BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Secara geografis letak Kabupaten Bantul berada 110º12'34ʺ sampai 110º31ʹ08ʺ Bujur Timur dan antara 7º44ʹ04ʺ sampai 8º00ʺ27ʹ Lintang Selatan. Sedangkan luas Kabupaten Bantul 506,85 km² dengan jumlah penduduk 876.172 jiwa. Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima Kabupaten/Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bagian utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo dan bagian selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia. Kabupaten Bantul terdiri atas tujuh belas Kecamatan, yaitu: Kecamatan Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro, Pandak, Jetis, Bantul, Imogiri, Dlingo, Pleret, Piyungan, Banguntapan, Sewon, Kasihan, Pajangan, dan Sedayu. Bambanglipuro merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Bantul. Luas Kecamatan Bambanglipuro 22,70 km² yang terdiri atas tiga desa, yaitu: Sidomulyo, Mulyodadi, dan Sumbermulyo. Penduduk Kecamatan Bambanglipuro berjumlah 44.368 jiwa. Aspek sosial di Kecamatan Bambanglipuro meliputi empat aspek, yaitu: kesehatan, agama, lalu lintas, dan pendidikan. Aspek kesehatan di Kecamatan Bambanglipuro ditunjukkan dengan adanya fasilitas kesehatan, seperti adanya puskesmas dan tenaga kesehatan,
1
aspek agama meliputi banyaknya tempat ibadah, sedangkan aspek lalu lintas meliputi adanya rambu-rambu yang dipasang di pinggir jalan dan tempattempat penyeberangan yang sudah mulai banyak. Aspek pendidikan seluruh sekolah negeri dan swasta di Kecamatan Bambanglipuro menurut BPS (2010: 86) memiliki sekolah dasar (SD) berjumlah 16 sekolah dengan 10 sekolah negeri dan 6 swasta, sekolah menengah pertama (SMP) berjumlah 6 sekolah dengan 2 sekolah negeri dan 4 sekolah swasta, dan sekolah menengah atas (SMA) berjumlah 2 sekolah dengan 1 sekolah negeri dan 1 sekolah swasta. Materi pelajaran diberikan oleh guru sedangkan siswa sebagai penerima pembelajaran, tidak terkecuali dengan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes). Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan yang berlangsung di sekolah, guru menyampaikan materi pembelajaran berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Materi-materi yang diberikan di lapangan berupa jenis olahraga permainan dan olahraga yang diperlombakan, materi olahraga yang bersifat individu
maupun beregu. Materi pembelajaran
penjasorkes diberikan di dalam maupun di luar ruangan. Materi pembelajaran yang dilakukan di dalam ruangan berupa senam, sedangkan aktivitas pembelajaran yang dilakukan di luar ruangan, diantaranya: sepak bola, bola voli, bola basket, dan lari. Semua aktivitas olahraga mempunyai potensi terjadinya kecelakaan bagi pelakunya, besar kecilnya risiko yang ditimbulkan oleh kecelakaan tersebut bergantung pada jenis olahraga yang dilakukan dan pihak-pihak yang terkait dalam olahraga
2
tersebut (Healy dalam Yustinus Sukarmin, 2007: 91). Data yang diperoleh dari buku yang ditulis oleh Hardianto Wibowo (1994: 12) menjelaskan persentase yang memungkinkan terjadinya cedera pada olahraga
body
contact 45 %, yang terdiri dari olahraga rugby 20 %, sepak bola 23 %, dan yudo 2 %, olahraga nonbody contact 55 %, yang terdiri atas permainan dengan raket 16 %, meliputi olahraga tenis 9 % dan olahraga yang menggunakan raket lainya seperti badminton dan tenis meja 7 %. Olahraga nonbody contact seperti senam 3,5 %, atletik 11 %, mendayung dan angkat berat 11 %, vehicular 4,5 %, dan 9 % olahraga lain-lain. Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, yaitu: (1) faktor manusia, dan (2) faktor lingkungan (Yustinus Sukarmin, 2007: 93). Ditinjau dari faktor lingkungan, sekolah-sekolah di Kecamatan Bambanglipuro, sebagian besar sudah memiliki sarana dan prasarana untuk berolahraga, tetapi belum memenuhi standar keselamatan. Ditinjau dari faktor manusia, pemanasan sebelum melakukan aktivitas olahraga masih kurang. Dari uraian yang telah disampaikan, guru penjasorkes termasuk salah satu faktor yang dapat menyebabkan cedera. Kecelakaan yang menimpa siswa di sekolah tidak terlepas dari tanggung jawab sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah dan guru, terutama guru penjasorkes. Beberapa faktor yang menyebabkan cedera saat pembelajaran dijelaskan oleh Muchtamadji (2004: 63-64) terdiri atas: (1) faktor lingkungan belajar, (2) faktor fasilitas, (3) faktor peralatan, (4) faktor
3
manajemen pembelajaran, (5) faktor teknik bantuan, dan (6) faktor perencanaan tugas ajar. Dari uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa fakor-faktor penyebab cedera pada saat pembelajaran penting untuk diperhatikan oleh seorang guru penjasorkes. Untuk itu perlu diadakan penelitian tentang tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalahmasalah sebagai berikut: 1. Belum diketahui tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera olahraga pada saat pembelajaran. 2. Belum dipenuhinya standar keselamatan sarana dan prasarana penjasorkes di Kecamatan Bambanglipuro. 3. Belum diketahui dampak cedera yang dialami siswa dalam proses pembelajaran penjasorkes. C. Batasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak menjadi luas, perlu ada batasan-batasan sehingga ruang lingkup penelitian menjadi jelas. Berdasarkan identifikasi masalah dan mengingat terbatasnya kemampuan, tenaga, biaya, dan waktu penelitian dalam penelitian ini, peneliti hanya akan memfokuskan pada tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan
4
Bambanglipuro
terhadap
faktor-faktor
penyebab
cedera
pada
saat
pembelajaran. D. Rumusan Masalah Untuk memberikan arah yang jelas dalam penelitian, dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah
negeri
se-Kecamatan
Bambanglipuro
terhadap
faktor-faktor
penyebab cedera pada saat pembelajaran?” E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab cedera pada saat pembelajaran. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru dan siswa untuk: 1. Memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab cedera pada saat pembelajaran. 2. Memberikan gambaran dan pengetahuan kepada guru penjasorkes mengenai pentingnya memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab cedera pada saat pembelajaran. 3. Memberikan masukan bagi para guru penjasorkes agar dalam pelaksanaan pembelajaran penjasorkes dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dalam pembelajaran penjasorkes.
5
4. Sebagai masukan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang pencegahan cedera olahraga. 5. Sebagai bahan pertimbangan pembuat kebijakan dalam pendidikan olahraga untuk memberikan pengetahuan tentang cedera ke dalam kurikulum pendidikan. 6. Sebagai pembelajaran dan pengetahuan siswa tentang faktor-faktor penyebab terjadinya cedera untuk nantinya bisa melakukan tindakan pencegahan.
6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Pemahaman Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk menyerap arti atau bahan yang akan dipelajari. Pemahaman tidak akan terwujud apabila sebelumnya tidak ada pengetahuan yang membentuknya. Pengetahuan tidak akan bermakna pada penerapannya jika tidak didukung pemahaman mengenai pengetahuan itu. Pemahaman itu memiliki makna yang sangat penting dalam melaksanakan sebuah pekerjaan. Suharsimi Arikunto (1996: 118-137) mengatakan pemahaman merupakan bagaimana seseorang mempertahankan, menduga, membedakan, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, mengeneralisasikan, memberikan contoh, menulis kembali, dan memperkirakan. Pemahaman bertujuan untuk mengetahui apa yang dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan atau gagasan tanpa perlu menghubungkan dengan materi lain. Sudiman (1996: 109) berpendapat pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Hal ini dapat ditunjukkan dalam bentuk menerjemahkan sesuatu, misalnya angka menjadi kata atau sebaliknya, menafsirkan sesuatu dengan cara menjelaskan atau membuat intisari, dan memperkirakan kecenderungan pada masa yang akan datang. Pemahaman mengacu kepada
7
kemampuan seseorang untuk menyerap arti atau bahan yang dipelajari (Sudiman, 1996: 42-109). Pemahaman atau komprehensif memiliki arti yang sangat penting dan mendasar bagi seseorang karena dengan pemahaman yang dimiliki seseorang akan mampu meletakkan suatu bagian pada proporsinya masing-masing. Berdasarkan pada taksonomi Bloom dinyatakan bahwa pengetahuan termasuk dalam ranah kognitif, dimana proses adalah suatu proses yang dimulai dari penerimaan rangsang oleh indra, kemudian terjadi suatu pengorganisasian tentang konsep dan pengetahuan tersebut hingga menjadi suatu pola yang logis dan mudah dimengerti. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 811) pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami, atau memahamkan. Jadi, pemahaman merupakan suatu proses pengertian seseorang terhadap suatu hal. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian pemahaman guru penjasorkes terhadap faktorfaktor penyebab cedera pada saat pembelajaran dalam penelitian ini adalah kemampuan guru penjasorkes untuk menerima, memahami, menerjemahkan dan menerapkan suatu teori atau konsep tentang faktor-faktor penyebab cedera pada saat pembelajaran penjasorkes. 2. Hakikat Guru Penjasorkes Guru adalah orang yang menyampaikan ilmu yang didapat melalui pembelajaran. Setiap guru haruslah memiliki keterampilan atau ketangkasan teknis, kepribadian, kejujuran, dan kesehatan yang baik. Dalam mengajar seorang guru harus dapat membentuk pribadi anak didiknya. Seorang guru
8
dapat mengajar dengan baik apabila guru mampu membimbing anak-anak dalam diri pribadi anak itu sendiri. Guru sebagai figur di sekolah harus memiliki kemampuan atau kompetensi mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Guru yang kompeten atau lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu menglola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat yang optimal (Depdiknas, 2000: 11). Menjadi guru penjasorkes yang profesional dituntut dapat berperan sesuai dengan bidangnya. Profesi guru penjasorkes menghendaki tenaga yang mampu melaksanakan program penjasorkes yang baik, karena hal tersebut akan sangat menentukan dalam pencapaian tujuan pembelajaran sesuai yang tercantum dalam kurikulum. Kemajuan belajar siswa akan berlangsung cepat dan berhasil dalam mencapai tujuan apabila tugas-tugas ajar disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Di dalam proses kegiatan belajar, guru mempunyai peranan yang sangat penting, di tangan gurulah akan ditentukan arti kegiatan pembelajaran. Guru yang merencanakan kegiatan pembelajaran, sebagai pelaksana, dan sekaligus mengevaluasinya. Hal-hal yang perlu dipahami oleh seorang guru penjasorkes adalah bahwa proses pembelajaran itu tidak akan dapat dimulai selama belum terbentuk bekal perilaku (Rusli Lutan, 2000: 13-14). Pembelajaran penjasorkes yang sukses yaitu memberikan pengalaman yang berhasil kepada siswa. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan
9
jasmani harus sesuai dengan asas praktik pengajaran yang berorientasi pada perkembangan dan pertumbuhan siswa. perkembangan dan pertumbuhan siswa dapat dilakukan melalui suatu perencanaan pengajaran, maka perlu disusun perencanaan pengajaran. Selain jenis tugas gerak juga perlu dirancang rangkaian tata urut tugas ajar yang menggiring ke arah pencapaian tujuan yang lebih meningkat (Rusli Lutan, 2000: 15). Seorang guru penjasorkes juga sering melakukan bermacam-macam kesalahan pada saat mengajarkan pelajaran penjasorkes. Kesalahankeselahan yang banyak terjadi dalam mengajar, antara lain berupa: a. Terlalu banyak bercerita. b. Salah perencanaan atau kurang persiapan. c. Berbicara terlalu keras. d. Membiarkan anak-anak yang tidak menurut guru. e. Pakaian seorang guru harus sesuai. Pakaian guru pada waktu mengajar di lapangan harus berbeda dengan waktu mengajar di kelas. f. Pemakaian peluit yang mengganggu pada saat pembelajaran. Sukintaka (2001: 42) mengemukakan persyaratan guru penjasorkes menuntut dimilikinya kompetensi penjasorkes agar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, yaitu: a. Memahami pengetahuan penjasorkes sebagai bidang studi. b. Memahami karakteristik anak didiknya.
10
c. Mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan pada anak untuk selalu aktif dan kreatif dalam pembelajaran penjasorkes, serta mampu menumbuh kembangkan potensi kemampuan motorik anak. d. Mampu memberikan bimbingan pada anak dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan penjasorkes. e. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, menilai, serta mengoreksi dalam proses pembelajaran penjasorkes. f. Memiliki pemahaman dan penguasaan keterampilan gerak. g. Memiliki pemahaman tentang unsur-unsur kondisi jasmani. h. Memiliki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan, dan memanfaatkan lingkungan yang sehat dalam upaya mencapai tujuan penjasorkes. i. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dalam berolahraga. j. Memiliki kemampuan untuk menyalurkan hobinya dalam berolahraga. Dari uraian di atas tampak jelas bahwa seorang guru penjasorkes mempunyai arti penting dalam meningkatkan kemampuan olahraga dalam pendewasaan siswa. Proses peningkatan kemampuan itu dilaksanakan melalui proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran penjasorkes terdapat aktivitas-aktivitas yang dapat menyebabkan risiko terjadinya cedera, hal itu disebabkan oleh: ketersediaan sarana prasarana, perbedaan karakteristik siswa, dan perbedaan keyakinan guru. Itu semua merupakan sesuatu yang ada dan tidak bisa disamakan (Moch Asmawi, 2006: 145).
11
Risiko yang ditimbulkan akibat dari aktivitas penjasorkes juga tidak bisa dihindari sepenuhnya. 3. Cedera Olahraga a. Definisi dan Pandangan Umum Cedera merupakan suatu akibat dari gaya-gaya yang bekerja pada tubuh yang melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya (Adun S, 2000: 6). Depdiknas (2000: 175) mendefinisikan cedera sebagai hasil dari tenaga berlebihan yang dilimpahkan oleh tubuh, sementara tubuh tidak mampu menahan atau menyesuaikan dirinya. Cedera
adalah
kelainan
yang terjadi
pada
tubuh
yang
mengakibatkan timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak berfungsi dengan baik pada otot, tendon, ligamen, persendian, ataupun tulang akibat aktivitas yang berlebih atau kecelakaan (Ali Satya Graha dan Bambang Priyonoadi, 2009: 45). Cedera olahraga merupakan rasa sakit yang timbul karena aktivitas olahraga. Hal ini dapat berupa cacat, luka, atau rusak pada otot atau sendi serta bagian tubuh lain (Andun S, 2000: 6). Bagian tubuh yang mengalami cedera akibat gaya yang bekerja melampaui kemampuan tubuh akan ada respons yang mencolok dari tubuh. Menurut Tim Klinik Terapi Fisik FIK UNY (2008: 1) apabila tubuh terkena cedera akan terjadi respons yang sama dengan peradangan. Peradangan ini terutama adalah reaksi vaskular yang hasilnya berupa pengiriman darah beserta zat terlarut dan selnya ke jaringan intertisial
12
dan membuang benda asing yang ada di daerah cedera, menghancurkan jaringan nekrosis, dan menciptakan keadaan kondusif untuk perbaikan dan pemulihan. b. Patofisiologi Cedera Diungkapkan oleh Ali Satya Graha dan Bambang Priyonoadi (2009: 46) bahwa cedera pada jaringan tubuh dapat mengakibatkan terjadinya peradangan. Tanda-tanda peradangan pada cedera jaringan tubuh, yaitu: 1) Kalor atau panas terjadi karena meningkatnya aliran darah ke daerah yang cedera. 2) Tumor atau bengkak disebabkan adanya penumpukan cairan pada daerah sekitar jaringan yang cedera. 3) Rubor atau merah karena adanya pendarahan. 4) Dolor atau rasa nyeri karena terjadi penekanan pada saraf akibat penekanan, baik otot maupun tulang. 5) Functiolaesa atau penurunan fungsi, disebabkan karena kerusakan cederanya sudah berat. Tim Klinik Terapi Fisik FIK UNY (2008: 1) menjelaskan tanda pokok peradangan sebagai berikut: 1) Rubor (kemerahan) diawali saat peradangan timbul, maka arteriola yang menyuplai daerah cedera akan melebar, sehingga lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler yang sebelumnya kosong akan meregang dan dengan cepat akan terisi
13
oleh darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia yang menyebabkan warna merah lokal pada peradangan akut. 2) Kalor (panas) terjadi bersamaan dengan kemerahan. Daerah peradangan menjadi lebih panas dari sekelilingnya karena darah yang disalurkan ke daerah cedera lebih banyak. 3) Dolor (rasa sakit) merupakan reaksi yang ditimbulkan oleh beberapa faktor, yaitu: a) Perubahan PH (tingkat keasaman) lokal akibat konsentrasi lokal ion-ion tertentu yang merangsang ujung saraf. b) Pengeluaran zat kimia seperti histamin dan substansi nyeri yang akan merangsang ujung saraf. c) Pembengkakan yang terjadi akibat radang akan menekan ujungujung saraf sehingga akan menimbulkan rasa nyeri. 4) Tumor (pembengkakan) ditimbulkan oleh adanya pengiriman cairan dan sel yang tertimbun dari daerah peradangan. 5) Functiolaesa (penurunan fungsi) merupakan konsekuensi dari pembengkakan, sirkulasi abnormal, dan lingkungan kimiawi abnormal. Giam dan Teh (1992: 138) menjelaskan tanda peradangan, yaitu: nyeri, bengkak, merah, panas, dan gangguan fungsi (ketidakmampuan menggunakan fungsi bagian yang cedera dengan baik). Pada keadaan cedera tahap akut dari suatu peradangan dapat terjadi perubahanperubahan diantaranya:
14
1) Terputusnya kelangsungan dari jaringan-jaringan, misalnya luka iris, strain, sprain, dan fraktur. 2) Perdarahan makrokospis dan mikroskopis. 3) Terjadi reaksi sehingga timbul cairan di sekitar tempat cedera, yang berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi dan cedera lebih lanjut. c. Klasifikasi Cedera Olahraga Cedera dapat terjadi pada saat seseorang berolahraga atau pada saat melakukan aktivitas yang berlangsung secara singkat. Macam-macam cedera yang terjadi tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Trauma akut adalah cedera berat yang terjadi secara mendadak, seperti goresan, robekan pada ligamen, atau pada patah tulang. 2) Syndrome yaitu akibat cedera yang berlarut-larut dan sering timbul kembali rasa sakit akibat cedera terdahulu (Ali Satya Graha dan Bambang Priyonoadi (2009: 45). Ali
Satya
Graha
dan
Bambang
Priyonoadi
(2009:
46)
menglasifikasikan cedera menurut berat dan ringannya cedera sewaktu melakukan aktivitas olahraga, yaitu: 1) Cedera ringan yaitu cedera yang terjadi tidak ada kerusakan yang berarti pada jaringan tubuh. 2) Cedera berat yaitu cedera serius pada jaringan tubuh dan memerlukan penanganan khusus dari medis. Pendapat yang sama diungkapkan oleh Paul M. Taylor dan Diane K. Taylor (2002: 5) bahwa terdapat dua jenis cedera yang sering dialami
15
atlet, yaitu: cedera trauma akut dan syndrome yang berlarut-berlarut. Trauma akut adalah suatu cedera berat yang terjadi secara mendadak sedangkan syndrome yang berlarut-larut adalah syndrome yang bermula dari adanya kekuatan abnormal dalam level rendah namun berlangsung berulang-ulang dalam waktu lama. Pendapat lain diungkapkan oleh Giam dan Teh (1992: 137-138) membagi cedera berdasarkan berat ringan cedera, berdasarkan waktu, dan penyebab cedera, yaitu: 1) Cedera ringan atau tingkat pertama ditandai dengan robekan yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop, dengan keluhan minimal, dan hanya sedikit saja atau tidak mengganggu penampilan atlet yang bersangkutan, seperti: lecet dan memar. 2) Cedera sedang atau tingkat kedua ditandai dengan kerusakan jaringan nyata, nyeri, bengkak, merah atau panas, dengan gangguan fungsi yang berpengaruh pada penampilan atlet. Misal: otot robek (strain), atau ligament robek (sprain). 3) Cedera berat atau tingkat ketiga ditandai dengan robekan lengkap atau hampir lengkap dari otot, ligamen, atau fraktur dari tulang, sehingga memerlukan istirahat total dan pengobatan secara intensif. 4) Cedera akut adalah cedera yang disebabkan oleh suatu peristiwa stres atau pengerahan tenaga yang berlebihan. 5) Cedera kronis adalah cedera yang disebabkan oleh penggunaan berlebih yang berulang-ulang dan keliru.
16
6) Cedera olahraga akut pada kronik adalah cedera kronik akibat terkena stres berlebihan mendadak yang baru. 7) Cedera ekstrinsik disebabkan oleh benturan fisik dengan orang lain atau benda. 8) Cedera intrinsik terjadi seluruhnya dari dalam tubuh sendiri, misalnya suatu robekan spontan dari otot atau ligamen pada waktu berlari karena stres berlebih. 4. Faktor-Faktor Penyebab Cedera pada saat Pembelajaran Faktor penyebab cedara olahraga dapat berasal dari luar (eksogen) atau dari dalam (endogen). Depdiknas (2000: 176) cedera yang diakibatkan dari luar (eksogen) sebagai contohnya: (a) tabrakan yang keras pada pemain sepak bola, pukulan pada olahraga tinju, dan karate, (b) terjadinya benturan dengan alat-alat yang dipakai, seperti: raket, dan bola, (c) pengaruh dari lingkungan, seperti: lapangan yang tidak rata atau becek, dan (d) cara latihan yang salah, seperti: tidak melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum berolahraga. Sementara faktor penyebab dari dalam (endogen), contohnya: (a) postur tubuh yang kurang baik seperti panjang tungkai yang tidak sama, dan scoliosis, (b) pengunaan gerakan yang salah, seperti: gerakan backhand yang salah saat memukul pada olahraga tenis atau bulutangkis, (c) kelemahan otot atau kemampuan otot antagonis seperti bicep dan tricep yang tidak seimbang, dan (d) keadaan fisik dan mental yang tidak fit.
17
Andun S (2000: 18-21) menjelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera olahraga berupa faktor manusia, peralatan, fasilitas, dan karakter olahraga akan dijelaskan sebagai berikut: a. Umur Faktor umur akan memengaruhi kekuatan otot dan kekenyalan jaringan. Elastisitas tendon dan ligamen akan menurun pada usia 30 tahun. b. Faktor pribadi Kematangan (maturitas) olahragawan akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dari pada yang berpengalaman. c. Pengalaman Olahragawan yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera daripada yang berpengalaman. d. Tingkat latihan Latihan yang berlebihan bisa mengakibatkan cedera karena overuse. e. Teknik Penggunaan teknik yang salah dapat menyebabkan cedera. f. Kemampuan awal Kecenderungan terjadi cedera yang tinggi apabila tidak dilakukan pemanasan sebelum aktivitas olahraga dilakukan. g. Recovery period Pemberian waktu istirahat yang cukup pada organ tubuh termasuk musculoskeletal setelah digunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih asal).
18
h. Kondisi tubuh ”fit” Orang yang dalam kondisi kurang sehat sebaiknya tidak dipaksakan untuk melakukan aktivitas olahraga, karena kondisi ini berpengaruh pada semua kondisi jaringan sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera. i. Keseimbangan nutrisi Kebutuhan kalori, cairan, vitamin, yang memadai diperlukan untuk kebutuhan tubuh saat berolahraga. j. Hal-hal yang umum Tidur yang cukup, hindari alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang. k. Peralatan dan fasilitas Peralatan yang kurang memadai atau tidak standar akan mempermudah terjadinya cedera. Fasilitas alat-alat olahraga seperti alat pelindung badan untuk jenis olahraga body contact, serta olahraga lain yang kurang baik dapat mengakibatkan cedera. l. Karakter olahraga Pengetahuan
tentang
karakter
olahraga
yang
dilakukan
dapat
meminimalkan terjadinya cedera. Cedera olahraga merupakan segala macam cedera yang timbul baik pada waktu berolahraga maupun setelah berolahraga (Hardianto Wibowo, 1995: 11). Cedera olahraga dapat terjadi pada saat berolahraga baik dilakukan di rumah maupun pada saat berolahraga di sekolah. Beberapa
19
faktor yang menyebabkan cedera pada saat pembelajaran dijelaskan oleh Muchtamadji (2004: 63-64) terdiri atas: a. Faktor Lingkungan Belajar Lingkungan belajar merupakan lingkungan tempat terlaksananya proses belajar mengajar antara guru dan siswa berlangsung. Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi tidak berjalan dengan baik saat pembelajaran, maka siswa akan cenderung meremehkan guru tersebut. Hal ini akan mengganggu komunikasi proses belajar mengajar dan dapat mengancam keselamatan siswa saat pembelajaran berlangsung. b. Faktor Fasilitas 1) Keselamatan dalam lahan yang dipergunakan Lahan yang digunakan untuk berolahraga berupa lapangan, biasanya lapangan yang dipergunakan milik instansi pemerintah maupun swasta, sehingga banyak yang menggunakan lapangan tanpa melakukan perawatan baik secara kebersihan maupun keselamatan sehingga guru penjasorkes harus memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan siswanya mengalami cedera. Menurut Giam dan Teh (1993: 142), hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu: menyingkirkan batu, pecahan kaca, dan bendabenda lain yang dapat menimbulkan risiko cedera siswanya. Selain itu, meratakan permukaan lapangan dan menutup lubang yang berada di lapangan sehingga tidak mengakibatkan siswa terjatuh saat berlari.
20
Guru penjasorkes juga harus menyediakan ruang lebih saat siswanya berlari. Olahraga juga memerlukan alat pelindung tubuh misalnya sepatu, topi, dan pakaian olahraga. Sepatu olahraga sangat penting dalam menjaga keselamatan, sehingga kaki terhindar dari bendabenda yang membahayakan keselamatan. Terkadang guru tidak tegas untuk mewajibkan siswanya untuk menggunakan sepatu pada saat berolahraga. Hal itu menyebabkan risiko cedera yang lebih besar. 2) Keselamatan penataan lahan Lahan yang digunakan untuk berolahraga berupa lapangan, biasanya lapangan yang dipergunakan milik instansi pemerintah maupun swasta, sehingga aktivitas olahraga dalam satu lapangan dipakai oleh beberapa sekolah, untuk itu diperlukan koordinasi dalam hal waktu, ruang, dan lapangan. c. Faktor Peralatan 1) Peralatan yang memenuhi standar keselamatan Peralatan yang memenuhi standar keamanan adalah peralatan yang apabila digunakan tidak mengakibatkan atau memiliki risiko yang sangat kecil menimbulkan terjadinya cedera. Terkadang guru tidak melakukan pengecekan peralatan yang berada dalam tempat penyimpanan maupun yang akan digunakan. Alat-alat yang tidak layak pakai dan membahayakan keselamatan seharusnya dihindari penggunaannya. Penyimpanan peralatan seharusnya ditata dengan
21
rapi dan tidak membayakan keselamatan, misalnya penyimpanan lembing harus diikat sehingga kokoh dan mata lembing harus diarahkan ke lantai sehingga meminimalkan risiko terjadinya cedera. 2) Peralatan yang tidak memenuhi standar keselamatan Peralatan yang tidak memenuhi standar keamanan adalah peralatan
yang
walaupun
tidak
digunakan
sangat
besar
kemungkinannya akan dapat mengakibatkan terjadinya cedera. Alat dianggap membahayakan karena dilihat dari bentuknya terdapat sisisisi atau bagian yang tajam atau runcing. Menghadapi alat-alat seperti itu guru penjasorkes harus memberikan perhatian yang lebih dibanding dengan peralatan yang kurang membahayakan. Guru yang tidak memperhatikan dalam penyimpanan alat, maka guru itu membahayakan keselamatan murid-muridnya. Dalam penyimpanan seharusnya diperhatikan, bagian yang runcing atau tajam harus berada di bawah, sehingga jika roboh bagian yang runcing tidak begitu membahayakan keselamatan. Jika alat tersebut diletakkan di rak bagian atas, posisinya pun jangan sampai terlalu tinggi
sehingga
mudah
dalam
pengambilan
maupun
pengembaliannya. d. Faktor Manajemen Pembelajaran 1) Penggunaan lahan ajar Banyak sekolah yang tidak mempunyai lapangan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, sehingga jika akan melakukan
22
pelajaran harus berbagi lapanagan dengan sekolah lain. Pemakaian lapangan secara bersamaan seperti ini jelas akan menimbulkan risiko terjadinya perselisihan antarsiswa. Siswa beranggapan lapangan yang mereka pakai adalah miliknya, begitu juga siswa sekolah lain sehingga sering terjadi ketidakjelasan batas lapangan yang dipergunakan. Hal ini disebabkan oleh guru yang terkadang lalai dalam memberikan pengertian pada siswa bahwa lapangan yang dipakai bukanlah milik sekolah mereka sehingga penggunaannya harus bersamaan dengan sekolah lain dan harus saling toleran dalam penggunaannya. 2) Penguasaan kelas Proses belajar mengajar harus terlaksana dengan
baik
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika seorang guru dapat menguasai dan mengendalikan kelasnya dengan baik. Kelas akan terkendali jika guru memiliki wibawa, wibawa guru sangatlah berpengaruh terhadap patuh dan segannya para siswa. Guru tidak mempunyai wibawa dikarenakan tingkah laku guru tersebut kurang terpuji atau guru tidak menguasai materi pelajarannya dengan baik. 3) Penguasaan siswa Ketidakmampuan
guru
dalam
penguasaan
siswa
akan
berdampak pada tidak lancar dan amannya proses pembelajaran. Guru seharusnya mengenal sifat dan karakter siswanya secara individu. Ketidakmampuan guru mengenali sifat siswanya secara individu akan
23
berdampak dalam cara guru untuk menghadapi siswa. Kesamaan dalam menghadapi siswa akan berdampak pada tidak aman dan nyamannya keadaan kelas, karena setiap siswa memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. 4) Struktur dan fungsi tubuh Guru penjasorkes harus mengenal, memahami, serta mengerti struktur tubuh dan fungsi tiap-tiap struktur ini agar tidak melakukan kesalahan dalam memberikan perlakuan gerakan pada bagian tubuh tertentu sehingga berakibat terjadinya cedera. Sebagai contoh: jika akan melakukan pelajaran lempar lembing, langkah yang harus dilakukan, yaitu: melakukan pemanasan yang cukup terutama pada bagian lengan, memberikan teori, dan memberikan contoh-contoh gerakan yang benar dan aman. Melakukan porsi pemanasan yang lebih pada bagian lengan akan sangat penting karena bagian tubuh ini yang akan mempunyai fungsi dominan dalam melakukan gerakan, sehingga tidak rawan terhadap terjadinya cedera. Jika guru tidak mengetahui struktur dan fungsi tubuh, siswanya akan sering mengalami cedera. e. Faktor Perencanaan Tugas Ajar 1) Faktor pemberian tugas ajar a) Latihan pendahuluan Latihan pendahuluan sering disebut dengan pemanasan. Giam dan Teh (1993: 144) berpendapat bahwa latihan pemanasan berguna untuk: (1) memperbaiki fleksibilitas otot, ligamen, dan
24
sendi, (2) untuk menyiapkan tubuh terutama jantung, paru, otot, ligamamen, dan sendi untuk mendapatkan performance yang maksimal, dan (3) untuk membantu mencegah kram pada otot, rasa pegal, dan mencegah cedera pada otot, tendon, dan ligamen. b) Latihan inti Setelah latihan pemanasan, dilakukan latihan inti sesuai materi yang telah dirancang di dalam silabus. Latihan inti juga harus dilakukan dari yang mudah ke sulit, dari yang ringan ke berat. Hal itu diakukan supaya tubuh tidak secara mendadak terbebani dan mengakibatkan terjadinya cedera pada saat pembelajaran. Jika guru penjasorkes dalam memberikan latihan inti dilakukan secara mendadak, alat-alat tubuh (sendi, tendon, rangka, dan otot) akan terkejut menerima beban yang berat sehingga dapat menimbulkan cedera. c) Latihan penutup Latihan penutup sering diabaikan oleh guru penjasorkes karena orang tidak dapat merasakan manfaatnya secara langsung baik manfaat fisiologis maupun psikologis. Gerakan latihan penutup ini mirip dengan latihan pendahuluan tetapi mempunyai tujuan yang berbeda. Jika latihan penutup ini tidak dilakukan akan berdampak kurang baik pada kondisi fisik dan psikis siswa. f. Faktor Teknik Bantuan 1) Teknik bantuan tanpa menggunakan alat
25
Proses belajar mengajar penjasorkes dilakukan dengan menggunakan atau tanpa menggunakan alat. Pembelajaran tanpa menggunakan alat memang lebih kecil risiko cederanya dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan alat. Meskipun demikian, jika guru penjasorkes mengurangi kewaspadaannya, risiko terjadi cedera pada siswanya akan lebih tinggi. Teknik bantuan yang tepat diberikan untuk mengurangi risiko terjadinya cedera. Teknik bantuan ini diberikan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya cedera pada saat pembelajaran. Bantuan yang dilakukan dapat berupa kata-kata, pemberian contoh teknik yang benar, dan bantuan pada saat siswa melakukan gerakan. 2) Teknik bantuan dengan menggunakan alat Pembelajaran menggunakan alat lebih berpotensi mengakibatkan terjadinya cedera. Guru yang tidak waspada akan berpotensi mengakibatkan siswanya mengalami cedera. Guru seharusnya benarbenar mengetahui teknik atau cara memberikan bantuan yang benar dan tepat. Bantuan dapat diberikan berupa perintah gerak maupun tindakan nyata. 5. Penelitian yang Relevan Sejauh pengetahuan peneliti belum ada penelitian yang membahas tentang tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negri se-Kecamatan Bambanglipuro
terhadap
faktor-faktor
penyebab
pembelajaran. Adapun penelitian yang ada adalah:
26
cedera
pada
saat
1. Penelitian Suprayitno (2001) dengan judul “Persepsi Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Sekolah Dasar Kabupaten Bantul terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan di Sekolah Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan dan Pangkat atau Golongan Ruang”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persepsi Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Sekolah Dasar (SD) Kabupaten Bantul terhadap faktorfaktor penyebab terjadinya kecelakaan di sekolah ditinjau dari latar belakang pendidikan dan pangkat atau golongan ruang. Hasil penelitian ini dapat diketahui dari sampel yang berjumlah 50 orang 2 orang (4 %) mempunyai persepsi baik dengan cenderung bertindak selamat dan 48 orang (96 %) mempunyai persepsi tidak baik atau cenderung bertindak tidak selamat. Apabila ditinjau dari latar belakang pendidikan hasilnya: (1) SMA & SPG, dari 5 orang semua (100 %) mempunyai persepsi bertindak yang tidak baik, (2) SMOA & SGO, dari 25 orang, 1 orang (4 %) mempunyai persepsi baik dan 24 orang (96 %) mempunyai persepsi tidak baik, (3) D1 dan D2, dari 17 orang, semua (100 %) mempunyai persepsi yang tidak baik, (4) D3 dan S1, dari 3 orang, 1 orang (33,33 %) mempunyai persepsi baik dan 2 orang (66,67 %) mempunyai persepsi yang tidak baik. 2. Penelitian Bibit Elyantoro (2010), dengan judul “Tingkat Pemahaman Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri se-Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo terhadap Administrasi Pendidikan Jasmani”. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pemahaman guru pendidikan jasmani SD negeri se-
27
Kecamatan Bruno terhadap administrasi pendidikan jasmani berkategori tinggi dengan persentase 37 %. Tingkat pemahaman organisasi berkategori sangat tinggi dengan persentase 74,1 %. Tingkat pemahaman administrasi siswa berkategori sedang dengan persentase 66,7 %. Tingkat pemahaman
administrasi
tatalaksana
berkategori
tinggi
dengan
persentase 59,3 %. Tingkat pemahaman administrasi personal berkategori tinggi dengan persentase 51,9 %. Tingkat pemahaman administrasi sarana dan prasarana berkategori tinggi dengan persentase 44,4 %. Tingkat pemahaman administrasi kurikulum berkategori sedang dengan persentase 44,4 %. Tingkat pemahaman kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat berkategori sangat tinggi dengan persentase 37 %, dan tingkat pemahaman administrasi keuangan berkategori rendah dengan persentase 37 %. B. Kerangka Berpikir Cedera olahraga merupakan risiko yang tidak bisa dihindari pada saat berolahraga. Pemahaman tentang faktor-faktor penyebab cedera pada saat pembelajaran
penjasorkes
dapat
memberikan
pengetahuan
untuk
guru.
Pengetahuan ini menjadi penting untuk guru penjasorkes yang langsung menghadapi siswa karena dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan tindakan pencegahan cedera pada saat pembelajaran. Tingkat pemahaman guru tentang faktor-faktor penyebab cedera pada saat pembelajaran penjasorkes dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Seorang guru yang memiliki pengetahuan, pengalaman, dan
28
keterampilan yang baik akan mempunyai tingkat pemahaman tentang faktorfaktor penyebab cedera pada saat pembelajaran penjasorkes yang baik juga. Tingkat
pemahaman
tentang
faktor-faktor
penyebab
cedera
pada
saat
pembelajaran yang baik dari seorang guru penjasorkes merupakan indikasi pengetahuan yang baik untuk nantinya dapat digunakan untuk mencegah terjadi cedera pada saat pembelajaran penjasorkes. Begitu pula yang akan terjadi sebaliknya. Bagan 1. Kerangka berpikir OLAHRAGA
PRESTASI
REKREASI PENDIDIKAN
GURU PENJASORKES
PEMAHAMAN
PENGETAHUAN
PENGALAMAN
MATAPELAJARAN PENJASORKES
SISWA EDERA OLAHRAGA CEDERA OLAHRAGA AFEKTIF AFEKTIF KLASIFIKASI
FAKTOR-FAKTOR
TINDAKAN PENCEGAHAN 29
PATOFISIOLOGI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala, yaitu gejala atau keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2006: 239). Metode yang digunakan dalam
penelitian
ini adalah metode survei
dengan kuesioner atau angket tipe pilihan sebagai teknik pengumpulan datanya. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 113) survei bertujuan untuk mencari kedudukan fenomena
dan menentukan kesamaan status dengan cara
membandingkannya dengan standar yang sudah disesuaikan. Sementara kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang dia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006: 151). Penggunaan kuesioner tipe pilihan yaitu meminta responden memilih salah satu jawaban dari beberapa macam jawaban yang sudah disediakan (Sutrisno Hadi, 2004: 181). B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman guru penjasorkes se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab cedera pada saat pembelajaran, yang secara operasional variabel tersebut dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang guru penjasorkes untuk menerima, memahami,
30
dan menerjemahkan suatu teori atau kosep tentang faktor-faktor penyebab cedera pada saat pembelajaran penjasorkes yang ditentukan dengan angket. C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro yang berjumlah 21 orang. Sampel menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131) merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel total, yaitu teknik sampling yang mengambil seluruh guru menjadi sampel untuk diambil datanya. Daftar sekolah dan jumlah guru sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro menurut Depdikbud (2012: 1), dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar Sekolah dan Jumlah Guru No.
Nama Sekolah
Jumlah Guru
1.
SD Panggang
2
2.
SD 3 Panggang
1
3.
SD Grogol
2
4.
SD Tulasan
1
5.
SD Sribit
1
6.
SD Bondalem
2
7.
SD Kaligondang
2
8.
SD Plebengan
2
9.
SD Kembangan
1
10.
SD Terban
1
11.
SMP N 1 Bambanglipuro
2
12.
SMP N 2 Bambanglipuro
2
13.
SMA N 1 Bambanglipuro
2 21
Jumlah
31
D. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada guru penjasorkes sekolah negeri di Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul. E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data 1. Instrumen Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2006: 160). Keberhasilan suatu penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis melalui instrumen tersebut. Menurut Sutrisno Hadi (2004: 186) petunjuk-petunjuk dalam menyusun butir angket adalah sebagai berikut: a. Mendefinisikan Konstrak Konstrak dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman guru penjasorkes
se-Kecamatan
Bambanglipuro
terhadap
faktor-faktor
penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran. Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menerima, memahami, dan menerjemahkan suatu teori atau kosep kemudian menerapkannya. b. Menyidik Faktor Dari beberapa pendapat dalam kajian teori di atas, ada beberapa faktor yang mengonstrak faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada
32
saat pembelajaran. Faktor-faktor penyebab terjadinya cedera tersebut adalah: (1) faktor lingkungan belajar, (2) faktor fasilitas, (3) faktor peralatan, (4) faktor manajemen pembelajaran, (5) faktor teknik bantuan, dan (6) faktor perencanaan tugas ajar. c. Menyusun Butir-Butir Pertanyaan Langkah
ketiga
adalah
menyusun
butir-butir
pertanyaan
berdasarkan faktor-faktor yang menyusun konstrak. Dalam menyusun pertanyaan hal-hal yang diperhatikan sebagai berikut: 1) Menggunakan kata-kata yang tidak rangkap artinya. 2) Menyusun kalimat yang sederhana dan jelas. 3) Menghindari kata-kata yang tidak ada gunanya. 4) Menghindari pertanyaan yang tidak perlu. 5) Memasukkan semua kemungkinan jawaban agar pilihan jawaban mempunyai dasar yang beralasan, tetapi hindari penyusunan yang tidak esensial, baik dalam pertanyaan ataupun jawaban. 6) Memerhatikan item yang dimasukkan harus diterapkan pada situasi responden. 7) Menghindari menanyakan pendapat responden, kecuali pendapat itulah yang hendak diteliti. 8) Menghindari kata-kata yang terlalu kuat (sugestif atau menggiring) dan yang terlalu lemah.
33
9) Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang tidak memaksa responden menjawab yang tidak sebenarnya, karena takut akan tekanan-tekanan sosial. 10) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang memiliki banyak tafsir apabila hanya satu jawaban yang diinginkan. 11) Jika mungkin susunlah pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa sehingga dapat dijawab dengan hanya memberikan tanda silang atau tanda-tanda checking lainnya. 12) Pertanyaan seharusnya diajukan sedemikian rupa sehingga dapat membebaskan responden dari berpikir terlalu kompleks. 13) Menghindari kata-kata sentimentil, seperti: dungu, budak, diktator, dan kurang ajar. Setiap pertanyaan dilengkapi dengan alternatif jawaban yang disusun berdasarkan skala likert yang dimodifikasi. Skala ini terdiri atas dua alternatif jawaban, yaitu “Ya”, “Tidak”. Pengisian angket dilakukan dengan memberikan tanda (√) pada jawaban yang telah disediakan. Penskoran jawaban dari setiap responden pada jawaban “Ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 0. Penyusunan instrumen berdasarkan prosedur yang benar, dalam peneliti menggunakan kisi-kisi. Kisi-kisi instrumen penelitian tingkat pemahaman guru penjasorkes se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap usaha-usaha pencegahan cedera pada saat pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 2.
34
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen dalam Penelitian Variabel
Subvariabel
Indikator
Subindikator
1. 1. Eksternal 2. 3. 1. Menerima 2. Internal
2. 3.
1. 1. Eksternal 2. 3. 1. Memahami 2. Internal
2. 3.
Pemahaman
1. 1. Eksternal 2. 3. 1. Menerjemahkan 2. Internal
2. 3.
1. 1. Eksternal 2. 3. 1. Menerapkan 2. Internal
2. 3.
Jumlah
Fasilitas Peralatan Lingkungan Perencanaan tugas ajar Manajemen pembelajaran Teknik bantuan Fasilitas Peralatan Lingkungan Perencanaan tugas ajar Manajemen pembelajaran Teknik bantuan Fasilitas Peralatan Lingkungan Perencanaan tugas ajar Manajemen pembelajaran Teknik bantuan Fasilitas Peralatan Lingkungan Perencanaan tugas ajar Manajemen pembelajaran Teknik bantuan
Nomor Jumlah Butir 1,2 6 3,4 5,6 7,8 6 9,10 11,12
13,14 15,16 17,18 19,20 21,22
6
23,24
25,26 27,28 29,30 31,32 33,34
6
6
35,36
37,38 39,40 41,42 43,44 45,46
6
6
47,48
48
35
6
48
2. Teknik Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-benar instrumen yang baik. Baik buruknya instrumen
ditunjukkan
oleh
kesahihan
(validitas)
dan
keandalan
(reliabilitas). Analisis uji coba instrumen mencakup validitas dan reliabilitas. b. Uji Validitas Instrumen Validitas instrumen merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan dan penyusunan suatu
tes.
Suatu
instrumen
dikatakan
valid
apabila
dapat
mengungkapkan data dari variabel secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2006: 168). Perhitungan validitas butir pertanyaan menggunakan bantuan SPSS seri 16. Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen pada penelitian ini digunakan rumus kolerasi product moment. Adapun rumus tersebut menurut Suharsimi Arikunto (2012: 213): ( √(*
(
) +*
)(
) (
) +)
Keterangan: rxy = Korelasi product moment = Jumlah subjek = Jumlah skor butir = Jumlah kuadrat skor butir = Jumlah skor faktor Jumlah kuadrat skor faktor Jumlah perkalian skor butir dengan skor faktor
36
Nilai rxy menunjukkan indeks kolerasi antara dua variabel yang dikorelasikan. Setiap nilai korelasi mengandung tiga makna, yaitu: (1) ada tidaknya korelasi, (2) arah kolerasi, (3) besarnya kolerasi. c. Uji Reliabilitas Instrumen Langkah selanjutnya adalah menguji reliabilitas (keajekan) instrumen. Reliabilitas instrumen adalah keajekan atau konsistensi instrumen dalam melakukan pengukuran, uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji derajat keajekan suatu alat ukur dalam mengukur perubahan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Burhan Bungin 2006: 96). Analisis keandalan butir hanya dilakukan pada butir yang sahih (yang dianggap memenuhi kriteria butir pertanyaan) saja, bukan semua butir yang belum diuji kesahihannya. Untuk menguji kereliabilitasan suatu
kuesioner
digunakan
metode
Alpha-Cronbach.
Menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 198) untuk tes yang berbentuk uraian atau angket dan skala bertingkat diuji dengan rumus Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
{ Keterangan: r = Reliabilitas instrumen k = Jumlah belahan s12 = Varian setiap belahan st2 = Varian total
37
}
2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan angket (kuesioner). Pengambilan data dalam penelitian ini dengan cara: a) Peneliti memberikan angket kepada responden. b) Responden mengisi angket yang telah diberikan. c) Angket dikembalikan kepada peneliti setelah diisi oleh responden. F. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, peneliti menggunakan teknik deskriptif dengan persentase yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman guru penjasorkes se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktorfaktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Memberikan skor tiap responden pada tiap-tiap butir. 2. Menjumlahkan skor setiap responden pada tiap-tiap butir. 3. Menentukan kriteria sebagai patokan penelitian. Dari setiap jawaban responden dikonversikan berdasarkan kategori model distribusi normal. Model ini didasari oleh suatu asumsi bahwa skor subjek dalam kelompoknya merupakan estimasi terhadap sekor subjek dalam populasinya terdistribusi secara normal. Data akan dikategorikan menjadi lima kategori dengan distribusi normal yang terbagi menjadi enam standar deviasi. Pengategorian data menggunakan kriteria sebagai berikut (Anas Sudijono, 2000: 161):
38
Baik Sekali
: X ≥ M + 1,5 SD
Baik
: M + 0,5 SD ≤ X < M + 1,5 SD
Sedang
: M - 0,5 SD ≤ X < M + 0,5 SD
Kurang
: M – 1,5 SD ≤ X < M - 0,5 SD
Kurang Sekali
: X < M – 1,5 SD
4. Menentukan predikat tingkat pemahaman responden dengan menghitung persentasenya. Untuk menghitung persentase yang termasuk dalam kategori di setiap aspek digunakan rumus Anas Sudijono (2000: 40) sebagai berikut: P=
F x 100 % N
Keterangan: P : Persentase yang dicari F : Frekuensi N : Number of Cases (jumlah individu)
39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian Penelitian ini
dilaksanakan di
sekolah
negeri
se-Kecamatan
Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian pada bulan Januari 2013 di Kecamatan Bambanglipuro. Adapun subjek penelitian adalah Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro yang berjumlah 21 responden yang terdiri dari: (1) guru SD negeri se-Kecamatan Bambanglipuro berjumlah 15 orang dengan rentang usia 25-50 tahun, dan tingkat pendidikan terakhir DII: 8 orang dan S1: 7 orang, (2) guru SMP negeri se-Kecamatan Bambanglipuro berjumlah 4 orang dengan rentang usia 45-58 tahun, dan tingkat pendidikan D II: 1 orang, S1: 3 orang, , dan (3) guru SMA/SMK negeri se-Kecamatan Bambanglipuro berjumlah 2 orang dengan usia 40 dan 50 tahun dengan tingkat pendidikan akhir S1. B. Deskripsi Data Uji Coba Angket Penelitian ini diawali dengan mengadakan uji coba sebanyak 48 butir pertanyaan. Tujuan uji coba ini untuk mengetahui valid dan reliabel tidaknya setiap butir pertanyaan sebelum angket digunakan sebagai alat penelitian yang sebenarnya. Adapun hasil uji validitas dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Hasil Uji Validitas a. Hasil uji validitas untuk tentang tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor 40
penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran dinyatakan valid semuanya dengan nilai korelasi ≥ 0,546 dan nilai probabilitas ≤ 0.05. Keseluruhan hasil uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 4. 2. Hasil Uji Reliabilitas a. Hasil uji reliabilitas untuk
tentang tingkat pemahaman guru
penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran, sebanyak 48 item dianalisis menggunakan teknik alpha cronbach menunjukkan rtt = 0.768. Sesuai dengan interpretasi dari Suharsimi Arikunto (2006: 276) hasil tersebut dapat dinyatakan memiliki reliabilitas cukup karena berada pada interval 0,600 – 0,800. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 5. C. Deskripsi Data Penelitian Data hasil penelitian tentang tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah
negeri
se-Kecamatan
Bambanglipuro
terhadap
faktor-faktor
penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran diperoleh dari angket yang terdiri atas 48 butir pertanyaan. Angket tersebut terdiri atas empat subvariabel, yaitu: menerima, memahami, menerjemahkan, dan menerapkan. Hasil penelitian dideskripsikan secara keseluruhan dan tiap-tiap subvariabel. Data dikategorikan menjadi lima kategori berdasarkan nilai mean dan standar deviasi yang diperoleh. Berikut skor baku dengan penilaian lima kategori yang digunakan untuk mendeskripsikan data tentang tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-
41
faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan rumus Anas Sudijono, (2000: 161) sebagai berikut: Tabel 3. Skor Baku Kategori No. 1 2 3 4 5
Rentang Norma X ≥ M + 1,5 SD M + 0,5 SD ≤ X < M + 1,5 SD M - 0,5 SD ≤ X < M + 0,5 SD M - 1,5 SD ≤ X < M - 0,5 SD X < M - 1,5 SD
Kategori Baik sekali Baik Sedang Kurang Kurang sekali
D. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran diperoleh nilai maksimum sebesar 46 dan nilai minimum 37. Mean diperoleh sebesar 41.76 dan standar deviasi sebesar 2.29. Modus diperoleh sebesar 40 dan median sebesar 42. Data dikategorikan menjadi lima kategori berdasarkan nilai mean dan standar deviasi yang diperoleh dengan penilaian lima kategori yang digunakan untuk mendeskripsikan data tentang tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran. Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data menunjukkan hasil tentang tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran sebagai berikut:
42
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Kelas Interval Kategori ≥45.18 Baik Sekali 42.9 ≤ X < 45.18 Baik 40.62 ≤ X < 42.9 Sedang 38.34 ≤ X < 40.62 Kurang < 38.34 Kurang Sekali Jumlah
Frekuensi 1 9 3 7 1 21
Persentase 4.76 % 42.86 % 14.29 % 33.33 % 4.76 % 100.00 %
Dari Tabel 4 di atas, dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan tentang tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran terdapat 1 orang (4.76 %) dalam kategori baik sekali, 9 orang (42.86 %) dalam kategori baik, 3 orang (14 %) dalam kategori sedang, 7 orang (33.33 %) dalam kategori kurang, 1 orang (4.76 %) dalam kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak pada kategori baik, sehingga dapat disimpulkan tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran adalah baik. Dari keterangan di atas, tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
43
KESELURUHAN Baik Sekali
10
Baik 5
Sedang Frekuensi
0 Baik Sekali
Baik
Sedang Kurang
Kurang Sekali
Kurang Kurang Sekali
Gambar 1. Histogram Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Hasil penelitian secara lebih mendalam, deskripsi hasil penelitian tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan tiap-tiap subvariabel adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Berdasarkan Subvariabel Menerima Tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerima diperoleh hasil penelitian dengan nilai minimum sebesar 8 dan nilai maksimum 12. Mean diperoleh sebesar 9.09 dan standar deviasi sebesar 1.34. Modus diperoleh sebesar 8.00 dan median sebesar 9.00. Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data menunjukkan hasil tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri
44
se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerima adalah sebagai berikut: Tabel 5. Distribusi Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Berdasarkan Subvariabel Menerima Kelas Interval Kategori ≥11.1 Baik Sekali 9.76 ≤ X < 11.1 Baik 8.42 ≤ X < 9.76 Sedang 7.08 ≤ X < 8.42 Kurang < 7.08 Kurang Sekali Jumlah
Frekuensi 3 4 4 10 0 21
Persentase 14.29 % 19.05 % 19.05 % 47.62 % 0.00 % 100.00 %
Dari Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan tingkat pemahaman
guru
penjasorkes
sekolah
negeri
se-Kecamatan
Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerima, terdapat 3 orang (14,29 %) dalam kategori baik sekali, 4 orang (19,05 %) dalam kategori baik, 4 orang (19,05 %) dalam kategori sedang, 10 orang (47,62 %) dalam kategori kurang, 0 orang (0 %) dalam kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak pada kategori kurang, sehingga dapat disimpulkan tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerima adalah kurang. Dari keterangan Tabel 5 tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor
45
penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerima dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
MENERIMA 10
Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali Frekuensi
0 Baik Sekali Baik
Sedang
KurangKurang Sekali
Gambar 2. Histogram Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap FaktorFaktor Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Berdasarkan Subvariabel Menerima 2. Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Berdasarkan Subvariabel Memahami Tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel memahami diperoleh hasil penelitian dengan nilai minimum sebesar 9 dan nilai maksimum 12. Mean diperoleh sebesar 11 dan standar deviasi sebesar 0.89. Modus diperoleh sebesar 11 dan median sebesar 11. Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data menunjukkan hasil tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel memahami adalah sebagai berikut: 46
Tabel 6. Distribusi Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Berdasarkan Subvariabel Memahami Kelas Interval ≥12.3
Kategori Baik Sekali
11.45 ≤ X < 12.3
Baik
7
33.33 %
10.56 ≤ X < 11.45
Sedang
8
38.10 %
9.67 ≤ X < 10.56
Kurang
5
23.81 %
< 9.67
Kurang Sekali
1
4.76 %
21
100.00 %
Jumlah
Frekuensi Persentase 0 0.00 %
Dari Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan tingkat pemahaman
guru
penjasorkes
sekolah
negeri
se-Kecamatan
Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel memahami terdapat 0 orang (0 %) dalam kategori baik sekali, 7 orang (33.33 %) dalam kategori baik, 8 orang (38.10 %) dalam kategori sedang, 5 orang (23.81%) dalam kategori kurang, 1 orang (4.76 %) dalam kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak pada kategori sedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel memahami adalah sedang. Dari keterangan di atas tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor
47
penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel memahami dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
MEMAHAMI 10 Baik Sekali Frekuensi
0 Baik Sekali Baik
Sedang Kurang Kurang Sekali
Baik Sedang
Gambar 3. Histogram Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Berdasarkan Subvariabel Memahami 3. Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Berdasarkan Subvariabel Menerjemahkan Tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerjemahkan diperoleh hasil penelitian dengan nilai minimum sebesar 10 dan nilai maksimum 12. Mean diperoleh sebesar 11 dan standar deviasi sebesar 0,70. Modus diperoleh sebesar 11 dan median sebesar 11. Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data menunjukkan hasil tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel adalah sebagai berikut: Tabel 7.
Distribusi Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap Faktor-Faktor
48
Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Berdasarkan Subvariabel Menerjemahkan Kelas Interval Kategori ≥12.07 Baik Sekali 11.36 ≤ X < 12.07 Baik 10.65 ≤ X < 11.36 Sedang 9.94 ≤ X < 10.65 Kurang < 9.94 Kurang Sekali Jumlah
Frekuensi 0 5 11 5 0 21
Persentase 0.00 % 23.81 % 52.38 % 23.81 % 0.00 % 100.00 %
Dari Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan tingkat pemahaman
guru
penjasorkes
sekolah
negeri
se-Kecamatan
Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerjemahkan terdapat 0 orang (0 %) dalam kategori baik sekali, 5 orang (23,81%) dalam kategori baik, 15 orang (52,38 %) dalam kategori sedang, 5 orang (23,81 %) dalam kategori kurang, 0 orang (0 %) dalam kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak pada kategori sedang, sehingga dapat disimpulkan tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerjemahkan adalah sedang. Dari keterangan di atas tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerjemahkan dapat disajikan dalam bentuk histogram adalah sebagai berikut:
49
MENERJEMAHKAN 15
Baik Sekali
10
Baik 5
Sedang
Frekuensi
0 Baik Sekali
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali
Kurang Kurang Sekali
Gambar 4. Histogram Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro Terhadap FaktorFaktor Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Berdasarkan Subvariabel Menerjemahkan 4. Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Berdasarkan Subvariabel Menerapkan Tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerapkan. Hasil penelitian memperoleh nilai minimum sebesar 9 dan nilai maksimum 12. Mean diperoleh sebesar 10,61 dan standar deviasi sebesar 0.97. Modus diperoleh sebesar 10 dan median sebesar 10. Berdasarkan rumus kategori yang telah ditentukan, analisis data menunjukkan hasil tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerapkan adalah sebagai berikut:
50
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Berdasarkan Subvariabel Menerapkan Kelas Interval ≥12.08 11.11 ≤ X < 12.08
Kategori Baik Sekali Baik
Frekuensi 0 4
Persentase 0.00 % 19.05 %
10.14 ≤ X < 11.11
Sedang
5
23.81 %
9.17 ≤ X < 10.14
Kurang Kurang Sekali
10 2 21
47.62 % 9.52 % 100.00 %
< 9. 17 Jumlah
Dari Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan tingkat pemahaman
guru
penjasorkes
sekolah
negeri
se-Kecamatan
Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerapkan terdapat 0 orang (0 %) dalam kategori baik sekali, 4 orang 19,05 %) dalam kategori baik, 5 orang (23,81 %) dalam kategori sedang,10 orang (47,62 %) dalam kategori kurang, 2 orang (9,52 %) dalam kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak pada kategori sedang, sehingga dapat disimpulkan tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerapkan adalah kurang. Dari keterangan di atas tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan
51
subvariabel menerapkan dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
MENERAPKAN Baik Sekali
10
Baik 5
Sedang Frekuensi
0 Baik Sekali
Baik
Sedang Kurang Kurang Sekali
Kurang Kurang Sekali
Gambar 5. Histogram Tingkat Pemahaman Guru Penjasorkes Sekolah Negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cedera pada saat Pembelajaran Berdasarkan Subvariabel Menerapkan E. Pembahasan Berdasarkan penghitungan data hasil penelitian ditunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran terdapat 1 orang (4,76 %) dalam kategori baik sekali, 9 orang (42,86 %) dalam kategori baik, 3 orang (14,29 %) dalam kategori sedang, 7 orang (33,33 %) dalam kategori kurang, 1 orang (4,76 %) dalam kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak pada kategori baik, sehingga dapat disimpulkan tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran adalah baik.
52
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman guru penjasorkes di Kecamatan Bambanglipuro sudah dapat menerima dengan memahami keseluruhan kondisi nyata yang ada di lapangan dan guru penjasorkes sudah mampu menerjemahkan kondisi tersebut dalam bentuk materi pembelajaran untuk diterapkan pada saat pembelajaran dengan mempertimbangkan keamanan bagi siswa. Pemahaman tentang faktor-faktor penyebab cedera pada saat pembelajaran yang baik dari seorang guru penjasorkes merupakan indikasi pengetahuan yang baik untuk nantinya dapat digunakan untuk mencegah terjadinya cedera pada saat pembelajaran penjasorkes. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya cedera pada saat pembelajaran dijelaskan oleh Muchtamadji (2004: 63-64) terdiri atas: (1) faktor lingkungan belajar berupa lingkungan tempat terlaksananya proses belajar mengajar antara guru dan siswa berangsung, (2) faktor fasilitas berupa lahan yang digunakan untuk berolahraga, (3) faktor peralatan berupa peralatan yang digunakan untuk berolahraga, (4) faktor manajemen pembelajaran berupa kemampuan guru dalam menguasai lahan ajar, siswa, kelas, dan sturktur fungsi tubuh, (5) faktor teknik bantuan berupa kemampuan guru untuk memberikan bantuan kepada siswa agar dapat melakukan tugas ajar dengan baik, dan (6) faktor perencanaan tugas ajar berupa kemampuan memberikan tugas dari latihan pendahuluan, latihan inti, dan latihan penutup. Pemahaman yang baik dari guru terhadap faktor penyebab cedera olahraga
merupakan
indikator
suksesnya
pembelajaran
penjasorkes.
Pembelajaran penjasorkes yang sukses yaitu memberikan pengalaman yang
53
berhasil kepada siswa yang sesuai dengan asas praktik pengajaran yang berorientasi pada perkembangan dan pertumbuhan siswa (Rusli Lutan, 2000: 15).
Perencanaan
yang
disusun
guru
penjasorkes
di
Kecamatan
Bambanglipuro selama proses pengajaran berupa tugas gerak dan tata urut tugas ajar yang menggiring ke arah pencapaian tujuan sudah baik. Tercapainya tujuan perkembangan dan pertumbuhan tersebut salah satunya ditunjukkan oleh minimalnya terjadinya cedera olahraga yang terjadi pada siswa. Cedera olahraga merupakan rasa sakit yang timbul karena aktivitas olahraga. Hal ini dapat berupa cacat, luka, atau rusak pada otot atau sendi serta bagian tubuh lain. Dari penghitungan melalui masing-masing faktor juga dapat diketahui kategori bahwa tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran sebagai berikut: 1. Tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerima, terdapat 3 orang (14,29 %) dalam kategori baik sekali, 4 orang (19,05 %) dalam kategori baik, 4 orang (19,05 %) dalam kategori sedang, 10 orang (47,62 %) dalam kategori kurang, 0 orang (0 %) dalam kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak pada kategori kurang, sehingga dapat disimpulkan tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan
54
Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerima adalah kurang. Tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerima adalah kurang merupakan ketidakmampuan guru dalam memahami faktor-faktor yang menyebabkan cedera pada saat pembelajaran. Dari hasil ini guru penjasorkes
belum
mampu
melaksanakan
tindakan
pencegahan
terjadinya olahraga berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkannya. Sementara pemahaman bertujuan untuk
mengetahui apa yang
dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan atau gagasan tanpa perlu menghubungkan dengan materi lain. Sudiman (1996: 109) berpendapat pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Bila guru kurang dalam menerima faktor-faktor cedera maka dalam lapangan guru dapat diindikasikan tidak mampu melaksanakan pencegahan. 2. Tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel memahami terdapat 0 orang (0 %) dalam kategori baik sekali, 7 orang (33.33 %) dalam kategori baik, 8 orang (38.10 %) dalam kategori sedang, 5 orang (23.81%) dalam kategori kurang, 1 orang (4.76 %) dalam kategori kurang sekali sehingga
55
dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel memahami adalah sedang. Tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel memahami adalah sedang menunjukkan bahwa guru dalam memahami hal–hal yang berkaitan dengan faktor–faktor penyebab cedera belum seluruhnya dipahami. Tujuan penjasorkes akan sulit tercapai apabila sebelumnya guru tidak mampu memahami faktor-faktor terjadinya cedera karena guru tidak
sepenuhnya
mampu
menterjemahkan
dan
menerapkan
pembelajaran penjasorkes kepada siswa. Suharsimi Arikunto (1996: 118137)
mengatakan
pemahaman
merupakan
bagaimana
seseorang
mempertahankan, menduga, membedakan, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, mengeneralisasikan, memberikan contoh, menulis kembali, dan memperkirakan. 3. Tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerjemahkan terdapat 0 orang (0 %) dalam kategori baik sekali, 5 orang (23,81%) dalam kategori baik, 15 orang (52,38 %) dalam kategori sedang, 5 orang (23,81 %) dalam kategori kurang, 0 orang (0 %) dalam kategori kurang sekali
56
sehingga dapat disimpulkan tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerjemahkan adalah sedang. Tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerjemahkan adalah sedang menunjukkan kemampuan guru penjasorkes dalam menerjemahkan hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor terjadinya cedera olahraga belum seluruhnya dipahami. Hal ini berkaitan erat dengan apa yang dipahami oleh guru berkenaan dengan faktor-faktor terjadinya cedera. Sudiman (1996: 109) berpendapat pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Jika guru mampu memahami
faktor-faktor
terjadinya cedera dengan baik maka dia akan mampu menerjemahkannya dengan baik. begitupula sebaliknya. 4. Tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerapkan terdapat 0 orang (0 %) dalam kategori baik sekali, 4 orang 19,05 %) dalam kategori baik, 5 orang (23,81 %) dalam kategori sedang,10 orang (47,62 %) dalam kategori kurang, 2 orang (9,52 %) dalam kategori kurang sekali sehingga
57
dapat disimpulkan tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerapkan adalah kurang. Tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran berdasarkan subvariabel menerapkan adalah kurang menunjukkan bahwa kemampuan guru penjasorkes mempunyai kecenderungan bertindak tidak selamat dilapangan. Hal ini rentan menimbulkan cedera pada siswa. Faktor penyebab cedara olahraga dapat berasal dari luar (eksogen) atau dari dalam (endogen). Depdiknas (2000: 176) cedera yang diakibatkan dari luar (eksogen) sebagai contohnya: (a) tabrakan yang keras pada pemain sepak bola, pukulan pada olahraga tinju, dan karate, (b) terjadinya benturan dengan alat-alat yang dipakai, seperti: raket, dan bola, (c) pengaruh dari lingkungan, seperti: lapangan yang tidak rata atau becek, dan (d) cara latihan yang salah, seperti: tidak melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum berolahraga. Sementara faktor penyebab dari dalam (endogen), contohnya: (a) postur tubuh yang kurang baik seperti panjang tungkai yang tidak sama, dan scoliosis, (b) pengunaan gerakan yang salah, seperti: gerakan backhand yang salah saat memukul pada olahraga tenis atau bulutangkis, (c) kelemahan otot atau kemampuan otot antagonis
58
seperti bicep dan tricep yang tidak seimbang, dan (d) keadaan fisik dan mental yang tidak fit.
59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran adalah baik. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini mempunyai beberapa implikasi sebagai berikut: Hasil penelitian ini merupakan masukan yang bermanfaat bagi pihakpihak yang terkait, yaitu: bagi guru penjasorkes bahwa pemahaman guru terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran yang baik dapat membantu mencapai tujuan pendidikan yaitu berupa pertumbuhan dan perkembangan siswa. Hal itu terwujud dengan memahami faktor-faktor penyebab cedera, sehingga siswa mendapat risiko cedera yang seminimal mungkin dan dapat mengikuti seluruh proses pembelajaran dengan aman. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pembatasan masalah agar penelitian yang dilakukan lebih fokus. Namun demikian dalam pelaksanaan di lapangan masih ada kekurangan atau keterbatasan, antara lain:
60
1. Pengumpulan data dalam penelitian ini hanya didasarkan hasil isian angket sehingga dimungkinkan adanya unsur kurang objektif dalam proses pengisian angket. Selain itu dalam pengisian angket diperoleh adanya sifat responden sendiri seperti kejujuran dan ketakutan dalam menjawab responden tersebut dengan sebenarnya. Responden juga dalam memberikan jawaban tidak berpikir jernih (hanya asal selesai dan cepat) karena faktor waktu dan pekerjaan. 2. Subvariabel yang digunakan untuk mengungkap terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran sangat terbatas dan kurang, sehingga perlu dilakukan penelitian lain yang lebih luas untuk mengungkap tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri seKecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran secara menyeluruh. D. Saran Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan, dan keterbatasan penelitian mengenai tingkat pemahaman guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi guru penjasorkes sekolah negeri se-Kecamatan Bambanglipuro diharapkan selalu menambah pengetahuan yang lebih mengenai faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya cedera pada saat pembelajaran penjasorkes.
61
2. Bagi Dinas Penididikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk memasukkan cedera olahraga pada salah satu materi pembelajaran yang diajarkan kepada siswa di sekolah. 3. Bagi peneliti yang akan datang hendaknya mengadakan penelitian tentang pemahaman guru penjasorkes terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cedera pada saat pembelajaran dapat menambahkan lagi varibel-variabel penelitian yang dapat mengungkap lebih mendalam dalam penelitian ini.
62
DAFTAR PUSTAKA Adun Sudianjoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III Tahun 1999/2000. Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi. (2009). Terapi Masase Frirage Penatalaksanaan cedera pada anggota tubuh bagian atas. Yogyakarta: FIK UNY Anas Sudijono. (2000). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Burhan Bugin. (2006). Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. BPS. (2010). Data Statistik Kabupaten Bantul Tahun 2010. Bantul: BPS. Depdikbud. (2012). Rangkuman Data Kabupaten Bantul Tahun Ajar 2011/2012. Bantul: Depdikbud. Depdiknas. (2000). Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga bagi Pelatih Olahrgawan Pelajar. Jakarta: Depdiknas Pusat pengembangan Kualitas Jasmani. Giam C.K dan Teh, K.C (1992). Ilmu Kedokteran Olahraga. (Hartono Satmoko, Terjemahan). Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hardianto Wibowo. (1994). Pencegahan dan Penataksanaan Cedera Olahraga. Jakarta: EGC. Moch Asmawi. (2006). ”Definisi Pembelajaran Keterampilan Gerak dalam Pendidikan Jasmani”. Olahraga. Vol. XII. Nomor 2. Hlm. 133-146. Muchtamadji. (2004). Pendidikan Keselamatan: Konsep dan Penerapan. Jakarta: Dispora. Rusli Lutan. (2000). Strategi Belajar Mengajar Penjas. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III Tahun 2000. Sudiman. (1996). Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Madiyatma Sarana Perkasa. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. .
. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 63
Sukintaka. (2001). Teori Pendidikan Jasmani. Solo: ESA Grafika. Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Taylor, P.M dan Taylor, D.K. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. (Jamal Khalib, Terjemahan). Jakarta: PT Grafindo Persada. Tim Klinik Terapi FIK UNY. (2008). Modul Pelatihan Masase Terapi. Yogyakarta. Penerbit: FIK UNY. Yustinus Sukarmin. (2007). Usaha-Usaha Pencegahan Kecelakaan di Sekolah Laboratori Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan. Olahraga. Vol. XII. Nomor 1. Hlm. 88-10.
64
LAMPIRAN
65
Lampiran 1. Surat Persetujan Ahli
66
Lampiran 1. Lanjutan
67
Lampiran 2. Angket Penelitian ANGKET PENELITIAN TINGKAT PEMAHAMAN GURU PENJASORKES SEKOLAH NEGERI SE-KECAMATAN BAMBANGLIPURO TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB CEDERA PADA SAAT PEMBELAJARAN
I.
Petunjuk Pengisian 1. Bacalah baik-baik setiap butir pertanyaan. 2. Isilah identitas diri saudara. 3. Berilah saudara (√) pada kolom yang telah disediakan. 4. Dimohon semua butir pertanyaan dapat diisi dan tidak ada yang terlewatkan. 5. Jawaban pertanyaan sesuai dengan keadaan yang benar-benar saudara ketahui. 6. Contoh pengisian No. 1.
Pernyataan Saudara guru yang mampu menerima fasilitas sekolah.
II. Identitas Guru 1. Nama
: ......................................................
2. Jenis Kelamin : ...................................................... 3. Umur
: ......................................................
4. Nama Sekolah : ......................................................
68
Ya √
Tidak
Lanjutan Lampiran 2. Angket Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Pernyataan Saudara memperoleh lahan ajar yang belum memenuhi standar keselamatan. Saudara mendapati lahan ajar yang digunakan secara bersamaan dengan sekolah lain. Saudara memperoleh peralatan-peralatan pembelajaran yang memenuhi standar keselamatan. Saudara mendapati peralatan yang belum memenuhi standar keselamatan. Saudara mendapati siswa yang berperilaku membahayakan keselamatan pada saat pembelajaran. Saudara mendapati lapangan yang letaknya berdekatan dengan fasilitas umum (seperti: pasar, pabrik, dan jalan raya). Saudara memperoleh pengetahuan tentang tahap-tahap pembelajaran penjasorkes. Saudara menerima semua kondisi fisik siswa untuk melakukan aktivitas olahraga. Saudara mendapati kelas yang belum kondusif untuk dilakukannya pembelajaran penjasorkes. Saudara mempunyai pengetahuan tentang struktur dan fungsi tubuh manusia sebagai alat gerak. Saudara mendapati siswa yang belum mampu melakukan gerakangerakan pada saat menggunakan peralatan olahraga. Saudara mendapati siswa yang belum mampu melakukan gerakan tanpa menggunakan alat-alat olahraga pada saat pembelajaran penjasorkes. Saudara mengerti kondisi lahan ajar yang akan saudara pakai untuk pembelajaran penjasorkes. Saudara mengerti situasi dan lahan ajar yang akan digunakan untuk pembelajaran penjasorkes. Saudara mengerti penggunaan peralatan yang memenuhi standar keselamatan. Saudara mengerti pengguanaan peralatan yang belum memenuhi standar keselamatan. Saudara mengerti tindakan-tindakan siswa yang berperilaku membahayakan keselamatan pada saat pembelajaran. Saudara mengerti kondisi lapangan yang berisiko menimbulkan cedera saat pembelajaran penjasorkes. Saudara mengerti tahap-tahap pembelajaran penjasorkes. Saudara mengetahui ciri-ciri siswa yang mempunyai kondisi fisik belum memugkinkan untuk melakukan aktivitas olahraga. Saudara mengerti keadaan kelas yang belum kondusif untuk dilangsungkannya pembelajaran penjasorkes. 69
Ya
Tidak
Lanjutan Lampiran 2. Angket Penelitian 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.
Saudara mengerti struktur dan fungsi tubuh sebagai alat gerak manusia. Saudara mengetahui siswa yang belum mampu melakukan gerakan-gerakan pada saat pembelajaran menggunakan alat-alat olahraga. Saudara mengetahui siswa yang belum mampu melakuakan gerakan tanpa menggunakan alat. Saudara mempunyai cara untuk menyikapi lahan ajar yang belum memenuhi standar keselamatan. Saudara mempunyai cara utuk menyikapi kondisi fisik siswa yang belum memungkinkan untuk mengikuti pembelajaran. Saudara mempunyai cara untuk menyikapi penataan lahan ajar yang akan digunakan untuk pembelajaran penjasorkes. Saudara mengetahui cara penggunaan peralatan yang memenuhi standar keselamatan. Saudara mempunyai cara untuk menyikapi peralatan yang belum memenuhi standar keselamatan. Saudara mempunyai cara untuk menyikapi siswa yang berperilaku membahayakan keselamatan pada saat pembelajaran. Saudara mempunyai cara untuk menyikapi kondisi dan letak lapangan pada saat pembelajaran penjasorkes. Saudara mengetahui cara melakukan tahapan pembelajaran penjasorkes. Saudara mempunyai cara untuk memanajemen kondisi kelas yang belum kondusif. Saudara mengetahui cara gerak struktur dan fungsi tubuh manusia. Saudara mengetahui cara membatu siswa dalam menggunakan alat-alat olahraga. Saudara mengetahui cara untuk membantu siswa yang belum dapat melakuakan gerakan tanpa menggunakan alat. Saudara melakukan tindakan berkenaan dengan lahan ajar yang belum memenuhi standar keselamatan. Saudara melakukan penataan lahan ajar pada saat proses pembelajaran . Saudara menggunakan dengan benar peralatan yang memenuhi standar keselamatan. Saudara melakukan tindakan terhadap peralatan yang belum memenuhi standar keselamatan. Saudara melakukan tindakan terhadap siswa yang berprilaku membahayakan keselamatan pada saat pembelajaran. Saudara melakukan tindakan terhadap kondisi dan posisi lapangan pada saat pembelajaran penjasorkes. Saudara melakukan tahapan pembelajaran dengan benar. 70
Lanjutan Lampiran 2. Angket Penelitian 45. 46. 47. 48.
Saudara melakukan tindakan pengelolaan terhadap kelas yang kondisinya belum kondusif. Saudara menggunakan struktur dan fungsi tubuh pada saat pembelajaran penjasorkes dengan benar. Saudara membantu siswa dalam melakukan gerakan menggunakan alat pada saat pembelajaran. Saudara membantu siswa dalam melakukan gerakan tanpa menggunakan alat pada saat pembelajaran penjasorkes.
71
Lampiran 3. Koding Uji Coba Instrumen Penelitian
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
34 10 01 11 11 11 10 11 00 11 11 11 10 11 11 00 11 11 10 11 10 10
Nomer Butir 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 2122 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 4344 45 46 47 48 Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 43 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 48 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 47 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 53 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 54 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 52 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 49 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 61 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 64 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 37 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 67 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 56
72
Lanjutan Lampiran 3. Koding Uji Coba Instrumen Penelitian Faktor 1
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
4 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0
5 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
Butir Soal 6 7 8 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
9 10 11 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
73
12 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 11 3 12 12 12 7 12 3 12 12 11 11 12 11 4 12 11 11 12 11 4
Lanjutan Lampiran 3. Koding Uji Coba Instrumen Penelitian Faktor 2
No 13 14 15 16 17 1 1 1 1 1 0 2 0 1 0 0 0 3 1 1 1 1 1 4 0 1 1 1 1 5 1 0 1 1 1 6 1 1 1 1 1 7 1 1 0 1 1 8 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 0 11 1 1 1 0 1 12 1 1 1 1 1 13 1 1 1 1 1 14 0 0 0 0 1 15 1 1 1 1 1 16 0 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 18 0 0 0 1 0 19 0 0 0 0 0 20 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 0
Butir Soal 18 19 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1
20 21 22 23 24 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
74
Jumlah 10 3 12 11 10 11 11 11 11 11 10 10 12 3 11 11 12 3 0 12 10
Lanjutan Lampiran 3. Koding Uji Coba Instrumen Penelitian Faktor 3
No 25 26 27 28 29 1 1 0 1 1 1 2 0 0 0 0 0 3 1 1 1 0 1 4 1 0 1 1 1 5 1 1 1 1 0 6 0 0 1 0 0 7 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 9 0 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 12 0 0 0 0 0 13 1 1 1 1 1 14 1 0 1 1 1 15 0 0 0 1 0 16 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 18 0 0 0 0 0 19 0 1 1 1 1 20 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 1
Butir Soal 30 31 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0
32 33 34 35 36 Jumlah 1 1 0 1 1 10 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 10 0 1 0 0 0 2 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 12 0 1 0 0 1 2 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 11 0 0 0 1 0 2 1 1 1 0 1 11 1 1 1 1 1 12 0 1 0 0 1 2 1 1 1 0 1 10 1 1 1 1 1 12 1 1 0 1 1 10
75
Lanjutan Lampiran 3. Koding Uji Coba Instrumen Penelitian Faktor 4
No 37 38 39 40 41 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0 1 3 0 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 5 1 1 1 0 1 6 1 0 1 1 1 7 0 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 9 0 0 0 1 0 10 1 1 0 1 1 11 1 1 1 1 1 12 1 1 0 0 0 13 0 1 0 0 1 14 1 1 1 1 1 15 1 1 1 1 1 16 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 18 0 0 1 0 0 19 1 1 1 1 1 20 1 1 1 1 1 21 1 1 0 1 1
Butir Soal 42 43 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
44 45 46 47 48 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
76
Jumlah 11 11 10 2 10 11 11 11 1 9 12 3 3 10 12 11 12 3 10 12 11
Lampiran 4. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Faktor 1. Menerima CORRELATIONS /VARIABEL=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 jumlah Correlations Variabel=jumlah Pearson Correlation
Probabilitas
N
Keterangan
p1
.815**
0.000
21
Valid
p2
.647**
0.002
21
Valid
p3
.815**
0.000
21
Valid
p4
.498*
0.022
21
Valid
p5
.550**
0.010
21
Valid
p6
.943**
0.000
21
Valid
p7
.647**
0.002
21
Valid
p8
.831**
0.000
21
Valid
p9
.773**
0.000
21
Valid
p10
.773**
0.000
21
Valid
p11
.815**
0.000
21
Valid
p12
.681**
0.001
21
Valid
Jumla h
1
21
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
77
Lanjutan Lampiran 4. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Reliability Scale: ALL VARIABEL Case Processing Summary
Cases
N
%
Valid
21
100.0
Excludeda
0
.0
Total
21
100.0
a. Listwise deletion based on all Variabel in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.769
13
78
Lanjutan Lampiran 4. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Faktor 2. Memahami CORRELATIONS /VARIABEL=p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 jumlah Correlations Variabel=jumlah Pearson Probabilitas Correlation
N
Keterangan
p13
.740**
0.000
21
Valid
p14
.728**
0.000
21
Valid
p15
.839**
0.000
21
Valid
p16
.728**
0.000
21
Valid
p17
.560**
0.008
21
Valid
p18
.728**
0.000
21
Valid
p19
.717**
0.000
21
Valid
p20
.728**
0.000
21
Valid
p21
.740**
0.000
21
Valid
p22
.574**
0.006
21
Valid
p23
.717**
0.000
21
Valid
p24
.770**
0.000
21
Valid
Jumla h
1
21
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
79
Lanjutan Lampiran 4. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Reliability Scale: ALL VARIABEL Case Processing Summary
Cases
N
%
21
100.0
Excluded
0
.0
Total
21
100.0
Valid a
a. Listwise deletion based on all Variabel in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.768
13
80
Lanjutan Lampiran 4. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Faktor 3. Menerjemahkan CORRELATIONS /VARIABEL=p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 p34 p35 p36 jumlah Correlations Variabel=jumlah Pearson Probabilitas Correlation
N
Keterangan
p25
.810**
0.000
21
Valid
p26
.735**
0.000
21
Valid
p27
.860**
0.000
21
Valid
p28
.735**
0.000
21
Valid
p29
.900**
0.000
21
Valid
p30
.984**
0.000
21
Valid
p31
.759**
0.000
21
Valid
p32
.830**
0.000
21
Valid
p33
.595**
0.004
21
Valid
p34
.835**
0.000
21
Valid
p35
.664**
0.001
21
Valid
p36
.732**
0.000
21
Valid
Jumlah
1
21
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
81
Lanjutan Lampiran 4. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Reliability Scale: ALL VARIABEL Case Processing Summary
Cases
N
%
21
100.0
Excluded
0
.0
Total
21
100.0
Valid a
a. Listwise deletion based on all Variabel in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.776
13
82
Lanjutan Lampiran 4. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Faktor 4. Menerapkan CORRELATIONS /VARIABEL=p37 p38 p39 p40 p41 p42 p43 p44 p45 p46 p47 p48 jumlah /PRINT=TWOTAIL NOSIG Correlations Variabel=jumlah Pearson Probabilitas Correlation
N
Keterangan
p37
.658**
0.001
21
Valid
p38
.603**
0.004
21
Valid
p39
.687**
0.001
21
Valid
p40
.601**
0.004
21
Valid
p41
.865**
0.000
21
Valid
p42
.886**
0.000
21
Valid
p43
.718**
0.000
21
Valid
p44
.790**
0.000
21
Valid
p45
.461*
0.035
21
Valid
p46
.845**
0.000
21
Valid
p47
.572**
0.007
21
Valid
p48
.845**
0.000
21
Valid
Jumlah
1
21
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
83
Lanjutan Lampiran 4. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Reliability Scale: ALL VARIABEL Case Processing Summary
Cases
N
%
21
100.0
Excluded
0
.0
Total
21
100.0
Valid a
a. Listwise deletion based on all Variabel in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.768
13
Hasil seluruh uji reliabilitas keseluruhan Case Processing Summary
Cases
N
%
Valid
21
100.0
Excludeda
0
.0
Total
21
100.0
a. Listwise deletion based on all Variabel in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .768
49
84
Lampiran 5. Koding Hasil Penelitian
85
Lanjutan Lampiran 5. Koding Hasil Penelitian Faktor 1
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1
3 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
Butir Soal 6 7 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1
8 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1
86
9 10 11 12 Jumlah 0 1 1 1 8 0 1 1 1 9 1 1 1 1 9 1 1 1 1 9 1 1 1 1 8 0 1 1 1 8 1 1 1 1 12 1 1 1 1 11 1 1 1 1 12 0 1 1 1 8 0 1 1 1 10 0 1 1 1 8 1 1 1 1 8 1 1 1 1 8 1 1 1 1 10 1 1 1 1 10 1 1 1 1 10 0 1 1 1 8 0 1 1 1 8 1 1 1 1 8 0 1 1 1 9
Lanjutan Lampiran 5. Koding Hasil Penelitian Faktor 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
13 14 15 16 17 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
Butir Soal 18 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 21 22 23 24 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
87
Jumlah 10 9 12 11 10 11 11 11 12 10 12 12 12 11 10 11 11 10 12 11 12
Lanjutan Lampiran 5. Koding Hasil Penelitian Faktor 3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
25 26 27 28 29 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
Butir Soal 30 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 33 34 35 36 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
88
Jumlah 11 10 11 10 11 10 11 11 12 12 10 12 12 11 12 11 11 11 10 11 11
Lanjutan Lampiran 5. Koding Hasil Penelitian Faktor 4 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
37 38 39 40 41 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Butir Soal 42 43 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
44 45 46 47 48 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
89
Jumlah 10 9 12 10 10 12 10 10 10 10 11 12 11 10 10 11 12 11 9 11 12
Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian Frequency Table p1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
4
19.0
19.0
19.0
1
17
81.0
81.0
100.0
Total
21
100.0
100.0
p2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
6
28.6
28.6
28.6
1
15
71.4
71.4
100.0
Total
21
100.0
100.0
p3 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
12
57.1
57.1
57.1
1
9
42.9
42.9
100.0
21
100.0
100.0
Total
p4 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p5 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
4
19.0
19.0
19.0
1
17
81.0
81.0
100.0
Total
21
100.0
100.0
90
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian p6 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
14
66.7
66.7
66.7
1
7
33.3
33.3
100.0
21
100.0
100.0
Total
p7 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p8 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
12
57.1
57.1
57.1
1
9
42.9
42.9
100.0
21
100.0
100.0
Total
p9 Frequency Valid
0 1 Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
9
42.9
42.9
42.9
12 21
57.1 100.0
57.1 100.0
100.0
p10 Frequency Valid
1
21
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p11 Frequency Valid
1
21
Percent 100.0
91
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian p12 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p13 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p14 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p15 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
6
28.6
28.6
28.6
1
15
71.4
71.4
100.0
Total
21
100.0
100.0
p16 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
3
14.3
14.3
14.3
1
18
85.7
85.7
100.0
Total
21
100.0
100.0
p17 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
1
4.8
4.8
4.8
1
20
95.2
95.2
100.0
Total
21
100.0
100.0
92
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian p18 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p19 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p20 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
5
23.8
23.8
23.8
1
16
76.2
76.2
100.0
Total
21
100.0
100.0
p21 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
2
9.5
9.5
9.5
1
19
90.5
90.5
100.0
Total
21
100.0
100.0
p22 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p23 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
2
9.5
9.5
9.5
1
19
90.5
90.5
100.0
Total
21
100.0
100.0
93
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian p24 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
2
9.5
9.5
9.5
1
19
90.5
90.5
100.0
Total
21
100.0
100.0
p25 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p26 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
1
4.8
4.8
4.8
1
20
95.2
95.2
100.0
Total
21
100.0
100.0
p27 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p28 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
7
33.3
33.3
33.3
1
14
66.7
66.7
100.0
Total
21
100.0
100.0
94
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian P29 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
8
38.1
38.1
38.1
1
13
61.9
61.9
100.0
Total
21
100.0
100.0
p30 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p31 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p32 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
1
4.8
4.8
4.8
1
20
95.2
95.2
100.0
Total
21
100.0
100.0
p33 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
4
19.0
19.0
19.0
1
17
81.0
81.0
100.0
Total
21
100.0
100.0
p34 Frequency Valid
1
21
Percent 100.0
95
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian
p35 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p36 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p37 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p38 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
1
4.8
4.8
4.8
1
20
95.2
95.2
100.0
Total
21
100.0
100.0
p39 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
7
33.3
33.3
33.3
1
14
66.7
66.7
100.0
Total
21
100.0
100.0
96
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian P40 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
8
38.1
38.1
38.1
1
13
61.9
61.9
100.0
Total
21
100.0
100.0
p41 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p42 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
4
19.0
19.0
19.0
1
17
81.0
81.0
100.0
Total
21
100.0
100.0
p43 Frequency Valid
1
Percent
21
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p44 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
6
28.6
28.6
28.6
1
15
71.4
71.4
100.0
Total
21
100.0
100.0
97
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian p45 Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
0
2
9.5
9.5
9.5
1
19
90.5
90.5
100.0
Total
21
100.0
100.0
p46 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
1
4.8
4.8
4.8
1
20
95.2
95.2
100.0
Total
21
100.0
100.0
p47 Frequency Valid
1
21
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
p48 Frequency Valid
1
21
Percent 100.0
98
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian FREQUENCIES VARIABLES=KESELURUHAN MENERIMA MEMAHAMI ME NERJEMAHKAN MENERAPKAN /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SUM /HISTOGRAM /ORDER=ANALYSIS. Statistik Keseluruhan Menerima Memahami Menerjemahkan Menerapkan N
Valid
21
21
21
21
21
Missi ng
0
0
0
0
0
Mean
41.7619
9.0952
11.0000
11.0000
10.6190
Median
42.0000
9.0000
11.0000
11.0000
10.0000
40.00
a
8.00
11.00
11.00
10.00
2.27826
1.33809
.89443
.70711
.97346
5.190
1.790
.800
.500
.948
9.00
4.00
3.00
2.00
3.00
Minimum
37.00
8.00
9.00
10.00
9.00
Maximum
46.00
12.00
12.00
12.00
12.00
877.00
191.00
231.00
231.00
223.00
Mode Std. Deviation Variance Range
Sum
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
99
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian Frekuensi Tabel 1. Keseluruhan
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
37
1
4.8
4.8
4.8
39
2
9.5
9.5
14.3
40
5
23.8
23.8
38.1
41
2
9.5
9.5
47.6
42
1
4.8
4.8
52.4
43
4
19.0
19.0
71.4
44
5
23.8
23.8
95.2
46
1
4.8
4.8
100.0
21
100.0
100.0
Total
2. Menerima
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
10
47.6
47.6
47.6
9
4
19.0
19.0
66.7
10
4
19.0
19.0
85.7
11
1
4.8
4.8
90.5
12
2
9.5
9.5
100.0
21
100.0
100.0
Total
100
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian 3. Memahami
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
9
1
4.8
4.8
4.8
10
5
23.8
23.8
28.6
11
8
38.1
38.1
66.7
12
7
33.3
33.3
100.0
21
100.0
100.0
Total
4. Menerjemahkan
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
10
5
23.8
23.8
23.8
11
11
52.4
52.4
76.2
12
5
23.8
23.8
100.0
21
100.0
100.0
Total
5. Menerapkan
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
9
2
9.5
9.5
9.5
10
9
42.9
42.9
52.4
11
5
23.8
23.8
76.2
12
5
23.8
23.8
100.0
21
100.0
100.0
Total
101
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian Histogram Penelitian
102
Lanjutan Lampiran 6. Hasil Olah Data Penelitian
103
Lampiran 7. Tabel Korelasi Product Moment
104
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian FIK UNY
105
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian PEMKOT YOGYAKARTA
106
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA BANTUL
107