1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan salah satu aktivitas yang didapatkan dari adanya pergerakan tubuh manusia. Aktivitas ini memenuhi semua kehidupan manusia. Menurut WHO (2010), aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap pergerakan anggota tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka dan kegiatan tersebut memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang teratur mempunyai banyak manfaat kesehatan dan merupakan salah satu bagian penting dari gaya hidup sehat. Aktivitas fisik yang rendah dan kesehatan sistem kardiorespirasi yang buruk mengarah pada meningkatnya risiko penyakit jantung koroner (PJK) (Galgali, 1998), bahkan aktivitas fisik yang rendah dapat meningkatkan angka mortalitas penyakit kardiovaskuler sampai 2 kali lipat. Survei terakhir di Amerika Serikat tentang aktivitas fisik di waktu senggang (rekreasi) menunjukkan bahwa 30% orang dewasa tidak aktif beraktivitas fisik, 45% kurang aktif dan hanya 25% aktif.
Menurut WHO (2013), lebih banyak lagi
ketidakaktifan secara fisik diperkirakan dapat menyebabkan kurang lebih 21–25% terjadinya kasus kanker payudara dan kanker kolon, 27% kasus diabetes dan sekitar 30% penyakit jantung iskemik. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), pada tahun 2013 ditemukan bahwa di 22 provinsi yang ada di Indonesia, terdapat penduduk yang memiliki prevalensi aktivitas fisik tergolong kurang aktif, dan data tersebut berada di atas rata-rata penduduk yang ada di seluruh Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan adanya 5 daerah tertinggi dengan penduduk yang memiliki aktivitas fisik yang kurang aktif, yaitu Provinsi DKI Jakarta (44,2%), Papua (38,9%), Papua Barat (37,8 %), Sulawesi Tenggara dan Aceh (37,2 %). The American College of Sports Medicine menyimpulkan bahwa banyak manfaat yang bisa didapatkan dari aktivitas fisik. Aktivitas fisik merangkum manfaat dari aktivitas fisik secara teratur dan olahraga. Aktivitas fisik yang dilakukan secara reguler dapat dihubungkan dengan peningkatan penyerapan oksigen yang maksimal. Penurunan denyut jantung dan tekanan darah secara teratur dikaitkan dengan peningkatan penyerapan oksigen yang maksimal, penurunan persentase lemak tubuh, penurunan denyut jantung, tekanan darah dan meningkatkan perasaan akan kesehatan (ACSM, 2000). Landers (1998) menambahkan bahwa aktivitas fisik secara teratur akan meningkatkan kualitas tidur dan kemampuan untuk mengatasi stres. Santrock (2004) menyatakan bahwa 66% orang dewasa di Amerika Serikat dapat diklasifikasikan
2
memiliki aktivitas fisik yang menetap. Rendahnya aktivitas fisik secara teratur dapat menimbulkan masalah, karena orang dengan aktivitas rendah lebih mungkin menderita masalah terkait dengan obesitas, insiden kardiovaskuler dan beberapa jenis kanker. Dari data CDC, National Center for Health Statistics (2005) menyatakan bahwa hanya 26% orang dewasa terlibat dalam aktivitas fisik sedang hingga kuat 3 kali atau lebih per minggu. Dalam penelitian lain juga disebutkan bahwa 50% orang dewasa di Amerika Serikat tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup. Departemen Pendidikan Amerika Serikat juga menyatakan bahwa aktivitas fisik telah berkontribusi terhadap epidemi obesitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebanyak 25% orang dewasa tidak aktif sama sekali pada waktu luang mereka. Kegiatan menurun sesuai dengan usia dan kurang umum pada wanita dibandingkan dengan pria. Mereka yang memiliki pendapatan rendah dan pendidikan kurang cenderung untuk terlibat dalam aktivitas fisik secara teratur (Centers for Disease Control, 2005). Temuan lain adalah bahwa partisipasi setiap hari di kelas pendidikan jasmani sekolah menengah turun dari 42% pada tahun 1991 menjadi 32% pada tahun 2001 (Centers for Disease Control, 2005). Kilpatrick et al. (2005) dalam penelitiannya menunjukkan adanya penurunan tingkatan aktivitas fisik mulai dari pendidikan sekolah menengah sampai keperguruan tinggi, dengan pola aktivitits fisik yang ditunjukkan oleh mahasiswa perguruan tinggi secara umum mengalami kegagalan dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Secara spesifik, menurut Dauglas (1995), hanya 38% mahasiswa yang berpartisipasi dalam aktivitas fisik sedang secara reguler dan hanya 20% mahasiswa berpartisipasi dalam aktivitas fisik berat. Secara kontras, menurut Grunbaum (2001), dapat dilihat bahwa 65% dari mahasiswa melakukan aktivitas fisik sedang dan 26% mahasiswa melakukan aktivitas fisik berat. Hal ini juga memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali (2013), pada mahasiswa di Universitas Ziauddin Karachi, yaitu mahasiswa jurusan kesehatan yang ada diperguruan tinggi tersebut memiliki aktivitas fisik yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian dengan menggunakan instrumen International Physical Activity Questionairre (IPAQ) hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas fisik pada mahasiswa fisioterapi adalah sebesar 33%, mahasiswa kedokteran
18%, mahasiswa farmasi 12%, mahasiswa
kedokteran gigi 28%, dan mahasiswa keperawatan 28%. Penelitian Mc Dowell (1997) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi praktik keperawatan dalam mempromosikan aktivitas fisik, menunjukkan bahwa ketika perawat berperan sebagai role model dalam aktivitas fisik, maka pasien yang diberi promosi terkait dengan kegiatan aktivitas fisik
3
akan melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh perawat. Dengan kata lain, dalam penelitian tersebut kegiatan promosi dan perilaku aktivitas fisik yang dilakukan oleh perawat memiliki peranan yang sangat signifikan terhadap perubahan perilaku pasien dan praktik promosi kesehatan. Dalam melakukan aktivitas fisik, seorang individu memerlukan motivasi yang sangat kuat. Motivasi merupakan salah satu domain utama untuk inisiasi dan kelanjutan individu dalam tingkatan dan frekuensi aktivitas fisik (Smith & Biddle, 2008). U.S. Department of Health and Human Services (1996) menekankan bahwa motivasi merupakan bagian yang sangat penting dalam membantu individu untuk mengubah niat dan perilaku dalam melakukan aktivitas fisik.
Menurut Standage (2003), motivasi
merupakan variabel yang sangat penting yang akan mempengaruhi seorang individu dalam melakukan aktivitas fisik. Variabel tersebut terbentuk sebagai sebuah jenis motivasi adaptif yang dihubungkan dengan keinginan seseorang dalam melakukan sebuah latihan fisik. Marsh, et al .(1994) mengungkapan ada 4 faktor utama yang akan menentukan motivasi dalam melakukan aktivitas fisik, yang ditujukkan untuk mempengaruhi tingkatan aktivitas fisik dan membangun konsep psikologi dalam melakukan sebuah latihan atau aktivitas fisik. Sebagai contoh, faktor-faktor tersebut dapat berhubungan dengan arah dan konsep diri secara fisikal, membangun konsistensi hubungan antara kenyamanan ketika melakukan latihan dan keberlanjutan dalam peningkatan aktivitas fisik. Smith & Biddle (2008) mengungkapkan bahwa ranah dalam memunculkan motivasi seorang individu untuk melakukan aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai sebuah kunci dalam memulai dan melanjutkan frekuensi dan tingkatan dalam melakukan aktivitas fisik individu tersebut. Menurut Handoko (1998), motivasi terbagi dalam 2 jenis, yaitu; motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik berasal dari dalam diri individu, yang biasanya muncul dari perilaku yang lain disesuaikan dapat memenuhi kebutuhan individu, sehingga dapat menjadi puas. Motivasi ini terdiri atas: fisik, proses mental, kematangan usia keinginan dari dalam diri sendiri, pengelolaan diri dan tingkat pengetahuan. Motivasi ekstrinsik berasal dari luar individu yang dapat merupakan pengaruh dari orang lain dan lingkungan. Motivasi ini terdiri atas: lingkungan, agama dan kepercayaan, penguatan dan kekuatan. Motivasi dalam melakukan aktivitas fisik dapat terlihat di seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali di dunia jika pertugas maupun masyarakat kesehatan, dalam hal ini termasuk mahasiswa kesehatan mampu menjadi contoh yang baik. Mahasiswa
4
kesehatan serta petugas kesehatan merupakan role model yang dapat memberikan contoh kepada pasien maupun masyarakat dalam kegiatan aktivitas fisik. Kondisi seperti ini dapat ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lobelo (2009) tentang pengaruh perilaku aktivitas fisik yang dilakukan oleh dokter dan mahasiswa kedokteran terhadap kegiatan konseling yang diberikan pada pasien terkait dengan aktivitas fisik pasien, yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap perubahan perilaku aktivitas fisik pasien yang ditangani oleh dokter dan mahasiswa kedokteran tersebut, dengan 34% pasien melaporkan aktif melakukan aktivitas fisik setelah melakukan kunjungan ke praktik dokter yang bersangkutan. Perguruan tinggi kesehatan merupakan indikator yang tepat untuk melihat aktif tidaknya mahasiswa dalam melakukan aktivitas fisik. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Samarinda adalah salah satu dari beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah di Indonesia, dan untuk Provinsi Kalimantan Timur merupakan satusatunya perguruan tinggi kesehatan Muhammadiyah. STIKES Muhammadiyah memiliki 4 program studi, yaitu; Program Studi Strata 1 Keperawatan, Program Studi Strata 1 Kesehatan Masyarakat, Program Studi Diploma III Keperawatan, dan Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan. Dari 4 program studi tersebut, terdapat kurang lebih sekitar 1305 orang mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa STIKES Muhammadiyah, dikarenakan mahasiswa STIKES Muhammadiyah adalah mahasiswa kesehatan. Mahasiswa kesehatan cenderung memiliki pengetahuan yang tinggi tentang aktivitas fisik dan manfaatnya. Hal ini juga dapat dilihat dari tingginya minat mahasiswa untuk mengikuti segala bentuk olahraga dan aktivitas fisik setiap harinya. Dari hasil observasi dan wawancara kepada 4 orang mahasiswa yang aktif dalam aktivitas fisik, terungkapan bahwa mereka mengikuti kegiatan olahraga yang meliputi; futsal, pencak silat, dan badminton, sedangkan dari hasil observasi terhadap bentuk aktivitas fisik yang dilakukan ternyata ada 4 sampai 6 orang mahasiswa yang memiliki aktivitas fisik lebih dari 1 dalam setiap harinya. Dari wawancara pada 3 orang mahasiswa didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi mereka dalam melakukan aktivitas fisik, di antaranya untuk menjaga kesehatan, mengisi waktu luang dan sebagainya. Berdasarkan data yang telah didapatkan di atas, peneliti tertarik untuk mencoba meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam melakukan aktivitas fisik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Samarinda.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, rumusan permasalahan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: “Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi motivasi dalam melakukan aktivitas fisik pada mahasiswa kesehatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Samarinda tahun 2015 ?”
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dalam melakukan aktivitas fisik pada mahasiswa kesehatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Samarinda tahun 2014.
2.
Tujuan khusus a. Mengetahui
gambaran
tentang
faktor
internal
dan
eksternal
yang
mempengaruhi aktivitas fisik pada mahasiswa di STIKES Muhammadiyah Samarinda. b. Mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik dengan aktivitas pada mahasiswa di STIKES Muhammadiyah Samarinda. c. Mengetahui kuatnya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi yang mempengaruhi aktivitas fisik pada mahasiswa di STIKES Muhammadiyah Samarinda.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk institusi Penelitian ini diharapkan nantinya dapat menjadi masukan dalam pengembangan serta penyusunan program kerja di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Samarinda.
2. Untuk peneliti Manfaat
untuk
peneliti
adalah
sebagai
wacana
pembelajaran
untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam mengimplementasikan keilmuan yang telah didapat.
6
3. Untuk penelitian selanjutnya Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan penelitian dari aspek-aspek lainnya yang belum diteliti dalam penelitian ini dalam hal pengembangan dan peningkatan kegiatan promosi kesehatan.
E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi untuk melakukan pemilihan jenis aktivitas fisik pada mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Samarinda, sepengetahuan penulis, hingga saat ini belum pernah dilakukan. Penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini antara lain adalah: 1. Penelitian Kilpatrick (2005), tentang motivasi mahasiswa melakukan aktivitas fisik. Penelitian tersebut melihat perbedaan motivasi antara mahasiswa laki-laki dan perempuan untuk berpartisipasi dalam olah raga dan latihan di University of South Eastren United States. Jenis penelitian tersebut adalah penelitian komparatif yang membandingkan motivasi antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan dalam melakukan aktivitas fisik. Adapun perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada variabel yang akan diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden penelitian lebih memiliki motivasi intrinsik, seperti kesenangan dan tantangan, untuk bertahan dalam berolahraga, dibandingkan dengan motivasi ektrinsik yang lebih berfokus pada penampilan, manajemen berat badan, dan manajemen stres. Hasil akhir penelitian menyatakan bahwa motivasi untuk berolahraga sangat mendominasi keseluruhan motivasi daripada hanya untuk latihan fisik saja, dan hal ini akan memfasilitasi meningkatnya motivasi dalam melakukan aktivitas fisik. 2. Penelitian Salehnia (2012), tentang perbedaan sikap antara mahasiswa yang aktif dan non aktif dalam melakukan aktivitas fisik dan olah raga di Islamic Azad University di Roudehen. Penelitian tersebut dilakukan kepada kurang lebih 368 orang mahasiswa yang kemudian dibagi ke dalam 4 kelompok. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk membandingkan antara sikap aktif dan tidak aktif mahasiswa terhadap olah raga dan aktivitas fisik. Peneliti membuat kuesioner penelitian yang mengukur 6 komponen sikap terkait dengan olahraga termasuk pengalaman sosial, kesehatan, dan kebugaran. Penelitian tersebut menggunakan uji Kruskal Wallis yang menunjukkan hasil tidak adanya perbedaaan yang signifikan antara 6 komponen sikap terkait.
7
Faktor seperti status perkawinan, dana untuk berolahraga, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga tidak memiliki perbedaan yang signifikan kecuali alasan untuk menurunkan keluhan fisik berupa vertigo. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah pada variabel yang diteliti, yaitu sikap mahasiswa, jenis uji statistik yang digunakan adalah uji Kruskal Wallis sedangkan uji statistik yang digunakan oleh peneliti adalah uji chi square. 3. Penelitian Cindy, et al. (2006) tentang motivasi dan hambatan dalam berpartisipasi untuk melakukan aktivitas fisik pada wanita Cina usia pertengahan di Hongkong. Penelitian tersebut melihat perbedaan motivasi untuk melakukan aktivitas fisik dan hambatan dalam berpartisipasi untuk melakukan aktivitas fisik pada wanita Cina usia pertengahan, dalam hal ini yang diteliti meliputi level aktivitas fisik dan jenis motivasi yang mempengaruhinya. Penelitian tersebut menggunakan disain cross sectional, dengan jumlah responden penelitian sebanyak 360 orang wanita Cina usia pertengahan. Responden diminta untuk mengisi kuesioner tentang level aktivitas fisik, alasan dan hambatan yang mempengaruhi responden untuk melakukan aktivitas fisik. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa 80%
responden
diklasifikasikan pada tahapan interkontemplasi, kontemplasi, atau tahapan persiapan dalam melakukan aktivitas fisik. Hal ini mengindikasikan secara umum bahwa responden tidak secara fisik aktif untuk mendapatkan manfaat dari kesehatan. Kebugaran kesehatan, ketertarikan akan kenyamanan dan penampilan didapatkan sebagai motif yang sangat penting yang menentukan pilihan responden untuk melakukan aktivitas fisik. Motivasi dan hambatan bagi wanita untuk berpartisipasi dalam melakukan aktivitas fisik berkaitan dengan tingkatan aktivitas dan jenis motivasi yang diinginkan oleh wanita tersebut. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada responden yang diteliti, yaitu penelitian tersebut hanya meneliti wanita usia pertengahan, variabel yang diteliti hanya motivasi dan hambatan yang terkait dengan aktivitas fisik. 4. Penelitian Ortis (2007) tentang intervensi perilaku terhadap motivasi mahasiswa dalam melakukan aktivitas fisik mahasiswa. Tujuan dari penelitian adalah untuk melihat tingkatan aktivitas, motivasi untuk melakukan latihan, dan hambatan yang menghambat proses perubahan pada resonden penelitian sebanyak 74 orang responden penelitian yang dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu 43 orang kelompok kontrol dan 32 kelompok perlakukan. Hasil yang ditunjukkan dalam penelitian tersebut adalah motivasi ekstrinsik sangat mendominasi pada tahap awal dalam
8
perubahan perilaku mahasiswa dalam melakukan aktivitas fisik, dan motivasi intrinsik sangat berperan penting dalam perubahan pemeliharan diri responden. Subjek yang sebelum dilakukan penelitian mengalami penurunan dalam melakukan aktivitas fisik, mengalami perubahan dalam peningkatan motivasi untuk melakukan aktivitas fisik, terutama yang berkaitan dengan motivasi intrinsik. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada disain penelitian. Disain yang digunakan adalah quasi experiment, sedangkan penelitian peneliti yang dilakukan oleh peneliti memiliki disain deskriptif analitik korelasional.