1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah di Bengkel Otomotif Roda 4 Salah satu kebijakan pemerintah tentang sekolah menengah adalah penggalakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dan sampai saat ini pemerintah terus gencar dalam meningkatkan SMK baik secara jumlah maupun kualitasnya. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan lembaga yang berpotensi untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang dapat diserap oleh dunia kerja, karena materi baik teori dan praktek yang bersifat aplikatif telah diberikan sejak dini. Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 15 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Menyebutkan
Bahwa:
“Pendidikan
Kejuruan
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja
dalam
bidang
tertentu”.
Sehingga
pendidikan
kejuruan
mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu bidang pekerjaan seperti bidang otomotif, industri, pertanian, perkantoran dll. Hal ini menjadikan SMK menjadi bagian yang sangat strategis untuk mencetak tenaga kerja yang lebih berkompeten dalam bidangnya. Setragisnya SMK dalam mencetak tenaga kerja yang berkompeten dan siap kerja ternyata belum di ikuti oleh kondisi nyata yang terjadi saat ini. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran di Indonesia tercatat 117,4 juta pengangguran pada Agustus 2011 (BPS, 2011). Justru angka pengangguran tertinggi berdasarkan pendidikan didominasi oleh lulusan SMK, bahwa : “Pengangguran terbuka didominasi lulusan SMK sebesar 10,43 %, SMA 10,66 %, Perguruan Tinggi 8,02 %, diploma 7,16 %, lulusan SMP 8,37 %, dan lulusan SD 3,56 % dari jumlah penganggur“. Hal ini merupakan indikator rendahnya penyerapan tenaga kerja oleh dunia kerja serta masih kurangnya kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia khususnya SMK.
2
Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo, dalam pembukaan Lomba Keterampilan Siswa SMK Tingkat Nasional XVI di Makassar (24/6/2008) menyatakan: ”Kebijakan pendidikan menengah diarahkan pada meningkatnya proporsi SMK dibanding SMA”. Depdiknas mengharapkan perbandingan SMK dan SMA pada 2010 menjadi 50:50 dan pada 2015 rasio perbandingan SMK dengan SMA menjadi 70:30. Saat ini, rasio SMK dengan SMA masih 30:70. Seiring berjalanya waktu bemunculan sekolah-sekolah kejuruan baru dan beberapa SMA kurang dapat bersaing di rubah menjadi SMK, sengan harapan meningkatnya Sumber Daya Manusia(SDM) Indonesia. Melihat dari orientasinya, maka pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mengarahkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu (UUSPN 2, 1989). Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu (PP 29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3). Salah satu teori yang mendukung keberadaan pendidikan kejuruan yaitu dengan pendekatan satu dari tiga stream arah pendidikan, yaitu education for earning money for life (Charles Prosser), aliran social efficiency
ini
mengarahkan para siswa yang ingin mengembangkan karier untuk bekerja setelah lulus, mempersiapkan siswa untuk bekerja setelah lulus. Selain itu tiga teori yang mendukung pembelajaran dalam pendidikan kejuruan menurut pendapat Prosser and Allen (1925), yaitu : (1) Pendidikan Kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan jika tugas latihan dilakukan dengan cara, alat, dan mesin yang sama seperti yang diterapkan di tempat kerja. (2) Pendidikan Kejuruan akan efektif jika individu dilatih secara langsung dan spesifik. (3) Menumbuhkan kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa akan terjadi hanya jika pelatihan dan pembelajaran yang diberikan berupa pekerjaan nyata dan bukan sekedar latihan. Seharusnya lulusan SMK memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Akan tetapi, hanya 60 % dari lulusan SMK yang dapat terserap lapangan kerja (hf, 2006 : 1), lebih dilematis lagi ketika 60 % dari lulusan SMK tersebut tidak semuanya bekerja sesuai dengan jurusan yang
3
ditekuni semasa SMK. Melihat dari fenomena ini, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, diantaranya adalah belum sesuainya kompetensi yang diajarkan di SMK dengan apa yang dibutuhkan di dunia kerja atau belum adanya link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan dunia kerja. Belum adanya kesesuaian kompetensi dikarenakan kurikulum yang ada tidak akomodatif terhadap wacana perubahan global dan tuntutan dunia kerja. Belum adanya kesesuaian antara kompetensi yang diharapkan dunia usaha dan dunia kerja terhadap lulusan Sekolah Kejuruan dengan kondisi kebutuhan tenaga kerja dari beberapa perusahaan maupun industri merupakan suatu permasalahan tersendiri bagi SMK di kota Surakarta dan sekitarnya. Pada penelitian ini fokus masalah yang ingin dipelajari adalah pemetaan kompetensi – kompetensi di dunia kerja. Hasil dari pemetaaan kompetensi tersebut selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan pengkajian, perbaikan dan penyusunan kembali kompetensi-kompetensi pada kurikulum SMK bidang teknologi, sehingga didapatkan kurikulum SMK yang sinkron dan relevan dengan kebutuhan industri dan dunia kerja. Berangkat dari permasalahan pembelajaran (kompetensi) dalam pendidikan kejuruan dan besarnya pengangguran lulusan SMK, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Studi pemetaan kompetensi-kompetensi profesi mekanik otomotif roda 4 di bengkel otomotif di Surakarta”.
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1. Ketidak sesuaian antara bidang pekerjaan dengan bidang keahlian yang ditekuni siswa SMK di Surakarta. 2. Belum adanya kesesuaian antara kompetensi yang diharapkan dunia usaha dan dunia kerja terhadap lulusan SMK di Surakarta.
4
3. Rendahnya keterserapan lulusan SMK di Surakatarta di dunia kerja. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini memiliki arah dan terfokus maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut : 1. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah bengkel-bengkel otomotif roda 4 di Surakarta. 2. Materi dalam
penelitian ini adalah
kompetensi-kompetensi yang
dibutuhkan di bengkel otomotif roda 4 di Surakarta. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana relevansi antara kompetensi yang diharapkan dunia usaha dan dunia kerja (bengkel otomotif roda 4) terhadap lulusan Sekolah Kejuruan di Surakarta? 2. Apa sajakah kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan di bengkel otomotif roda 4 di Surakarta ? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui relevansi antara kompetensi yang diharapkan dunia usaha dan dunia kerja (bengkel otomotif roda 4) terhadap lulusan Sekolah Kejuruan di Surakarta. 2. Mengetahui kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan di bengkel otomotif roda 4 di Surakarta. F. Manfaat Penelitian
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat secara teoritis a. Memberikan masukan bagi guru khususnya guru otomotif bahwa pembelajaran sesuai kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja dapat digunakan sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan keterserapan lulusan di dunia kerja. b. Memberikan masukan kepada siswa SMK jurusan Teknik Kendaraan Ringan tentang kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja. 2.
Manfaat secara praktis a. Dengan
dilaksanakannya
penelitian
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan keterserapan siswa SMK Teknik Kendaraan Ringan di dunia kerja. b. Meningkatnya kompetensi-kompetensi siswa SMK Teknik Kendaraan Ringan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.