BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalab
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) telah dilaksanakan secara terbatas oleh beberapa sekolah yang ditunjuk oleh Depdiknas mulai tahun pelajaran 2001/2002. Meskipun perubahan kurikulum sudah hampir delapan tahun dan kurikulum operasional telah berganti sebanyak tiga kali mulai dari kurikulum 2004, kurikulum 2006, dan kurikum tingkat satuan pendidikan (KTSP), tetapi pelaksanaannya di sekolah-sekolah masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Pencapaian program pendidikan berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi lebih ditekankan pada kompetensi dasar. Kompetensi dasar akan tercapai apabila siswa mempunyai kemampuan kognitif (pengetahuan), kemampuan psikomotor (keterampilan), dan kemampuan afektif (sikap) yangtinggi. Penerapan kurikulum berbasis kompetensi di kelas perlu perangkat pembelajaran yang menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan berdasarkan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan life skill (Depdiknas, 2003). Sesuai dengan timtutan Kurikulimi Tingkat Satuan Pendidikan, Perangkat pembelajaran harus dikembangkan oleh guru masing-masing bidang studi di sekolah yang mereka ajar. Pengembangan perangkat pembelajaran disesuai dengan materi pelajaran, kebutuhan sekolah, serta prasarana dan sarana yang dimiliki sekolah. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan lembar penilaian. Adanya perangkat 1
pembelajaran yang baik menjadikan pembelajaran yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran akan menjadi lebih baik. Di propinsi Riau pada dasamya sekolah-sekolah sudah mempunyai perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh masing-masing persatuan guru mata pelajaran pada tingkat kabupaten atau kotamadya di bawah naungan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), namun perangkat pembelajaran yang mereka kembangkan belum sesuai dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi. Salah satu contoh yang dapat kita lihat adalah Lembar Kerja Siswa mata pelajaran Kimia yang dipakai siswa tahun ini, isinya terdiri dari rangkuman materi dan dilanjutkan dengan soal-soal tentang konsepkonsep materi tersebut. Padahal kalau dilihat isi kurikulum, siswa tidak hanya dituntul memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya tetapi juga harus kompeten dalam keija ilmiah seperti merencanakan dan melaksanakan penyelidikan ilmiah, mengkomunikasikan hasil penyelidikan ilmiah serta bersikap ihniah. Kerja ilmiah diajarkan secara terintegrasi dalam pemahaman konsep, bukan diajarkan secara sendirisendiri. Gradasi keq'a ilmiah terlihat di indikator dan dijabarkan dalam tujuan pembelajaran yang tertulis dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tetapi hal ini tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang dibuat oleh guru, tujuan pembelajaran dan penilaian hanya untuk ranah kognitif padahal pada rapor siswa ada penilaian ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil survei yang dilakukan Direktorat Pendidikan Menengah Umum (Dikmenum) menunjukkan bahwa mayoritas guru dan sekolah belum siap mengembangkan perangkat pembelajaran secara mandiri sesuai dengan tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas, 2003). Menurut Ansyar (2006) hal ini disebabkan karena konsep KBK masih banyak yang belum 2
dipahami pendidik secara penuh sehingga implementasinya akan menghadapi hambatan besar walupun programnya telah disusun dengan baik. Kemampuan merencanakan program pembelajaran bagi guru sama dengan kemampuan mendisain bangunan bagi seorang arsitektur, ia tidak hanya bisa membuat gambar yang baik dan memiliki nilai estetik, akan tetapi juga harus mengetahui makna dan tujuan dari disain bangunan yang dibuatnya, demikian halnya guru dalam membuat rencana pembelajaran (Sudjana, 2002). Untuk membuat suatu program pembelajaran seorang guru harus menguasai materi yang akan diajarkan, model-model pembelajaran, teknik dan cara penilaian. Kebutuhan yang mendesak bagi guru saat ini adalah tersedianya perangkat pembelajaran untuk setiap mata pelajaran apabila dikehendaki xmtuk menerapkan kurikulum berbasis kompetensi dengan baik. Guru membutuhkan bahan pelajaran inovatif yang sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi dan pelatihan untuk mengoperasionalkan perangkat tersebut di kelas (Nur, 2003). Menurut Guru, mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis kompetensi memerlukan pengetahuan, tenaga, waktu, dan biaya yang lebih banyak (Holiwami, 2005). Masih menurut Nur (2003) Pendekatan keterampilan proses pada Kurikulum 1994 mata pelajaran IPA temyata tidak berjalan dengan baik, kalau tidak ingin mengatakan gagal, salah satu sebab utamanya adalah guru sulit mendapatkan bahan pelajaran sebagai kemudahan untuk mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan tersebut. Di samping itu, asesmen dan evaluasi, baik lokal maupun nasional, juga belimi dikembangkan dengan pendekatan keterampilan proses. Guru mengalami kesulitan untuk mendapatkan contoh asesmen dengan pendekatan keterampilan proses. 3
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka telah dilakukan penelitian untuk mengembangkan perangkat pembelajaran Kimia SMA kelas I, II, dan III untuk menunjang pelaksanaan kurikulum perbasis kompetensi di propinsi Riau. Perangkat pembelaran yang dikembangkan terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pelajaran, berbagai jenis Lembar Kegiatan Siswa (LKS)l, dan Lembar Penilaian. Pada tahun pertama penelitian dikembangkan prototipe perangkat pembelajaran kemudian divalidasi oleh validator, berdasarkan validasi dari validator dan diskusi dengan pakar perangkat pembelajaran dari Universitas Negeri Surabaya, perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah valid artinya perangkat pembelajaran sudah sesuai dengan alur belajar dan teori pembelajaran. Untuk melihat apakah perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dapat digunakan oleh guru dan siswa sesuai dengan kriteria yang diharapkan, perlu dilakukan uji lapangan. Maka kegiatan penelitian pada tahun kedua adalah ujicoba perangkat pembelajaran yang dikembangkan dibeberapa sekolah (masing-masing sekolah berkualitas baik, sedang dan rendah) untuk melihat keterpakaian (praktikalitas) perangkat pembelajaran oleh guru dan siswa. B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Uji lapangan dilaksanakan untuk melihat praktikalitas (keterpakaian) perangkat pembelajaran oleh guru dan siswa. Uji lapangan dilakukan ditiga sekolah masing-masing berkualitas baik, sedang, dan rendah. Untuk sekolah berkualitas baik dipilih SMA Negeri Plus Propinsi Riau dan SMA Swasta Babussalam Pekanbaru, dimana kedua sekolah ini termasuk sekolah bertaraf intemasional dan untuk sekolah yang berkualitas sedang dipilih SMA Negeri I Kampar dan SMA Negeri 9 Pekanbaru serta sekolah yang
4
berkualitas rendah adalah SMA Swasta Darel Hikmah Pekanbaru dan SMA Swasta Muhammadyah Pekanbaru. Ujicoba perangkat pembelajaran dibeberapa sekolah dilakukan mulai dari bulan Januari sampai November 2008 dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran kimia di masing-masing sekolah sampel. C. Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penelitian tahun kedua ini adalah Perangkat Pembelajaran Kimia SMA Kelas I, II, dan III yangpraktikal (terpakai) artinya dapat digunakan oleh guru dan siswa sesuai kriteria yang diharapkan untuk menunjang pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi di propinsi Riau. Perangkat pembelajaran terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP) , Lembar Kegiatan Siswa (LKS)l, dan Lembar Penilaian.
5