui sarana perslah, semua informasi bisa disebarkan secara efektif dan efisien menjangkau ke seluruh pelosok wilayah dunia. Bahkan kepada ratusan juta umat manusia yang menjadi audience pada saat yang sama. Pers hadir dengan sajiannya yang beraneka ragam yang menggambarkan realita kehidupan. Sajian tersebut dapat dinikmati lewat media cetak maupun elektronik seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan yang terbaru adalah internet. Semuanya ini tidak dapat lepas dari kehidupan manusia di mana pun ia berada karena pers sangat melekat dalam pergerakan kehidupan masyarakat. Kebebasan yang ada dalam pers juga telah menentukan sejauh mana pergerakannya dalam kehidupan masyarakat.
Pergerakan pers juga ditentukan oleh bagaimana kontrol pemerintah atas kebebasan dalam negaranya. Bahkan citra suatu negara dibentuk oleh pers yang ada di dalamnya. Politik pemerintah dalam suatu negara sangat mempengaruhi pergerakan pers yang ada di dalamnya.1 Saat ini, khususnya sejak lahirnya era reformasi, pergerakan pers di Indonesia menerima kebebasan. Adanya kebebasan sejak era reformasi, tentunya mau tidak mau membawa masyarakat pers pada semangat dan efek demonstratif dari eforia kebebasan.2
Setelah pintu kebebasan dibuka bagi pers, kini pers di Indonesia telah berada dalam dua sisi. Di satu sisi pers terbuka dengan segala pemberitaan atas apa yang terjadi dalam masyarakat. Di sisi lain kebebasan pers memunculkan respon bebas dari masyarakat atas pemberitaan yang disajikan pers pada masyarakat. Respon bebas ini bisa saja memunculkan persepsi tertentu dalam diri setiap orang ataupun sekelompok orang dalam masyarakat. Melalui media cetak maupun elektronik sebaliknya juga pers mampu menyajikan berita, berdasarkan respon terhadap apa yang pers dengar, lihat dan rasakan dari realita masyarakat itu sendiri. Respon-respon yang timbul ini 1 2
Berdasarkan wawancara penyusun dengan Ni Ketut Susrini, wartawati Detik Com, Jakarta, 4 Februari 2006. Bdk. Oetama, Jakob, Pers Indonesia, Kompas, Jakarta, 2001, p. 65-71.
1
tentunya mempengaruhi bagaimana hubungan-hubungan yang ada dalam kehidupan manusia di dunia ini khususnya di Indonesia sendiri. Baik hubungan antar negara, sosial, agama, pemerintah dengan masyarakatnya bahkan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian kebebasan pers menjadi masalah yang perlu ditinjau lebih dalam lagi. Sebab tidak sedikit pengaruh positif dan negatif yang dapat muncul dari kebebasan pers tersebut.
Sebagai contoh, penayangan adegan kekerasan yang sangat sadis antara polisi dan masyarakat pengunjuk rasa di Abepura beberapa waktu lalu, Effendi Gazali, menyebutkan bahwa tidak ada keuntungan yang diperoleh dari penayangan seperti itu. Melainkan hanya membangun stereotip bahwa saudara-saudara kita di Abepura sangat sadis dan niat membalas adalah naluri alamiah siapa saja bagi yang menyaksikan penayangan tersebut.3 Bahkan ironinya ditengah-tengah sulitnya untuk membasuh luka-luka atas kejadian tersebut, pemirsa yang melihat penayangan itu ternyata tidak mampu berbuat apa-apa selain menambah memori dan persepsi buruk tentang kekacauan yang ada dalam negaranya. Sehingga ketidakpercayaan satu sama lain khususnya lagi antara pemerintah dengan masyarakat maupun antara suatu kelompok tertentu menjadi semakin terpupuk.
Uniknya, pers tidak hanya memiliki konsekuensi bagi dirinya dan orang lain di sekitarnya saja melainkan bagi siapa saja, di manapun selama ia mengkonsumsi sajian pers. Kebebasan pers menjadi kunci dalam memunculkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam sajian pers kepada masyarakat di Indonesia saat ini. Hal kebebasan ini juga menentukan baik buruknya partisipasi setiap manusia dalam kehidupan manusia. Kebebasan yang tidak terkendali akan merusak rasa kemanusiaan. Oleh karena itu, perlu untuk merefleksikan kembali konsep kebebasaan pers yang terkait dengan kehidupan masyarakat Indonesia.
A.2 Perumusan Masalah Kebebasan pers membuka peluang dan hak pers atas produktivitasnya. Produktivitas pers melalui bentuk sajian pers (mis: berita, opini lisan dan tulisan, acara, dsb) sangat terbuka memungkinkan dampak bagi semua penonton atau pembaca pers. Dampaknya cenderung mengarah pada ketakutan, keresahan, sentimen, ketidakpercayaan satu sama lain bahkan konflik dalam berbagai kelompok masyarakat, dsb. Keadaan seperti ini tentu bukanlah kehidupan yang dapat menentramkan kehidupan manusia baik pribadi maupun sosial. 3
Gazali, Effendi, Membasuh Luka Papua di Layar Kaca, Kompas, Selasa, 21 Maret 2006, kol.7.
2
Kebebasan pers sebagai penentu hak milik sajian informasi publik harus tetap diperjuangkan. Namun apakah pers hanya terpaku pada haknya saja tanpa melihat obyektivitas pemberitaan dan dampak jauh dari sajiannya bagi masyarakat? Kini muncul pertanyaan kritis yang ingin dijawab penyusun melalui skripsi ini nantinya. Pertanyaannya, mengapa kebebasan menjadi tuntutan perjuangan pers? Sejauh mana kebebasan pers bermanfaat dan di implementasikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia? Dalam hal ini kebebasan pers menjadi masalah yang berkaitan dengan hal moral dan sikap etis. Hakikat etika ada pada pemikiran atau perenungan yang kritis berdasarkan tiga hal dasar yaitu penelitian empiris atau tingkah laku moral, pemikiran normatif dan analitis.4 Berdasarkan hakikat etika tersebut maka kebebasan pers harus mengalami perenungan kritis.
Kebebasan manusia adalah bersifat etis. Kebebasan manusia bersifat etis maksudnya, kondisi manusia yang bisa menjalankan nilai-nilai kemanusiaannya melalui gaya hidup dan pengambilan keputusan-keputusan. Dunia ini dapat disalahtafsirkan oleh karena kebenarannya tidak semata-mata teoritis melainkan etis-religius.5 Oleh karena itu kebebasan manusia yang bersifat etis tersebut membutuhkan dukungan nilai-nilai religiusnya. Ajaran agama Kristen merupakan salah satu dari nilai-nilai religius yang ada. Kebebasan merupakan ekspresi dari harapan manusia yang sifatnya etis.6 Bagaimana manusia di dalam kebebasan yang bersifat etis ini? Merupakan pertanyaan mendasar dalam masalah kebebasan, termasuk kebebasan pers. Kebebasan berada di antara kreativitas manusia atas hal yang baik atau buruk. Oleh karena itu pembicaraan etis seharusnya menyajikan kebebasan dari bagian diri manusia. Bagaimana perenungan kritis atas permasalahan kebebasan pers tersebut? Hal inilah yang dibahas penyusun dalam skripsi ini.
B. Judul Berdasarkan permasalahan di atas, maka skripsi ini diberi judul :
KEBEBASAN DALAM PERS DI INDONESIA: Suatu Tinjauan Etis Dalam Perspektif Kristen
4
Frankena, Ethics, New Jersey, Engelwood Cliffs, 1973. p. 4-5 Peursen, van, C.,A., Orientasi Di Alam Filsafat, Gramedia, Jakarta, 1991, p. 250. 6 Ellul, Jaques, The Ethics of Freedom, William B. Publishing Company, Michigan, 1976, p. 12. 5
3
C. Batasan Permasalahan Pembahasan masalah skripsi ini hanya mentitikberatkan pada masalah kebebasan dalam pers di Indonesia yang mengarah pada tingkah laku pers atas hak kebebasannya. Kebebasan dalam pers ini terkait pada aspek obyektivitas pemberitaan dan sajian pers berdasarkan tinjauan etis dari perspektif filosofis dan perspektif Kristen. Dalam tinjauan etis, pembahasan di batasi hanya dalam masalah mengenai konsepsi kebebasan.
Pembahasan konsepsi kebebasan ini di batasi dalam pemahaman filosofis dan pemahaman dalam perspektif Kristen teologis mengenai konsepsi kebebasan. Dalam pemahaman filosofis, di batasi hanya pada konsepsi kebebasan berdasarkan dua konsep kebebasan yang ada dalam pergumulan filosofis.7 Sedangkan dalam perspektif Kristen di batasi hanya pada konsepsi kebebasan berdasarkan teologi Calvin.
Ada dua alasan yang mendasari pembatasan bahasan pada teologi Calvin. Pertama, konsep keagamaan berdasarkan teologia Calvin yang penekanannya mengarah pada konsekuensi sosial, pernah diterapkan dalam negara yaitu Geneva sekitar abad 16, salah satu kota di negara Swiss.8 Masalah kebebasan dalam pers di Indonesia juga mengarah pada konsekuensi sosial. Sebab kebebasan pers Indonesia terkait dengan kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Kedua, ada banyak gereja-gereja di Indonesia yang berlatarbelakang Calvinis.9 Oleh karena itu teologi Calvin cukup berpengaruh dalam kehidupan umat Kristiani khususnya di Indonesia. Sehingga berdasarkan kedua alasan tersebut maka teologi Calvin sesuai untuk pembahasan konsepsi
7
Pemahaman mengenai konsep kebebasan ini pertama kali dikemukakan oleh Isaiah Berlin. Dalam pandangan Isaiah Berlin, adanya kebebasan atau kemerdekaan bagi individu dan sosial dipandang sebagai permasalahan kebebasan yang berbeda sehingga memunculkan konsep kebebasan yang berbeda pula. Untuk membedakannya maka Berlin mengemukakan dua konsep kebebasan yaitu kebebasan negatif (negative freedom) dan kebebasan positif (positive freedom). Istilah untuk area umum bersifat politis dan untuk area pribadi adalah bersifat individual. Dalam pandangan Isaiah Berlin, istilah kebebasan bersifat politis disebut sebagai konsep kebebasan negatif dan kebebasan bersifat individual disebut sebagai konsep kebebasan positif. Konsep ini dinyatakan pertama kali pada 1958 oleh Isaiah Berlin sebagai bagian dari materi perkuliahan yang diberikannya di Universitas Oxford, kemudian di akui dan di publikasikan dalam bentuk sebuah essay. Lih. Berlin, Isaiah an Essay: Two Concepts of Liberty. Lampiran dalam Warburton, Nigel, Freedom an Introduction with Readings, Routledge, 2001, p.129-135. Dalam sejarah perkembangan pemikiran filosofis, konsep kebebasan ini menjadi bahan pembahasan mengenai kebebasan, salah satunya yang juga dibahas disempurnakan secara lebih sederhana oleh Raphael dalam Teori Moral Philosophy. Selanjutnya penyusun akan menggunakan pemahaman Raphael sebagai alat untuk membahas mengenai konsep kebebasan individual dan sosial tersebut. 8 Bdk. Wyanto, M., W., Drs., MTh., Pdt, diskusi langsung, bdk. Niesel, Wilhelm Theology of Calvin, The Westminster Press, Philadelphia, 1956, p. 9- 21, bdk. Parker, T.,H.,L., John Calvin: A Biography, J.M. Dent & Sons LTD, London, 1975, p.51-66. 9 Contohnya: GBKP (Gereja Batak Karo Protestan ), GKI (Gereja Kristen Indonesia), GKJ (Gereja Kristen Jawa), GKS (Gereja Kristen Sumba), GKPB (Gereja Kristen Protestan di Bali), GKP (Gereja Kristen Pasundan), GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan), dsb.
4
kebebasan dalam perspektif Kristen. Selain dari yang dijelaskan di atas maka aspek-aspek lain tidak dibahas dalam skripsi ini.
D. Tujuan Penulisan Menyelidiki permasalahan kebebasan dalam pers di Indonesia dan memberi masukan dari sudut pandang etis-Kristiani bagi pers merupakan tujuan penulisan penyusun melalui skripsi ini. Hal ini juga untuk memberi masukan bagi perkembangan pers di Indonesia masa kini.
E. Metode Penulisan Metode pembahasan dalam skripsi ini menggunakan metode deskriptif-analitis. Artinya, dalam penulisan skripsi penyusun mencoba memulai dengan suatu deskripsi yang kemudian dianalisa. Deskripsi tersebut adalah berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian literatur dan hasil wawancara. Penelitian literatur digunakan sebagai data utama dan wawancara digunakan sebagai data pendukung dalam melihat realita keberadaan pers Indonesia. Adapun responden yang akan di wawancarai adalah hanya beberapa orang pelaku pers saja. Namun pelaku pers tersebut cukup berpengalaman dalam mengikuti perjalanan pers di Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
Bab I
Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah dan batasan masalah , metodologi serta sistematika penulisan skripsi.
Bab II
Kebebasan Pers di Indonesia Bab ini membahas kejelasan faktual mengenai perjalanan pers dalam permasalahan kebebasan pers. Kemudian membahas gambaran kebebasan pers di Indonesia dalam aspek obyektivitas dan sajian pers. Serta melihat apa yang menjadi pokok permasalahan kebebasan dalam pers di Indonesia.
Bab III
Tinjauan Etis Dalam Perspektif Kristen Atas Pokok Permasalahan Kebebasan Dalam Pers
5
Bab ini membahas kejelasan konseptual kebebasan secara etis dalam perspektif Kristen. Pembahasan ini berdasarkan konsepsi kebebasan dari pemahaman filosofis dan teologi Calvin. Kemudian membahas bagaimana implementasinya dalam tinjauan atas pokok permasalahan kebebasan dalam pers di Indonesia.
Bab IV
Kesimpulan dan Masukan Bab ini menyajikan kesimpulan atas keseluruhan pembahasan berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Kemudian menyajikan suatu masukan khusus untuk pers Indonesia.
6