BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pajak merupakan suatu sumber dana terbesar pada APBN. Pengumpulan pajak merupakan suatu aktivitas Negara yang akan selalu diawasi.
Kemudian dalam operasi keseharian perusahaan diantara
pihak eksternal dan internal, sebagai pengguna laporan keuangan, di dalam suatu perusahaan terkadang terdapat berbagai kepentingan sehingga dapat menimbulkan pertentangan yang dapat merugikan pihak-pihak yang saling berkepentingan. Pertentangan tersebut dapat terjadi dikarenakan pihak Manajemen dari perusahaan menginginkan peningkatan kesejahteraan perusahaan sedangkan pada pihak pihak pemegang saham berkeinginan untuk terus meningkatkan kekayaannya dalam peningkatan deviden dan harga saham. Selain itu, pihak manajemen berkeinginan memperoleh kredit sebesar mungkin dengan bunga yang rendah, sedangkan kreditor hanya ingin memberikan kredit sesuai dengan kemampuan perusahaan, serta pihak manajemen berkeinginan membayar pajak sekecil mungkin, sedangkan pemerintah ingin memungut pajak sebesar besarnya
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perusahaan pada dasarnya akan terus melakukan kegiatan operasional sehingga penambahan modal dan pendanaan akan sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, perusahaan akan mempertimbangkan untuk melakukan go public. Dalam proses go public, saham dijual di pasar pimer terlebih dahulu sebelum di buka di pasar sekunder. Istilah ini dikenal dengan nama Initial Public Offering (IPO). Memasuki masa IPO, perusahaan wajib untuk menyediakan laporan – laporan keuangan dan laporan – laporan non keuangan sebagai sumber informasi bagi para emiten. Jumlah dana yang diterima emiten adalah perkalian antara jumlah saham yang ditawarkan dengan harga per saham, sehingga semakin tinggi harga per saham maka dana yang diterima akan semakin besar. Hal ini mengakibatkan emiten seringkali menentukan harga saham yang dijual pada pasar perdana dengan membuka penawaran harga yang tinggi, kare1na menginginkan pemasukan dana semaksimal mungkin. Sedangkan underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan risiko agar tidak mengalami kerugian akibat tidak terjualnya saham-saham yang ditawarkan, terutama dalam tipe penjaminan full commitment karena dalam tipe penjaminan ini pihak underwriter akan membeli saham yang tidak laku terjual Di samping itu, keterbatasan informasi mengenai apa dan siapa perusahaan yang akan go public membuat underwriter (penjamin emisi bagi setiap perusahaan yang akan menerbitkan sahamnya di pasar modal) maupun
2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
calon investor harus melakukan analisa yang baik sebelum memutuskan untuk membeli (memesan) saham. Harga saham yang akan dijual perusahaan pada pasar perdana ditentukan oleh kesepakatan antara emiten (perusahaan penerbit) dengan underwriter, sedangkan harga saham yang dijual pada pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar, yaitu permintaan dan penawaran. Apabila harga saham pada pasar perdana atau dalam hal ini IPO lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder pada hari pertama, maka akan terjadi fenomena harga rendah di penawaran perdana yang disebut underpricing. Sebaliknya apabila harga saat IPO lebih tinggi dibandingkan harga saham pada pasar sekunder pada hari pertama, maka fenomena ini disebut overpricing. Harga saham juga dapat mengalami keadaan normal dimana harga saat IPO sama dengan harga saham pada pasar sekunder pada hari pertama. Underpricing selalu merugikan untuk perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh tidaklah maksimum. Fenomena underpricing terjadi di berbagai pasar modal karena adanya asimetri informasi atau ketidaksesuaian informasi. Hal ini bisa terjadi antara emiten, penjamin emisi (underwriter), maupun antar investor. Perusahaan seperti Asuransi Kresna Mitra Tbk, Bank Ina Perdana Tbk, Capitol Nusantara Indonesia Tbk, dan beberapa perusahaan lain yang mendaftarkan sahamnya di pasar saham perdana tahun 2014 mengalami underpricing. Bank Dinar Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang
3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengalami underpricing paling tinggi, yaitu sebesar 41.18%. Sedangkan, Kino Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang mengalami underpricing paling rendah, yaitu sebesarr 1.30%. Underpricing ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor umum finansial terkait, baik secara makro maupun secara mikro. Dalam kaitannya dengan hal ini, underpricing selalu menjadi bahasan yang menarik untuk dibahas. Mulai tahun pajak 2009, tarif PPh Badan menganut sistem tarif tunggal atau single tax yaitu 28% dan telah menjadi 25% pada tahun 2010. Jadi berapapun penghasilan kena pajaknya, tarif yang dikenakan adalah satu yaitu 28% atau 25%. Selain itu, bagi perusahaan yang masuk bursa (go public) diberikan penurunan tarif sebesar 10% dari tarif normal dengan syarat lainnya. Dengan begitu, pada tahun pajak 2009 tarif perusahaan yang masuk bursa (go public) sebesar 23% dan pada tahun pajak 2010 sebesar 20%. Hal ini tentunya dapat menjadi faktor yang mempengaruhi fenomena underpricing. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi underpricing saham pada tahun setelah perubahan tarif PPh badan, khususnya pada perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun dikarenakan keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan pikiran, maka penulis akan membatasi permasalahan pada keterkaitan dan hubungan antara Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Payout Ratio, Tax Ratio, dan ukuran perusahaan terhadap tingkat 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO dengan Judul : ANALISIS PENGARUH DER, ROA, EPS, PAYOUT RATIO, TAX RATIO, UKURAN PERUSAHAAN DAN PRESENTASE PENAWARAN SAHAM TERHADAP UNDERPRICING SAHAM PADA INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 2015). B. Perumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan oleh penulis, maka berikut adalah masalah-masalah yang dapat diungkapkan oleh penulis : 1. Apakah Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan IPO? 2. Apakah Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan IPO? 3. Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan IPO? 4. Apakah Payout Ratio berpengaruh terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan IPO? 5. Apakah Tax Ratio berpengaruh terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan IPO? 6. Apakah
Ukuran
Perusahaan
berpengaruh
underpricing perusahaan yang melakukan IPO? 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terhadap
tingkat
7. Apakah
Presentase penawaran saham yang ditawarkan kepada
masyarakat berpengaruh terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan IPO?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui tingkat pengaruh Debt Equity Ratio (DER) terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan IPO. b. Mengetahui tingkat pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan IPO. c. Mengetahui tingkat pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan IPO. d. Mengetahui tingkat pengaruh Payout Ratio terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan IPO. e. Mengetahui tingkat pengaruh Tax Ratio terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan IPO. f. Mengetahui tingkat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap tingkat underpricing perusahaan yang melakukan IPO.
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
g. Mengetahui tingkat pengaruh Presentase Penawaran Saham yang
ditawarkan
kepada
masyarakat
terhadap
tingkat
underpricing perusahaan yang melakukan IPO. 2. Kontribusi Penelitian a.
Kontribusi Praktik Sebagai
tambahan
wawasan
bagi
penulis
mengenai
perbandingan underpricing pada penawaran saham perdana perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun setelah perubahan regulasi PPh badan. b. Kontribusi Teoritis Dengan
adanya
penelitian
ini
diharapkan
dapat
mengklarifikasikan dengan hasil penelitian sebelumnya, untuk penelitian selanjutnya bisa melengkapai kekurangan dan menyempurnakan dalam penelitian sejenis.
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/