BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Di berbagai industri masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas Manual Material Handling (MMH) yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan pada karyawan. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas MMH yang tidak benar salah satunya adalah keluhan muskuloskeletal. Hasil studi Kementerian Kesehatan dalam profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005, menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja sehubungan dengan pekerjaannya. Pada profil kesehatan di Indonesia tahun 2008, jumlah penderita muskuloskeletal di rumah sakit di Indonesia sebesar 175.132 kunjungan (29,8 %). Gangguan kesehatan yang dialami pekerja, menurut penelitian yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten atau kota di Indonesia, umumnya berupa penyakit musculoskeletal disorders (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (3%) dan gangguan THT (1,5%) ( Sumiyati, 2007). Data mengenai insiden low back pain telah mencapai rata-rata 18% dari seluruh kecelakaan selama tahun 1982-1985 menurut data statistik tentang kompensasi para pekerja dibagian New South Wales, Australia. Data kecelakaan ini 93% diantaranya diakibatkan oleh strain (rasa nyeri yang berlebihan) sedangkan 5% lainnya karena hernia. Dari data strain 61% diantaranya berada pada bagian punggung (Nurmianto, 1996). 1
2
Hasil yang dipublikasikan oleh National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk keluhan otot skeletal sudah mencapai 13 milyar US dollar setiap tahun. Sementara itu National Safety Council melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling tinggi adalah nyeri punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus (Tarwaka,2004).Di Amerika Serikat, nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) berada pada peringkat ke-5 dalam daftar penyebab seorang pasien berkunjung ke dokter yaitu 12 juta kunjungan per tahun. Namun, untuk angka pasti kejadian low back pain di Indonesia belum diketahui, namun diperkirakan angkanya berkisar antara 7,6% hingga 37% (Prodia, 2010).Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya keluhan muskuloskeletal adalah faktor beban kerja fisik, individu (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kebiasaan merokok, Body Mass Index (BMI), tinggi badan, kebiasaan olah raga, masa kerja), faktor pekerjaan, lingkungan fisik serta faktor psikososial (Bonger et al, 1993, Soleman, 2012, Tarwaka et al., 2004; Harianto, 2010; Wahlstedt, et al., 2010). Laporan Pokja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grhasia Pemda DIY pada tahun 2012 ditemukan hampir seluruh pekerja di Instalasi Gizi mengalami keluhan muskuloskeletal. Dari laporan dan pemeriksaan medis di Poli Spesialis Saraf, sebanyak 15dari 16 pekerja (93,75 %) mengalami keluhan muskuloskeletal berupa low back pain (RSJ Grhasia, 2012). Hal serupa ditemukan pada survei awal di Instalasi Pemeliharaan Linen pada tanggal 11 Agustus 2014 yakni sebanyak 5 pekerja dari 7 pekerja (71,4 %) mengalami nyeri di tangan, pinggang dan kaki setelah bekerja.Instalasi Gizi dan Pemeliharaan
3
Linen sebagian pekerjaannya dilakukan secara MMH, sehingga beresiko terjadinya keluhan muskuloskeletal pada pekerjanya. Di Instalasi Gizi pekerjaan MMH antara lain, membungkuk saat memasak karena letak kompor yang rendah, mengangkat wajan besar berisi masakan secara manual, mengangkat dan membawa makanan ke instalasi rawat inap secara manual karena belum semua ruang rawat inap tersambung koridor. Di Instalasi Pemeliharaan Linen pekerjaan yang masih dilakukan secara MMH contohnya mengangkat dan membawa keranjang baju pasien, menarik dan mendorong trolly dari Instalasi Pemeliharaan Linen ke ruang rawat inap. Instalasi Gizi adalah instalasi yang bertugas melaksanakan kegiatan penyediaan, pengolahan, dan penyaluran makanan, serta memberikan asuhan gizi sertamelakukan penyuluhan dan konsultasi gizi kepada pasien dan keluarganya. Instalasi Gizi setiap hari rata-rata menyediakan makanan bagi 168 pasien psikiatri di 8 ruang rawat inap.Pekerja di Instalasi Gizi terdiri dari ahli gizi dan juru masak serta pengantar makanan. Pekerjaan dimulai dari menyiapkan menu harian oleh ahli gizi. Bahan makanan yang sudah dipesan sehari sebelumnya melalui supplier atau pihak ketiga penyedia jasa bahan makanan datang setiap pagi. Kemudian dilakukan penerimaan bahan sekaligus memeriksa bahan pesanan dengan spesifikasinya, ahli gizi akan memberi penjelasan singkat sebelum memasak, setelah itu dilakukan persiapan baik alat masak atau makanan, peracikan dan proses memasak. Masakan yang sudah matang akan didistribusikan oleh petugas pengantar makanan ke seluruh ruang rawat inap dengan menggunakan trolly atau dengan di bawa secara manual.
4
Instalasi Pemeliharaan Linen adalah instalasi penunjang yang mempunyai tugas memelihara linen RS meliputi pencucian, pengeringan, perapihan, perbaikan, serta penyerahan kembali.Peralatan di Instalasi laundry terdiri dari 1 mesin cuci utama yang berkapasitas 32 kg dan 2 mesin cuci pendamping yang berkapasitas 7 kg. Mesin seterika otomatis dan mesin seterika manual. Tidak adaspesifikasi penugasan pada Instalasi ini. Semua pekerja mampu melakukan semua pekejaan. Pekerjaan dimulai ketika pengantar linen yang juga pengantar makanan dari Instalasi Gizi datang dari semua bangsal membawa linen kotor. Linen masuk ruang pemilahan, pemisahan linen berdasarkan tingkat kekotorannya dan infeksiusnya. Kemudian menyiapkan alat cuci dan bahannya. Setelah disiapkan semua tahap selanjutnya adalah mencuci, menjemur/mengeringkan pakaian, menyeterika, melipat/merapihkan dan menaruh pakaian pada rak pakaian serta menyerahkan kembali linen ke ruang rawat inap. Berdasarkan penjelasan diatas, berbagai macam faktor dapat menjadi penyebab seorang pekerja terkena keluhan muskuloskeletal, sehingga menarik untuk
diteliti
tentang
keluhan
muskuloskeletal
khususnya
di
dunia
perumahsakitan, apalagi kasus low back pain yang terjadi di RSJ Grhasia belum pernah diteliti, sehingga penyebab utama kasus ini juga belum teridentifikasi. Selain itu permasalahan ini cukup mengganggu pekerja dan berakibat produktivitas pekerja khususnya di kedua Instalasi tersebut. B. Rumusan Masalah Apakah faktor-faktor pekerjaan yang meliputi postur kerja, beban, frekuensi dan durasi serta beban kerja fisik berhubungan dengan timbulnya keluhan
5
muskuloskeletal dengan pekerja di Instalasi Gizi dan Pemeliharaan Linen RSJ Grhasia DIY? C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Untuk Mengetahui hubungan faktor-faktor pekerjaan yang meliputi postur kerja, beban, frekuensi dan durasi serta beban kerja fisik dengan timbulnya keluhan muskuloskeletal pada pekerja di Instalasi Gizi dan Pemeliharaan Linen RSJ Grhasia DIY.
2.
Tujuan khusus a. Untuk mengetahui faktor-faktor pekerjaan yang meliputi postur kerja, beban, frekuensi dan durasi yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja di Instalasi Gizi dan Pemeliharaan Linen RSJ Grhasia DIY. b. Untuk mengetahui beban kerja fisik yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja di Instalasi Gizi dan Pemeliharaan Linen RSJ Grhasia DIY c. Untuk mengetahui faktor-faktor pekerjaan yang meliputi postur kerja, beban, frekuensi dan durasi serta beban kerja fisik yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja di Instalasi Gizi dan Pemeliharaan Linen RSJ Grhasia DIY
6
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat penelitian untuk RSJ Grhasia a. Sebagai masukan bagi manajemen di RSJ Grhasia tentang penyebab terjadinya muskuloskeletal pada pekerja yang bekerja di Instalasi Gizi dan Pemeliharaan Linen b. Sebagai masukan dan landasan bagi unit Instalasi Gizi dan Pemeliharaan Linen dalam menyusun dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) mengenai prinsip ergonomidi rumah sakit. c. Sebagai pendukung pelaksanaan sistem mutu sertifikasi ISO 9001:2008 dan Akreditasi RS versi JCI mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit.
2.
Manfaat penelitian untuk pekerja Sebagai
tambahan
pengetahuan
dan
peningkatkan
kesadaran
dan
kewaspadaan mengenai pentingnya bekerja dengan postur kerja yang aman dan ergonomis di dalam menjalankan aktifitas kerjanya. 3.
Manfaat penelitian untuk Prodi Ilmu S-2 Kesehatan Masyarakat UGM Sebagai tambahan riset dan penelitian tentang K3 di bidang rumah sakit. E. Keaslian Penelitian
1.
Penelitian yang dilakukan oleh Soleman (2012) dengan judul Kualitas Fisik, Beban Kerja, dan Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja di balai asa Yogyakarta. Penelitian ini menjelaskan bahwa kualitas fisik dan beban kerja mempengaruhi keluhan muskuloskeletal pada pekerja di Balai Yasa Yogyakarta. Perbedaannya pada faktor pekerjaan yakni postur kerja, beban,
7
frekuensi dan durasi, lokasi penelitian dan faktor individu yangikut diteliti sedangkan persamaan penelitian ini terletak pada variabel beban kerja fisik dan keluhan muskuloskeletal. 2.
Penelitian oleh Tambun (2012) dengan judul Analisis Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada Pekerja Tenun Ulos di Kelurahan Martimbang dan Kelurahan Kebun Sayur Kota Pematang Siantar Tahun 2012. Penelitian ini mengungkapkan bahwa variabel postur, beban, frekuensi dan durasi mempengaruhi terjadinya keluhan muskuloskeletal. Perbedaannya penelitian ini pada variabel beban kerja fisik dan faktor-faktor individu yang ikut diteliti. Persamaannya terletak adalah variabel postur kerja, beban, frekuensi dan durasi.
3.
Penelitian oleh Osni (2012), yang berjudul Gambaran Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif terhadap Gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Penjahit Sektor Informal di Kawasan Home Industry RW 6, Kelurahan Cipadu, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang Pada Tahun 2012. Perbedaan penelitian ini adalah pada kualitas keluhan subyektif dan variabel beban kerja fisik yang diteliti. Persamaan penelitian ini adalah persamaan variabel postur kerja, beban, frekuensi dan durasi. Dari beberapa penelitian diatas penelitian mengenai penilaian ergonomi, beban kerja fisik dan keluhan muskuloskeletal yang terkait di Rumah Sakit belum pernah dilakukan.