1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan bisa menjadi dambaan tetapi juga musibah apabila kehamilan tersebut dialami oleh remaja yang belum menikah. Kehamilan di kalangan remaja wanita menjadi salah satu masalah yang berkembang cukup cepat di berbagai negara, baik negara maju ataupun berkembang, termasuk Indonesia. Kehamilan tidak diinginkan (KTD) merupakan konsekuensi logis dari hubungan pergaulan bebas antar remaja yang berbeda jenis kelamin, yang cenderung tidak dapat dikendalikan dengan baik (Dariyo, 2004). KTD atau unwanted pregnancy merupakan suatu kondisi pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan. Kehamilan ini akibat dari suatu perilaku seksual atau hubungan seksual baik yang disengaja atau tidak disengaja (Widyastuti, 2009). KTD merupakan terminologi yang biasa digunakan untuk memberi istilah adanya kehamilan yang tidak dikehendaki oleh salah satu atau kedua calon orangtua bayi tersebut maupun lingkungannya (Kusmiran, 2013). Pada tahun 2011, World Health Organization (WHO) menyebutkan terdapat 19% dari 16 juta remaja berusia 15-19 tahun di seluruh dunia yang mengalami KTD. Di Amerika Serikat, setiap tahun terjadi lebih dari 100 remaja mengalami KTD. Sekitar 40% terjadi pada usia di bawah 18 tahun dan 60% di bawah umur 15 tahun.
1
2
Angka kehamilan pada remaja cukup tinggi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat melalui hasil pengamatan dan survei dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2013, diketahui bahwa dari jumlah penduduk remaja (usia 14-19 tahun) terdapat 34 juta atau 19,6% mengalami KTD dan angka seks bebas diseluruh kota besar di Indonesia melampaui angka 50%. Hasil survei tersebut sekitar 30% berakhir pada pernikahan dini karena hamil dan rata-rata pada usia yang sangat muda. Kemudian menurut data pilar Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) bahwa KTD pada remaja memiliki kecenderungan meningkat. Data pada tahun 2002 terdapat 50 kasus, tahun 2003 terdapat 92 kasus, tahun 2004 terdapat 101 kasus dan tahun 2010 terdapat 120 kasus. Studi kualitatif dilakukan juga oleh PKBI selama tahun 2013 yang menyebutkan bahwa persentase KTD remaja tertinggi ada di Bali, Mataram dan Yogyakarta. Data KTD dari Bali diperoleh melalui program PKBI Bali yaitu Kita Sayang Remaja Youth Clinic (KYC) Provinsi Bali. KYC Provinsi Bali mencatat, KTD di Bali tahun 2013 sebanyak 177 kasus dengan rata-rata dalam satu bulan adalah 15 kasus. Kemudian, data tahun 2014 didapatkan 111 kasus dengan rata-rata kasus dalam satu bulan adalah 11 kasus. Data ini terungkap dari remaja yang melakukan konseling ke KYC Provinsi Bali. Data lain juga didapatkan bahwa lebih dari seperempat masalah pacaran yang masuk ke konseling telepon lembaga KYC Provinsi Bali pencatatan hingga Desember 2014 berkaitan dengan aktivitas seksual remaja dan terdapat kecenderungan mereka baru berkonsultasi setelah melakukan kegiatan aktif secara seksual. Awal keterlibatan mereka dalam
3
hubungan seksual pranikah sebagian disebutkan karena mencoba dan tanpa direncanakan, karena terbawa suasana dan adanya dorongan seksual yang muncul akibat pengaruh dari beberapa media pornografi yang pernah diakses. Efek KTD pada remaja jauh lebih besar jika dibandingkan dengan efek KTD pada kelompok usia yang lebih tua, baik secara fisik, maupun psikologis. Hal ini terjadi karena pada masa remaja, pertumbuhan dan perubahan fisik, kognitif dan psikologis belum optimal. Jika proses pertumbuhan dan perkembangan belum optimal, dan ditambah dengan adanya KTD, maka efek yang dirasakan akan jauh lebih berat (Gray, 2001). Remaja membutuhkan perhatian dan bantuan dari orang di sekitarnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam mengatasi masa krisis ini. Dukungan yang paling diharapkan oleh remaja dalam menghadapi krisis ini adalah dukungan dari keluarganya, terutama dari orangtua dan saudara (Hurlock, 2004). Keluarga mempunyai pengaruh yang penting pada keyakinan sehat dan kesehatan yang berhubungan dengan perilaku individu (Schor, 1993). Keluarga juga berfungsi sebagai petunjuk dan informasi yang berhubungan dengan kesehatan (Steinberg and Duncan, 2002). Besarnya pengaruh dukungan keluarga dalam menghadapi KTD remaja dapat digambarkan dari hasil penelitian oleh Komisi Nasional Perempuan tahun 2005 yang menggambarkan seorang remaja perempuan yang akhirnya memilih menggugurkan kandungannya dan mendapat dukungan dari ibunya, bahkan ibu remaja tersebut mendampingi saat proses aborsi berlangsung. Keluarga termasuk orang terdekat dengan remaja. Pemberian makna terhadap kehamilan dan reaksi
4
keluarga terhadap kehamilan, terutama yang tidak diinginkan menjadi sangat penting dalam pengambilan keputusan menghadapi KTD (Habsari dan Hendrawan, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Widyoningsih (2011) mengenai pengalaman keluarga dalam merawat anak remaja dengan KTD di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menggambarkan penerimaan keluarga atas remaja dengan KTD, walaupun menimbulkan stres fisik, finansial, psikologis dan sosial pada keluarga. Keluarga diminta untuk dapat merawat remajanya hingga melewati masa krisis dan keluarga membutuhkan pelayanan kesehatan dan dukungan sosial untuk membantu penanganan tersebut. Selain itu, penelitian Lee (2001) juga menunjukkan besarnya peran keluarga dalam menghadapi KTD anak. Hasil penelitian tersebut menyebutkan beberapa faktor risiko yang mempengaruhi secara signifikan proses menanti kelahiran pada remaja antara lain single parents family, disfungsi keluarga, pendidikan ibu yang tidak adekuat, hubungan dengan orangtua yang tidak baik dan kekerasan dalam keluarga. Keluarga mempunyai pengaruh yang penting pada pelaksanaan intervensi pada remaja dengan KTD. Keluarga membantu remaja dengan KTD dalam pengambilan keputusan. Apabila remaja dengan KTD tidak didampingi oleh keluarga, dapat menimbulkan perilaku destruktif seperti memilih untuk mengakhiri kehamilan serta bunuh diri (Steinberg and Duncan, 2002). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) KYC Provinsi Bali pada tanggal 22 Januari 2015, diketahui bahwa bentuk
5
dukungan keluarga dengan remaja KTD adalah keterlibatan keluarga dalam pendampingan remaja dengan KTD saat konseling hingga pengambilan keputusan. Tetapi dalam pelaksanaannya, tidak semua remaja dengan KTD mendatangkan keluarganya dengan alasan malu, takut atau tidak berani, tidak dekat atau memiliki keluarga yang sibuk. Remaja dengan KTD cenderung menutupi kesalahan dari keluarganya, hal inilah yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan intervensi pada remaja KTD. Menurut Purnamaningsih (1993), adanya komunikasi dan hubungan kebersamaan yang hangat antara orangtua dengan remaja akan membantu remaja dalam memecahkan masalahnya. Namun, pada kenyataannya dukungan sosial keluarga terutama orangtua dan saudara dalam membantu remaja menyelesaikan masalahnya tidak selamanya berlangsung dengan lancar. Di sinilah perlu ditingkatkannya fungsi keluarga. Dukungan keluarga yang optimal harus memenuhi kriteria fungsi keluarga. Penelitian Olson (1999) menyebutkan terdapat tiga dimensi fungsi keluarga (Circumplex Model of Marital and Family Systems),yaitu: fungsi kedekatan (cohesion), fungsi fleksibilitas (flexibility) dan fungsi komunikasi (communication). Oleh karena itu, sebaiknya pelayanan kesehatan yang menaungi remaja dengan KTD apabila menemukan kasus tersebut mensyaratkan kewajiban pendampingan keluarga selama proses konseling hingga pengambilan keputusan. Kemudian, keluarga yang mendampingi wajib diberikan pendidikan kesehatan dan panduan dukungan keluarga sebagai pedoman keluarga dalam menangani anak remajanya dengan KTD. Hal ini diharapkan agar dapat meningkatkan fungsi
6
keluarga yang paling dibutuhkan dalam proses penanganan remaja dengan KTD. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh penerapan pedoman dukungan keluarga terhadap peningkatan fungsi keluarga pada remaja yang mengalami KTD B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, masalah yang muncul adalah: (1) KTD merupakan suatu kondisi pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan, (2) Remaja membutuhkan dukungan keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mengatasi masalah KTD, (3) Kenyataannya dukungan sosial keluarga terutama orangtua dan saudara dalam membantu remaja menyelesaikan masalahnya tidak selamanya berlangsung dengan lancar, (4) Dukungan keluarga harus memenuhi kriteria fungsi keluarga yaitu fungsi kedekatan (cohesion), fungsi fleksibilitas (flexibility) dan fungsi komunikasi (communication), dan (5) Adanya pedoman dukungan keluarga dapat membantu keluarga untuk meningkatkan fungsi keluarga pada remaja KTD. Oleh karena itu, rumusan masalah yang dapat diambil adalah “Apakah ada pengaruh penerapan pedoman dukungan keluarga terhadap peningkatan fungsi keluarga pada remaja yang mengalami KTD di KYC Provinsi Bali?”
7
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan fungsi keluarga pada kelompok yang mendapat pendampingan dengan pedoman dukungan keluarga dibandingkan kelompok dengan intervensi rutin pada remaja yang mengalami KTD di KYC Provinsi Bali. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi peningkatan fungsi kedekatan keluarga (cohesion) pada remaja yang mengalami KTD antara sebelum dan setelah mendapat pendampingan dengan pedoman dukungan keluarga di KYC Provinsi Bali. b. Mengidentifikasi peningkatan fungsi fleksibilitas keluarga (flexibility) pada remaja yang mengalami KTD antara sebelum dan setelah mendapat pendampingan dengan pedoman dukungan keluarga di KYC Provinsi Bali. c. Mengidentifikasi peningkatan fungsi komunikasi keluarga (communication) pada remaja yang mengalami KTD antara sebelum dan setelah mendapat pendampingan dengan pedoman dukungan keluarga di KYC Provinsi Bali. d. Menganalisis perbedaan fungsi keluarga: fungsi kedekatan (cohesion), fungsi fleksibilitas (flexibility) dan fungsi komunikasi (communication) keluarga pada kelompok yang mendapat pendampingan dengan pedoman dukungan keluarga dibandingkan kelompok dengan intervensi rutin pada remaja yang mengalami KTD di KYC Provinsi Bali.
8
e. Menganalisis hubungan variabel luar terhadap perubahan fungsi keluarga: fungsi kedekatan (cohesion), fungsi fleksibilitas (flexibility) dan fungsi komunikasi (communication) keluarga pada remaja yang mengalami KTD di KYC Provinsi Bali. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penerapan pedoman dukungan keluarga terhadap peningkatan fungsi keluarga pada remaja yang mengalami KTD. Hasil penelitian ini juga dapat ditindaklanjuti atau dikembangkan sebagai bahan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan fungsi keluarga dan kejadian KTD pada remaja. 2. Praktis Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat bermanfaat nantinya bagi lembaga pengambil kebijakan dalam usaha pembinaan kesehatan reproduksi remaja khususnya untuk remaja yang mengalami KTD. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi tenaga pelayanan di lembaga kesehatan reproduksi remaja dalam menangani remaja dengan KTD. E.
Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pengaruh penerapan pedoman dukungan keluarga terhadap peningkatan fungsi keluarga pada remaja yang mengalami KTD di KYC Provinsi Bali belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang terkait antara lain adalah:
9 Tabel 1 Keaslian penelitian Tujuan penelitian
Peneliti
Judul
Gray(2 001)
Social Support Communicat ion in Unplanned Pregnancy: Support Types, Messages, Sources, and Timing
Mengidentifikasi berbagai dimensi dukungan sosial pada kehamilan tidak direncanakan termasuk jenis dukungan yang diinginkan dan dicari, sumber dukungan, jenis dukungan yang membantu dalam berbagai tahap pengalaman kesehatan, dan strategi pesan yang digunakan dalam membantu serta mendukung komunikasi
Lee (2001)
Family and Adolescent childbearing
Mengidentifikasi faktor risiko terjadinya kehamilan remaja dengan konteks keluarga
Metodelogi penelitian Semi struktur survei pada perempuan muda berusia 1824 tahun
Hasil penelitian Penelitian ini menyajikan informasi hasil studi mengenai jenis dukungan dan cara berkomunika si dukungan itu dalam konteks kesehatan, yang jika didukung oleh pekerjaan tambahan, dapat digunakan dalam advokasi, konseling, dan upaya klinis
Case control pada 198 ibu yang berusia dibawa 19 tahun di Taichung City, Taiwan
Faktor yang signifikan terhadap terjadinya kehamilan pada remaja adalah faktor keluarga yaitu termasuk di dalamnya remaja yang hidup jauh dari orangtua, keluarga dengan orangtua tunggal, disfungsi keluarga serta pendidikan ibu yang rendah
Persamaan
Perbedaan
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada konteks tujuan penelitian yang samasama berfokus pada dukungan sosial untuk kehamilan tidak diinginkan
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada metode, populasi dan tempat penelitian
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada fokus subyek penelitian yaitu keluarga dan remaja
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada tujuan, metode, populasi dan tempat penelitian
10 Tabel 1 Lanjutan Nargis (2004)
Hubungan struktur dan fungsi keluarga dengan perilaku seksual pra nikah remaja SMU di wilayah Ujung Berung Bandung
Mengetahui peran keluarga terhadap kesehatan reproduksi remaja dalam upaya menjadikan remaja siap sebagai keluarga berkualitas
Observasio nal dengan cross sectional
Tidak ada hubungan yang signifikan antara struktur dan fungsi keluarga dengan perilaku seksual pranikah remaja
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel fungsi keluarga yang diteliti
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada tujuan, metode, populasi dan tempat penelitian
Ginting (2004)
Hubungan fungsi keluarga dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan pada remaja di Yogyakarta
Menilai hubungan fungsi keluarga remaja yang mengalami KTD
Observasio nal dengan case control study
Fungsi kebersamaan ,fleksibilitas dan komunikasi dalam keluarga yang rendah berpengaruh terhadap kejadian KTD secara signifikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel fungsi keluarga yang diteliti serta subjek penelitian nya, yaitu kasus kehamilan tidak diinginkan
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada tujuan, metode dan tempat penelitian