BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) merupakan suatu pola seleksi penerimaan mahasiswa baru yang dilaksanakan secara nasional. Seleksi tersebut dilaksanakan secara bersama-sama oleh seluruh perguruan tinggi negeri di Indonesia dalam sistem terpadu dan serentak untuk diikuti oleh calon mahasiswa baru (Depdiknas, 2010). Saat ini pelaksanaan seleksi masuk perguruan tinggi negeri terbagi atas dua jalur, pertama yaitu seleksi jalur undangan yang bernama SNMPTN. Seleksi melalui jalur undangan didasarkan pada pertimbangan hasil penjaringan prestasi akademik di antaranya melalui nilai rapor, nilai Ujian Nasional (UN) dan prestasi-prestasi pendukung lainnya selama belajar di sekolah menengah. Adapun kuota calon mahasiswa baru yang akan diterima melalui jalur SNMPTN undangan tersebut adalah sekitar 50% dari total keseluruhan (Direktorat Pendidikan Tinggi, 2013). Jalur kedua yaitu seleksi tes tertulis yang bernama Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). SBMPTN sebelumnya bernama SNMPTN tertulis, selanjutnya akan digunakan istilah SNMPTN untuk seleksi masuk ke perguruan tinggi melalui jalur tes tertulis. Seleksi melalui jalur tersebut didasarkan pada pertimbangan hasil tes tertulis secara langsung. Tes dilaksanakan dengan menggunakan alat seleksi berupa perangkat soal yang harus dikerjakan oleh calon mahasiswa baru selaku peserta tes. Tes tersebut merupakan bentuk pengukuran kompetensi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan seorang calon mahasiswa baru untuk diterima atau tidaknya di perguruan tinggi. Kuota calon mahasiswa baru yang akan diterima melalui jalur tersebut yaitu sekitar 30% dari total keseluruhan. Sementara persentase sisanya, dapat dijaring melalui seleksi yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi negeri masing-masing melalui seleksi mandiri (Direktorat Pendidikan Tinggi, 2013). 1
Dian Amirulloh, 2013 Analisis Soal SNMPTN Biologi Berdasarkan Domain Kognitif Taksonomi Bloom Revisi Dan Profil Capaian Siswa SMA Kelas XII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Suryabrata (2004) memaparkan bahwa terdapat empat alasan utama mengapa perguruan tinggi menyelenggarakan seleksi dalam penerimaan calon mahasiswa baru. Pertama, pendidikan di perguruan tinggi merupakan ajang penyiapan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang, karena itu diperlukan suatu “kepastian” bahwa para calon mahasiswa yang akan belajar di perguruan tinggi memiliki kualitas yang baik. Kedua, kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi merupakan kesempatan yang langka, terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, sehingga perguruan tinggi mengharapkan peluang yang langka tersebut diberikan kepada calon yang paling potensial dan paling berhak mendapatkannya. Ketiga, adanya seleksi memungkinkan untuk terjaringnya calon-calon mahasiswa yang bertalenta tinggi. Keempat, kesempatan pendidikan tinggi merupakan suatu hal yang sangat mahal, sehingga harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien oleh para calon mahasiswa yang paling besar kemungkinannya untuk berhasil dalam belajar di masa yang akan datang. Berkenaan dengan hal di atas diperlukan sebuah sistem ideal dan berkualitas untuk penerimaan calon mahasiswa baru di perguruan tinggi, sehingga mereka yang memperoleh kesempatan belajar di perguruan tinggi merupakan orang-orang potensial dan memang berhak mendapatkannya. Hal tersebut sekurang-kurangnya yaitu dengan mempertimbangkan empat aspek, yaitu (1) efektivitas prediksi, (2) efektivitas ekonomi, (3) ekuitas, dan (4) insentif belajar mengajar (Depdikbud, 1990). Berkenaan dengan seleksi tes tertulis, pertimbangan tersebut secara langsung membawa pada permasalahan mengenai penyediaan alat seleksi atau perangkat tes untuk masuk perguruan tinggi. Pertimbangan efektivitas prediksi menuntut terpenuhinya fungsi suatu tes sebagai prediktor keberhasilan mahasiswa setelah diterima di perguruan tinggi. Artinya yaitu mereka yang telah dinyatakan diterima di perguruan tinggi karena berhasil memperoleh capaian yang baik pada tes seleksi, memang kemudian dapat memperlihatkan prestasi yang memuaskan. Dasar pertimbangannya adalah bahwa mereka yang paling besar kemungkinannya untuk berhasil, harus diterima karena mereka merupakan orang-orang berpotensi yang lebih berhak memperoleh kesempatan belajar di perguruan tinggi (Azwar, 2010). Dian Amirulloh, 2013 Analisis Soal SNMPTN Biologi Berdasarkan Domain Kognitif Taksonomi Bloom Revisi Dan Profil Capaian Siswa SMA Kelas XII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Pertimbangan lain mengenai perangkat tes yang digunakan dalam seleksi yaitu adanya fungsi ekuitas. Artinya tes tidak bias dalam memprediksi sehingga dapat menjadi landasan pengambilan keputusan yang tidak merugikan kelompok tertentu dikarenakan faktor-faktor yang tidak relevan dan pengaruhnya terjadi secara sistematis. Ekuitas mengandung makna adanya kesempatan atau peluang yang setara (equal opportunities) bagi subjek peserta tes (Azwar, 2010). Cara masuk perguruan tinggi melalui SNMPTN tertulis juga memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan kemampuan dan jangkauan atau akses masyarakat untuk dapat melanjutkan belajar di perguruan tinggi. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mendorong atau membantu keterbatasan masyarakat karena alasan faktor ekonomi. Selain itu keterbatasan tempat atau daya tampung perguruan tinggi, juga menjadi alasan praktis timbulnya kebutuhan untuk melaksanakan seleksi terhadap calon mahasiswa baru (Direktorat Pendidikan Tinggi, 2012). Dengan demikian, pertimbangan tersebut juga memacu dalam melakukan pengembangan sistem seleksi yang semakin efektif dan efisien. Selanjutnya, Azwar (2010) memaparkan bahwa kelayakan keputusan yang diambil berdasarkan interpretasi hasil tes ditentukan oleh kualitas pengukuran dan ketepatan interpretasinya. Para pakar pengukuran menuntut terpenuhinya syaratsyarat seperti validitas, reliabilitas, dan objektivitas pada penggunaan tes seleksi sebagai alat ukur. Konsekuensi dari kesalahan dalam pengambilan keputusan yang diakibatkan oleh informasi dari hasil penjaringan tes yang tidak akurat dapat mengorbankan calon yang sesungguhnya potensial. Lebih jauh lagi, konsekuensi dari kesalahan tersebut dapat membawa akibat sosial yang buruk bagi yang bersangkutan, ancaman terhadap harga diri (self-esteem), bahkan juga kehilangan masa depan. Para ahli menyebut hal ini sebagai 'high stake' exam yang hasil ukurnya menjadi landasan pengambilan keputusan yang dapat mengubah kehidupan. Keputusan seleksi yang tepat yaitu ketika calon yang diterima memang kemudian terbukti berhasil menunjukkan “performans” yang baik. Sedangkan calon yang ditolak, seandainya diberi kesempatan diterima memang tidak mampu memperlihatkan “performans” yang memuaskan. Sebaliknya, keputusan yang Dian Amirulloh, 2013 Analisis Soal SNMPTN Biologi Berdasarkan Domain Kognitif Taksonomi Bloom Revisi Dan Profil Capaian Siswa SMA Kelas XII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
tidak tepat akan mengorbankan potensi calon yang sesungguhnya berpotensi baik seandainya diterima atau mengorbakan kesempatan yang semestinya diterima oleh calon potensial yang terlanjur ditolak. Sebagai alat ukur yang berfungsi menjaring data untuk dijadikan landasan pengambilan keputusan dalam penerimaan atau penolakan calon mahasiswa, tes didesain agar secara optimal dapat memberikan informasi mengenai kemampuan yang diperlukan agar sukses dalam belajar lebih lanjut di perguruan tinggi. Oleh karena itu, alat ukur yang digunakan dalam tes seleksi masuk perguruan tinggi harus memiliki kualitas yang teruji (Azwar, 2010). Selain hal seperti yang telah disebutkan di atas, pengembangan alat tes seleksi masuk perguruan tinggi perlu memiliki suatu sinergisitas atau keterkaitan dengan tujuan dan konten pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, termasuk yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal tersebut dimasudkan supaya apa yang telah dipelajari di sekolah dapat menjadi bekal bagi siswa dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Widodo (2006) menjelaskan tujuan pembelajaran dalam kurikulum dituangkan dalam suatu kerangka kerja yang kemudian disebut sebagai taksonomi pembelajaran. Taksonomi pembelajaran yang umum digunakan dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom memaparkan mengenai jenis-jenis kompetensi siswa yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran, termasuk salah satu di antaranya yaitu kompetensi kognitif. Dalam taksonomi Bloom, kompetensi kognitif diklasifikasikan ke dalam jenjang-jenjang tertentu yang membentuk suatu hierarki, mulai dari jenjang yang paling rendah menuju jenjang yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu jenjang kompetensi kognitif tersebut, semakin tinggi pula kompleksitasnya. Sebagai alat ukur yang berfungsi untuk tes seleksi, soal-soal tes seleksi yang baik harus dapat meloloskan atau menjaring calon mahasiswa yang potensial, yaitu di antaranya mereka yang memiliki kemampuan berpikir pada tingkat yang tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan untuk dapat belajar di peguruan tinggi. Mereka yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi memiliki peluang atau kesempatan yang besar untuk dapat diterima di perguruan tinggi (Direktorat Pendidikan Tinggi, 2012). Dian Amirulloh, 2013 Analisis Soal SNMPTN Biologi Berdasarkan Domain Kognitif Taksonomi Bloom Revisi Dan Profil Capaian Siswa SMA Kelas XII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Perkembangan kemampuan tingkat berpikir atau tingkat intelektual dapat diketahui di antaranya yaitu melalui tes kemampuan berpikir logis (Test of Logical Thinking/ TOLT) yang dikembangkan oleh Tobin & Capie (1981) dan telah distandarisasi. Piaget (Dahar, 1996) menjelaskan bahwa setiap orang mengalami perkembangan tingkat intelektual mulai dari tahapan yang paling rendah menuju pada tahapan yang lebih tinggi. Berdasarkan pemaparan di atas, analisis terhadap kualitas soal-soal tes seleksi masuk perguruan tinggi penting untuk dilakukan, termasuk di antaranya yaitu soal-soal SNMPTN Biologi sebagai salah satu bagian dari mata uji yang diteskan. Peneliti tertarik mengangkat penelitian dengan judul “Analisis Soal SNMPTN Biologi berdasarkan Domain Kognitif Taksonomi Bloom Revisi dan Profil Capaian Siswa SMA Kelas XII”. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah “Bagaimana Profil Soal SNMPTN Biologi berdasarkan Domain Kognitif Taksonomi Bloom Revisi dan Profil Capaian Siswa SMA Kelas XII?” Untuk menjalankan penelitian tersebut, dimunculkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana profil soal-soal SNMPTN Biologi berdasarkan dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan taksonomi Bloom Revisi? 2. Bagaimana profil ketercakupan standar isi KTSP dalam pengembangan materi soal-soal SNMPTN Biologi? 3. Bagaimana kualitas soal-soal SNMPTN Biologi berdasarkan hasil analisis pokok uji? 4. Bagaimana profil capaian siswa SMA kelas XII dalam mengerjakan tes kemampuan berpikir logis? 5. Bagaimana profil capaian siswa SMA kelas XII dalam mengerjakan soal-soal SNMPTN Biologi? 6. Bagaimana keterkaitan antara capaian hasil tes kemampuan berpikir logis dengan capaian hasil tes soal-soal SNMPTN Biologi?
Dian Amirulloh, 2013 Analisis Soal SNMPTN Biologi Berdasarkan Domain Kognitif Taksonomi Bloom Revisi Dan Profil Capaian Siswa SMA Kelas XII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
C. Batasan Masalah Untuk mengarahkan penelitian ini, dibuat batasan masalah sebagai berikut. 1. Soal-soal SNMPTN Biologi yang digunakan pada penelitian ini adalah soalsoal SNMPTN Biologi tahun 2010, 2011 dan 2012. Soal-soal tersebut merupakan soal-soal resmi yang diambil dari naskah asli soal-soal SNMPTN. 2. Analisis kualitas soal yang dilakukan meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, efektivitas pengecoh, dan reliabilitas tes. 3. Analisis domaian kognitif dalam soal-soal SNMPTN Biologi dilakukan berdasarkan domain kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi yang meliputi dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. 4. Profil capaian siswa yang dianalisis adalah kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal SNMPTN Biologi yang digunakan pada penelitian ini. D. Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan yang diangkat, penelitian ini yaitu bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kualitas soal-soal SNMPTN Biologi berdasarkan domain kognitif taksonomi Bloom Revisi sekaligus memperoleh gambaran mengenai capaian siswa dalam mengerjakan soal-soal tersebut. Secara lebih rinci, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memperoleh informasi dan gambaran mengenai komposisi dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan kognitif dalam taksonomi Bloom Revisi yang dikembangkan dalam soal-soal SNMPTN Biologi. 2. Memperoleh informasi dan gambaran mengenai profil ketercakupan standar isi KTSP dalam pengembangan materi soal-soal SNMPTN Biologi. 3. Memperoleh informasi dan gambaran mengenai kualitas soal-soal SNMPTN Biologi berdasarkan hasil analisis pokok uji. 4. Memperoleh informasi dan gambaran mengenai profil capaian siswa SMA kelas XII dalam mengerjakan tes kemampuan berpikir logis. 5. Memperoleh informasi dan gambaran mengenai profil capaian siswa SMA kelas XII dalam mengerjakan soal-soal SNMPTN Biologi. Dian Amirulloh, 2013 Analisis Soal SNMPTN Biologi Berdasarkan Domain Kognitif Taksonomi Bloom Revisi Dan Profil Capaian Siswa SMA Kelas XII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
6. Memperoleh informasi dan gambaran mengenai keterkaitan antara capaian hasil tes kemampuan berpikir logis dengan capaian tes soal-soal SNMPTN Biologi E. Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memberikan informasi dan gambaran mengenai kualitas soal-soal yang dikembangkan dalam tes SNMPTN Biologi. 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dalam pelaksanaan dan pengembangan sistem seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Indonesia, termasuk penyelenggaraan SNMPTN atau SBMPTN, khusus terkait dengan pembuatan perangkat tes. 3. Memberikan informasi berharga sebagai cerminan dan umpan balik untuk melakukan perbaikan dalam mengembangkan soal-soal yang dilatihkan atau diujikan kepada siswa, termasuk juga memperbaiki sistem pembelajaran. 4. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengerjakan tes soal-soal SNMPTN, khususnya soal-soal Biologi. 5. Membantu menyiapkan siswa dalam melanjutkan jenjang pendidikannya ke perguruan tinggi.
Dian Amirulloh, 2013 Analisis Soal SNMPTN Biologi Berdasarkan Domain Kognitif Taksonomi Bloom Revisi Dan Profil Capaian Siswa SMA Kelas XII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu