BAB I PENDAHULUAN
1.1
TUGAS POKOK DAN FUNGSI Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 103/MIND/PER/12/2008 perihal Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang langsung dibawah tanggung jawab Kementerian Perindustrian cq Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah dengan level struktur organisasi eselon III. Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia mempunyai tugas utama melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan, pengembangan desain dan pelayanan konsultasi di bidang persepatuan nasional. Dalam menjalankan tugas pokok yang dimaksud tersebut, BPIPI mempunyai beberapa fungsi utama antara lain: a. Penyusunan rencana, program dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang persepatuan b. Pelaksanaan layanan bimbingan teknis produksi sepatu dan manajemen persepatuan c. Pelaksanaan pengembangan desain di bidang persepatuan d. Pelayanan informasi teknologi persepatuan e. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, inventarisasi barang milik negera, tata persuratan, perlengkapan, kearsipan, tumah tangga, kordinasi penyusunan bahan rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan serta pengelolaan perpustakaan BPIPI. Dengan gambaran struktur organisasi saat ini 2 (dua) seksi dan 1 (satu) subbag tata usaha ditambah fungsional akan efektif menunjang kinerja organisasi yang berorientasi pada efisien struktur dan kaya fungsi.
1
1.2
PERAN STRATEGIS BALAI PENGEMBANGAN INDUSTRI PERSEPATUAN INDONESIA Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia mempunyai posisi penting dalam rantai nilai industri alas kaki nasional baik pada skala industri kecil hingga besar. Peranan BPIPI dalam industri hulu alas kaki terletak pada bagaimana proses dan kualitas produk bahan baku alas kaki terjamin dan menunjang produk jadi alas kaki. Di pusat rantai nilai industri alas kaki, BPIPI bertanggungjawab pada penyiapan SDM dan standardisasi proses produksi. Sedangkan di sektor hulu, BPIPI mampu memberikan jaminan bahwa poduk akhir alas kaki berkualitas, mampu diterima pasar dengan baik dan menjadi produk unggulan nasional. Sesuai tugas pokok dan fungsinya, BPIPI sebagai pusat pendidikan dan pelatihan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan sumber daya manusia khususnya di bidang persepatuan sehingga diharapkan terciptanya tenaga kerja kompeten dan trampil berdasarkan standar yang berlaku internasional. Didukung dengan seperangkat mesin dan peralatan modern untuk memproduksi persepatuan sesuai standar internasional. Misi pelatihan ini merupakan salah satu fokus penting BPIPI untuk memberikan kontribusi pada pemberdayaan tenaga kerja sekaligus bagian strategi investasi SDM (sumber daya manusia) di industri persepatuan. Mengapa strategi ini penting karena salah satu unsur penting daya saing industri adalah SDM. Tujuan utama dari pemberdayaan ini ialah bagaimana menanamkan budaya kerja yang produktif dan efisien. Kedua, budaya tersebut sangat dibutuhkan pada level industri dimana unsur manusia merupakan faktor terpeniting yang harus dibangun terlebih dahulu ialah membangun sejak dini budaya kerja konstruktif baik bagi SDM maupun industri. Karena bagaimanapun membangun budaya kerja membutuhkan variabel waktu cukup lama dan faktor keberlanjutan yang konsisten. Hal tersebut membutuhkan energi yang besar untuk paling tidak 2
bertahan (survive) apalagi keberadaan BPIPI mampu memberikan nilai tambah bagi industri khususnya persepatuan di Indonesia. Dan yang terpenting lagi ialah hasil pelatihan SDM di BPIPI sudah dapat dimanfaatkan langsung oleh beberapa perusahaan alas kaki nasional. Dalam upaya semakin memperkuat fungsi pendidikan ini, BPIPI harus melakukan strategic partnership dengan akademi/perguruan tinggi yang lebih intensif. Dengan mengedepankan fungsi pendidikan, BPIPI berharap sebagai academic centre persepatuan nasional dan kontributor utamanya adalah akademi/perguruan tinggi BPIPI sebagai pusat pengujian dan sertifikasi produk dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan peningkatan kualitas hasil produksi persepatuan agar sesuai dengan standar internasional. Sebagai bagian dari paket layanan industri persepatuan di Indonesia, BPIPI juga akan dilengkapi peralatan uji produk kulit atau laboratorium. Pada periode 2006 BPIPI masih dilengkapi alat uji kekuatan sepatu dan beberapa IKM dan industri sepatu sudah mengujikan kekuatan produk sepatu. Pada akhir tahun 2013 beberapa peralatan standar pengujian laboratorium sudah dapat dilengkapi sehingga diharapkan sosialisasi mengenai standarisasi produk alas kaki dengan sadar uji produk dapat segera dilaksanakan. Dengan adanya fasilitas laboratorium ini diharapkan semakin melengkapi pelayanan BPIPI sebagai salah satu lembaga uji dan sertifikasi produk alas kaki. Namun beberapa hal yang menjadi hambatan dalam menjalankan fungsi laboratorium adalah belum adanya tenaga khusus untuk manajemen laboratorium yang baik dan sesuai standar industri dengan jasa klasifikasi produk dan flow certification yang jelas. Program kerjasama dengan lembaga riset industri seperti SATRA akan menjadi nilai tambah bagi BPIPI dalam upaya rebranding organisasi dimata industri besar, tentunya dengan harapan segmen industri besar dan menengah ini lebih banyak memanfaatkan fasilitas testing di BPIPI. Bagaimana dengan industri kecil, untuk IKM diharapkan mendapatkan fasilitas testing dengan pendekatan intervensi, dengan harapan meningkatkan kualitas produk alas kaki domestik. 3
BPIPI sebagai pusat penelitian dan pengembangan dapat memberikan kontribusi di bidang pengembangan desain produk persepatuan yang up to date serta dapat memberikan dukungan di dalam hal pembuatan pola dan grading hingga ke pembuatan Shoe Last dan Clicking Knifes yang effisien dalam waktu singkat. Didukung dengan seperangkat peralatan CAD / CAM dan seperangkat mesin pembuatan Shoe Last dan Clicking Knifes. Sebagai lembaga jasa aktifitas penting pada sisi internal ialah penelitian dan pengembangan (R&D). Proses ini membutuhkan kesiapan SDM internal BPIPI dan peralatan pendukung yang memadai. Sebagai fokus pengembangan, aktifitas R&D BPIPI difokuskan pada pengembangan–pengembangan peralatan/permesinan pada industri alas kaki yang tepat guna (TTG) dan pengembangan desain model sepatu casual (kulit) secara. Pada setiap aktifitas pelatihan sepatu khususnya desain pada tiap-tiap angkatan pelatihan akan diterapkan desain dan model yang terbaru. BPIPI sebagai pusat konsultasi teknis persepatuan dapat memberikan kontribusi dalam hal penyuluhan teknis atau bimbingan teknis serta konsultasi kepada produsen persepatuan agar dapat meningkatkan kualitas, manajerial, dan efisiensi. Bentuk pelayanan yang dijalankan oleh BPIPI ialah memberikan jasa konsultasi teknis persepatuan dan manajemen. Aktifitas ini merupakan wujud kepedulian terhadap keberlanjutan program-program yang telah dikembangkan. Fokus aktifitas ini lebih pada pendampingan dan pembinaan industri alas kaki baik kecil, menengah dan besar. Sebagai bentuk korelasi dengan layanan pertama BPIPI yaitu pelatihan dan pendidikan. Konsultasi teknis dan menejemen yang diberikan lebih dititikberatkan pada bagaimana para alumni sekaligus mitra atau partner yang tergabung pada rantai nilai industri alas kaki dapat menjalankan budaya kerja produktif dan efisien di lapangan. Salah satu alat atau metode penting yang BPIPI gunakan adalah bagaimana setiap entitas SDM atau perusahaan dapat menjalankan budaya 7S (Short, Set in Order, Shine, Sustain, Standart, Safety, Smile). Dengan pendampingan industri baik 4
kecil, menengah, besar alas kaki, metode 7S cukup memberikan nilai tambah pada peningkatan produktifitas dan efisiensi. Tentunya penerapan metode ini tidak semuanya dapat disamakan untuk masing-masing entitas. Banyak tantangan yang dihadapi dalam menerapkan budaya tersebut, disamping BPIPI juga harus mempunyai budaya tersebut. Sehingga aplikasi dilapangan akan sangat berbeda untuk masing-masing perusahaan. BPIPI sebagai pusat informasi dan perdagangan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal penyebaran informasi tentang trend dan perdagangan internasional yang berkenaan dengan persepatuan dunia sehingga diharapkan para produsen persepatuan dalam negeri dapat selalu up to date dengan perkembangan persepatuan di luar negeri. Di samping itu BPIPI berfungsi sebagai penghubung perdagangan antara pembeli dari luar negeri dengan produsen persepatuan dalam negeri. Terdapat dua aktifitas penting yang dilakukan yaitu mengikuti pameran dan misi dagang. Pada setiap pameran yang BPIPI ikuti selalu mengikutsertakan setidaknya industri kecil dan menengah untuk memamerkan produk unggulannya sekaligus memperkenalkan profile perusahaan, disamping misi BPIPI untuk sosialisasi kelembagaan kepada caloncalon mitra/partner BPIPI. Dengan demikian maka melihat fungsi dari BPIPI maka sangat bermanfaat bagi produsen persepatuan di Indonesia untuk lebih mampu bersaing dalam percaturan perdagangan global.
1.3
STRUKTUR
ORGANISASI
BALAI
PENGEMBANGAN
INDUSTRI
PERSEPATUAN INDONESIA Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor
103/M-
IND/PER/12/2008 perihal Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)
5
yang langsung dibawah tanggung jawab Kementerian Perindustrian cq Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah dengan level struktur organisasi eselon III. Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia
Subbag Tata Usana
Desain & Pengembangan
Pendidikan & Pelatihan Kelompok Fungsional
Gambar 1.1. Struktur Organisasi BPIPI
Tugas Pokok masing-masing bagian/unit kerja adalah sebagai berikut: 1. Kepala BPIPI Mengemban tugas memimpin Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia dalam hal perumusan pengembangan organisasi, pembinaan dan dukungan adminitrasi di lingkungan BPIPI. 2. Subbag Tata Usaha Mengemban tugas pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, inventarisasi barang milik negera, tata persuratan, perlengkapan, kearsipan, tumah tangga, kordinasi penyusunan bahan rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan serta pengelolaan perpustakaan BPIPI. 3. Pendidikan & Pelatihan Mengemban tugas pelaksanaan penyusunan rencana, program dan pendidikan dan pelatihan di bidang persepatuan dan pelaksanaan layanan bimbingan teknis produksi sepatu dan manajemen persepatuan. 6
4. Desain & Pengembangan Mengemban tugas Pelaksanaan pengembangan desain di bidang persepatuan dan pelayanan informasi teknologi persepatuan. Disamping itu terdapat kelompok fungsional yang mengemban tugas memberikan dukungan teknis untuk semua pelaksanaan operasional organisasi sesuai kompetensi yang dimiliki.
7
BAB II RENCANA DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1
RENCANA STRATEGIS 2010 – 2014 Rencana Strategis Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia 2010 – 2014 dimaksudkan merencanakan kontribusi kinerja yang optimal pada peningkatan daya saing industri persepatuan nasional. Kiprah dan kontribusi selama 9 (sembilan) tahun menjadi milestone yang sangat berarti dalam membangun industri persepatuan di Indonesia. Inisiatif untuk mengawali sebuah kebijakan industrialisasi sektor persepatuan didasarkan pada peluang untuk mampu mengambil kesempatan bersaing lebih baik dalam upaya kemajuan industri persepatuan. A. Visi Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) VISI: ”Mewujudkan Pusat Pelayanan yang Profesional Menuju Industri Persepatuan Berdaya Saing Global” Deskripsi Organisasi : 1. Mewujudkan : Merupakan bentuk lain dari komitmen semangat tim baik secara fisik maupun spirit terhadap sasaran dan tujuan bersama 2. Pusat Pelayanan : Sebuah konsep sekaligus implementasi bagaimana secara total memberikan penghargaan kepada pelanggan dengan layanan, dimana masing-masing personil organisasi adalah pelayan dengan sebaik-baiknya melayani orang lain dan diri sendiri. 3. Profesional : Sebuah tahapan organisasi atau personil yang sudah melalui proses panjang pengabdian kepada ilmu pengetahuan dan lingkungan sehingga sangat layak baik secara organisasi atau personil memberikan layanan sesuai kapasitas dan wewenangnya
8
4. Industri Persepatuan : Sebuah potensi bangsa yang layak untuk dijadikan pengabdian bagi generasi bangsa. Sebuah potensi yang menggerakkan sumber daya dan ekonomi lokal, yang harus terus menerus dikembangkan guna kepeningan bangsa. 5. Berdaya : Tidak hanya tuntutan semata, menjadi organisasi sekaligus yang berdaya, mempunyai kekuatan, energi positif, kapasitas, wewenang, fokus dan kejujuran sudah menjadi kewajiban. 6. Saing
:
Merupakan
konteks
kompetitif
bagaimana
posisi
tawar
organisasi/personil di mata pihak lain, sekaligus merupakan konten komparatif bagaimana organisasi/personil mempunyai kinerja yang mampu di nilai oleh ukuran-ukuran normatif. 7. Global : Ruang lingkup organisasi yang semakin hari semakin tiada batas dan dinamis menuntut perubahan pola pikir/paradigma yang inivatif dan tiada batas. B. Misi Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) MISI: 1. Memberikan pelayanan pendidikan dan pelatihan 2. Memberikan bantuan konsultasi teknis dan manajemen 3. Mengembangkan pusat desain persepatuan 4. Memberikan informasi teknologi dan promosi persepatuan 5. Memberikan pelayanan pengujian mutu / sertifikasi Deskripsi Misi : 1. Memberikan pelayanan pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan Pelatihan menjadi salah satu fokus program BPIPI dalam jangka waktu 5 tahun kedepan. Sebagai salah satu misi utama organisasi, pendidikan dan pelatihan yang diberikan BPIPI. Saat ini BPIPI sudah menyusuan kurikulum dan silabus pelatihan untuk desain, pecah pola, teknologi produksi, manajemen produksi, jahit Alas Kaki ”upper” dan lean 9
manufaktur. Kedepan masih sangat memungkinkan adanya perbaikan dan perbaruan kurikulum sesuai standard industri. 2. Memberikan bantuan konsultasi teknis dan manajemen Program konsultasi ini terkait dengan tugas dan fungsi pokok pembinaan industri persepatuan. Tidak hanya terbatas pada konsultasi teknis, tim BPIPI dengan kompetensi masing-masing juga memberikan konsultasi manajemen kepada industri, terutama manajemen produksi. 3. Mengembangkan pusat desain persepatuan Salah satu program organisasi kedepan ialah, bagaimana menyiapkan database design dengan didukung piranti hardware dan software sebagai salah satu referensi model dan desain untuk Alas Kaki casual (berbahan kulit) di Indonesia. 4. Memberikan informasi teknologi dan promosi persepatuan Sebagai salah satu tugas penting lembaga pelayanan ialah menyediakan informasi yang cukup mengenai perkembangan teknologi produksi, kondisi pasar, design terbaru dan informasi perdagangan dengan tujuan membantu percepatan penyampaian informasi. 5. Memberikan pelayanan pengujian mutu dan sertifikasi Untuk memenuhi kebutuhan industri terhadap pelayanan uji produk, maka BPIPI memberikan jasa layanan tes uji laboratorium untuk produk Alas Kaki. Pelayanan uji ini penting untuk peningkatan kualitas dan pelaksanaan standard produk Alas Kaki. C. Tujuan Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Pembangunan industri persepatuan nasional merupakan bagian penting sebagai penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu pengembangan industri persepatuan harus mampu memberikan nilai tambah pada ekonomi domestik, pembangunan aspek sosial dan politik.
10
Secara kuantitatif peran industri persepatuan harus memberikan dampak pada kontribusi peningkatan kualitas proses dan produk akhir alas kaki maka hal ini akan dijabarkan dalam tujuan organisasi sebagai berikut: 1. Meningkatkan daya saing industri persepatuan 2. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas SDM untuk kebutuhan industri persepatuan 3. Memperkuat struktur industri persepatuan 4. Menyediakan jasa layanan desain, kualitas dan uji produk persepatuan yang prima D. Sasaran Strategis Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Dalam mewujudkan tujuan tersebut di atas, diperlukan upaya yang sistematis dan terstruktur dengan baik. Upaya-upaya tersebut dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi kepentingan seluruh stakeholders BPIPI sebagai berikut: 1. Terciptanya SDM persepatuan yang kompeten Sebagai target utama, BPIPI menginginkan terwujudnya sebuah lembaga yang memfasilitasi SDM Indonesia dengan keterampilan dan pengetahuan industri persepatuan yang dipercaya. Sasaran ini akan dicapai dengan programprogram pelatihan, pendampingan secara konsisten kepada pelaku industri kecil, menengah dan besar dengan Indikator Kinerja Utama terdiri dari: Terpenuhinya kebutuhan SDM IKM alas kaki yang terampil 2. Meningkatnya mutu produk Alas Kaki dalam negeri Salah satu faktor kekuatan daya saing produk dan layanan industri persepatuan Indonesia adalah terciptanya konsistensi standard mutu. BPIPI ingin berperan dalam aspek tersebut dengan memfasilitasi sektor industri dalam upaya standardisasi mutu dengan Indikator Kinerja Utama terdiri dari: 11
Jumlah IKM yang disurvei dalam rangka monitoring dan evaluasi 3. Terciptanya desain-desain yang inovatif Fungsi utama BPIPI adalah sebagai pusat informasi desain-desain terkini produk persepatuan. Tugas tersebut dengan konsisten digulirkan oleh BPIPI dengan terus mengoptimalkan Pusat Desain Persepatuan di Indonesia dengan Indikator Utama Kinerja terdiri dari: Jumlah kegiatan yang berbasis pada inovasi dan komunitas kreatif Pemanfaatan hasil inovasi prototype dan pengembangan produk industri 4. Terwujudnya Alas Kaki sebagai produk unggulan nasional Sebagai representasi dari pemerintah sekaligus industri persepatuan nasional, BPIPI mempunyai peran ganda dalam memfasilitasi regulasi industri dalam upaya misi pemerintah dalam sektor industri sekaligus menjaring kebutuhan industri persepatuan dalam upaya strategi untuk maju dan berkembang dengan Indikator Utama Kinerja terdiri dari: Jumlah kegiatan promosi dan akses pasar 5. Tersedianya sertifikasi hasil uji mutu produk Alas Kaki Dalam kompetisi global saat ini, sektor industri persepatuan dituntut untuk terus menerus memberikan produk yang berkualitas. Salah satu fungsi BPIPI untuk mewujudkan hal tersebut adalah memfasiitasi sertifikasi uji mutu produk Alas Kaki dalam upaya menjamin konsistensi kualitas produk dengan Indikator Kinerja Utama terdiri dari: Semakin lengkap dukungan infrastuktur uji produk alas kaki Pemanfaatan peralatan uji oleh industri alas kaki
12
E. Peta Strategis Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Berdasarkan visi dan misi organisasi, BPIPI menyusun sebuah peta strategi utama dalam upaya mewujudkan cita-cita organisasi. Strategi di susun untuk mempermudah manajemen organisasi dalam mengatur sumber daya yang dimiliki supaya optimal dalam mencapat sasaran strategis yang sudah ditetapkan.
STAKEHOLDERS, MASYARAKAT & ALUMNI
Meningkatnya Daya Saing Industri Persepatuan
Tingginya Nilai Kepuasan Masyarakat Persepatuan
Alumni Achievement Tingginya Apresiasi Kementerian Perindustraian
Tingginya Ketepatan Sasaran Program
Berjalannya Program Sosial Kemasyarakatan
Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Pelayanan
Tingginya Jaminan Dalam Pelayanan
OPERASIONAL
Meningkatnya Efisiensi dan Efektifitas Pelayanan
Tingginya Tingkat Kecepatan dan Akurasi Pelayanan Rasio Lead Time yang Rendah
Meningkatnya Standard Opersional Manajemen
Terciptanya Iklim dan Nuansa Kerja Positif Konsistennya Pelaksanaan Standardisasi Manajemen Meratanya Tingkat Kompetensi Karyawan Kuat dan Tingginya Motivasi dalam Tim Kerja Tingginya Tingkat Inovasi Karyawan
Tingginya Tingkat Partisipasi Karyawan
Aktifnya Pemberdayaan dan Pelatihan pada Karyawan
Cukupnya Ketersediaan Akses Data & Informasi
Tingginya Akuntabilitas Kepada Publik
Tingginya Efisiensi Biaya Layanan
Tingginya Nilai Tambah Keuangan
KEUANGAN
Tingginya Tingkat Kepuasan Karyawan
PEMBERDAYAAN DAN KAPASITAS SDM
Tingginya Tingkat Partisipasi Masyarakat
Tingginya Pertumbuhan
Gambar 2.1. Peta Strategi BPIPI
13
2.2
RENCANA KINERJA TAHUN 2012 Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam rencana strategis BPIPI 2010-2014, berdasarkan hasil evaluasi kinerja tahun 2011 telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dari masing-masing sasaran strategis yang akan dicapai Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia pada tahun 2012 sebagai berikut: 1. Terciptanya SDM persepatuan yang kompeten Sebagai target utama, BPIPI menginginkan terwujudnya sebuah lembaga yang memfasilitasi SDM Indonesia dengan keterampilan dan pengetahuan industri persepatuan yang dipercaya. Sasaran ini akan dicapai dengan programprogram pelatihan, pendampingan secara konsisten kepada pelaku industri kecil, menengah dan besar dengan Indikator Kinerja Utama terdiri dari: Terpenuhinya kebutuhan SDM IKM alas kaki yang terampil tahun 2012 sebesar 400 Personil 2. Meningkatnya mutu produk Alas Kaki dalam negeri Salah satu faktor kekuatan daya saing produk dan layanan industri persepatuan Indonesia adalah terciptanya konsistensi standard mutu. BPIPI ingin berperan dalam aspek tersebut dengan memfasilitasi sektor industri dalam upaya standardisasi mutu dengan Indikator Kinerja Utama terdiri dari: Jumlah IKM yang disurvei dalam rangka monitoring dan evaluasi sebanyak 50 IKM 3. Terciptanya desain-desain yang inovatif Fungsi utama BPIPI adalah sebagai pusat informasi desain-desain terkini produk persepatuan. Tugas tersebut dengan konsisten digulirkan oleh BPIPI dengan terus mengoptimalkan Pusat Desain Persepatuan di Indonesia dengan Indikator Utama Kinerja terdiri dari: 14
Jumlah kegiatan yang berbasis pada inovasi dan komunitas kreatif sebanyak 3 Kegiatan Pemanfaatan hasil inovasi prototype dan pengembangan produk industri sebanyak 100 desain & 25 prototype 4. Terwujudnya Alas Kaki sebagai produk unggulan nasional Sebagai representasi dari pemerintah sekaligus industri persepatuan nasional, BPIPI mempunyai peran ganda dalam memfasilitasi regulasi industri dalam upaya misi pemerintah dalam sektor industri sekaligus menjaring kebutuhan industri persepatuan dalam upaya strategi untuk maju dan berkembang dengan Indikator Utama Kinerja terdiri dari: Jumlah kegiatan promosi dan akses pasar sebanyak 3 kegiatan 5. Tersedianya sertifikasi hasil uji mutu produk Alas Kaki Dalam kompetisi global saat ini, sektor industri persepatuan dituntut untuk terus menerus memberikan produk yang berkualitas. Salah satu fungsi BPIPI untuk mewujudkan hal tersebut adalah memfasiitasi sertifikasi uji mutu produk Alas Kaki dalam upaya menjamin konsistensi kualitas produk dengan Indikator Kinerja Utama terdiri dari: Semakin lengkap dukungan infrastuktur uji produk alas kaki sesuai standard akreditasi laboratoruim SATRA grade A Pemanfaatan peralatan uji oleh industri alas kaki sebanyak 50 LHU 2.3
PENETAPAN KINERJA Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun, dengan dukungan dukungan pembiayaan dalam DIPA tahun anggaran 2012, maka ditetapkanlah kinerja yang akan dicapai. Penetapan kinerja ini merupakan tolok ukur akuntabilitas kinerja pada akhir 2012 yang disusun berdasarkan Rencana Kinerja Tahun 2012 yang telah ditetapkan. Namun juga masih dimungkinkan adanya review atas beberapa 15
indikator dengan dasar perubahan penajaman target dan penyesuaian target karena keterbatasan data dan informasi. Sasaran Strategis Terciptanya SDM Persepatuan yang kompeten Meningkatnya mutu produk Alas Kaki dalam neger
Terciptanya desaindesain yang inovatif
Indikator Kinerja Terpenuhinya kebutuhan SDM IKM alas kaki yang terampil tahun 2012 Jumlah IKM yang disurvei dalam rangka monitoring dan evaluasi 1. Jumlah kegiatan yang berbasis pada inovasi dan komunitas kreatif 2. Pemanfaatan hasil inovasi prototype dan pengembangan produk industri
Terwujudnya alas kaki sebagai produk unggulan nasional
Jumlah kegiatan promosi dan akses pasar
Tersedianya sertifikasi hasil uji mutu produk alas kaki
1. Semakin lengkapnya infrastruktur uji produk alas kaki sesuai standard akreditas laboratorium SATRA 2. Pemanfaatan peralatan uji oleh industri alas kaki
Target
Realisasi
400
330
personil
50
50
IKM
3
3
Kegiatan
100 25
100 25
Desain Prototype
3
3
Kegiatan
A
A
Grade
50
90
LHU
Satuan
Tabel 2.1. Penetapan Kinerja BPIPI
2.4
RENCANA ANGGARAN Dalam upaya mewujudkan kinerja yang telah ditetapkan untuk tahun 2012, Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia didukung olah dana APBN sebesar Rp. 9.000.000.000,Sebagai gambaran umum, tahun 2012 komposisi anggaran BPIPI dilihat dari hasil keluaran terdiri dari 3 (tiga) output sebagai berikut : 1. Fasilitasi Peningkatan Pelayanan IKM melalui UPT
(Rp. 8.752.077.000)
2. Layanan Perkantoran
(Rp. 1.518.417.000)
3. Kendaraan Bermotor
(Rp. 538.000.000) 16
Untuk komposisi anggaran 2012 dilihat dari klasifikasi jenis belanja sebagai berikut : 1. Kelompok Belanja Barang (52) total anggaran Rp. 6.904.716.000,a. Sub Kelompok Belanja (5211) senilai Rp. 472.370.000,b. Sub Kelompok Belanja (5212) senilai Rp. 2.610.620.000,c. Sub Kelompok Belanja (5221) senilai Rp. 1.750.980.000,d. Sub Kelompok Belanja (5231) senilai Rp. 317.336.000,e. Sub Kelompok Belanja (5241) senilai Rp. 1.286.410.000,f. Sub Kelompok Belanja (5242) senilai Rp. 467.000.000,2. Kelompok Belanja Modal (53) total anggaran Rp. 3.173.517.000,a. Sub Kelompok Belanja (5321) senilai Rp. 3.147.505.000b. Sub Kelompok Belanja (5361) senilai Rp. 26.012.000,3. Kelompok Belanja Pegawai (51) total anggaran Rp. 703.261.000 No
Output/Suboutput
1. 2.
Penunjang Perkantoran Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkuatan dan Peningkatan Kinerja & Standard Layanan Pameran/Promosi DN/LN Pelatihan SDM BPIPI Studi Banding LN Program Peta Potensi IKM Alas Kaki Program Peningkatan Kualitas Desain Alas Kaki Nasional Revitalisasi Mesin & Alat Pelatihan IKM Alas Kaki Evaluasi & Pelaporan Gaji Pokok & Tunjangan Operasional & Pemeliharaan Perkantoran Kendaraan Roda-6 Kendaraan Roda-2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Komposisi Anggaran 1.494.362.000 279.505.000 97.750.000 281.000.000 593.030.000 191.000.000 571.260.000 80.700.000 2.330.000.000 2.796.970.000 7.500.000 703.261.000 815.156.000 493.000.000 45.000.000
Tabel 2.2. Output dan Suboutput DIPA BPIPI 2012
17
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PERINDUSTRIAN
Akuntabilitas kinerja organisasi diukur dalam rangka merepresentasikan sekaligus menggambarkan capaian kinerja Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia tahun anggaran 2012. Akuntabilitas kinerja ini mencakup analisis capaian kinerja sasaran, analisis kinerja kelembagaan dan analisis kinerja keuangan. 3.1
ANALISIS CAPAIAN KINERJA KELEMBAGAAN BPIPI TAHUN 2012 Salah satu potensi yang mampu menggerakkan sektor industri alas kaki adalah IKM yang didukung penuh oleh industri besar yang dibingkai dalam hubungan kemitraan yang saling menguntungkan. Mengacu roadmap yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian RI, Tahun 2030 Indonesia akan menjadi pusat manufaktur alas kaki yang berkualitas dunia. Sebuah tantangan sekaligus ancaman. Tergantung perspektif sisi mana kita gunakan sebagai masyarakat industri alas kaki Indonesia. Perspektif ini harus digunakan secara proporsional, karena keduanya (tantangan dan ancaman) akan sangat berguna untuk menyusun strategi kedepan secara sistematis dan terukur. Perspektif Tantangan, adalah sebuah sudut pandang positif bagaimana melihat masa depan industri alas kaki dari sisi skenario/gambaran/kondisi terbaik yang akan dicapai. Berawal dari titik ini, Industri Alas Kaki harus menyiapkan diri dan potensi internalnya untuk memperoleh manfaat dan nilai tambah sebesarsebesarnya bagi masyarakat. Diperlukan strategi untuk menangkap peluang di masa depan. Perspektif Ancaman, sebuah sudut pandang (bukan negatif) yang melihat masa depan industri alas kaki dari sisi skenario/gambaran/kondisi terburuk yang akan diterima atas konsekuensi perubahan di masa depan.
18
Volume pasar, sumber daya manusia dan ketersediaan bahan baku merupakan potensi natural yang dimiliki oleh masyarakat industri alas kaki Indonesia. Keunggulan tersebut harus dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh industri lokal dan menghasilkan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat. Namun yang perlu diwasapadai, dalam jangka panjang potensi natural industri alas kaki nasional (Volume pasar, sumber daya manusia dan ketersediaan bahan baku) tidak bisa menjadi acuan utama strategi pengembangan industri, akan lebih banyak faktor eksternal (tantangan sekaligus ancaman) yang akan mereduksi nilai manfaat potensi tersebut. Faktor eksternal tersebut seperti perubahan demografi, perilaku dan struktur pasar, perkembangan teknologi dan perubahan pada etika dan aturan bisnis bahkan lingkungan. Industri alas kaki adalah sektor industri dengan volume sangat besar. Dengan total nilai ekspor dunia sebesar US$85 billion (APICCAPS 2011 ) atau naik 12 % dari tahun sebelumnya, sangat tidak masuk akal jika tidak menjadi fokus pengembangan industri masa depan Indonesia. Berdasarkan data IFC (International Footwear Conference) ke-29 di Vietnam 6-7 September 2010, China masih mendominasi pasar dunia dengan total kontribusi US$33,6 billion atau menguasai 38,5,% market share alas kaki dunia.
Tabel 3.1 : Nilai Ekspor Alas Kaki di Dunia Tahun 2010 Sumber : APICCAPS – World Footwear 2011
19
Saat ini dunia akan dipenuhi 20 milyar pasang sepatu. Asia sangat mendominasi (87%), dimana pusat manufaktur alas kaki berada di wilayah ini. China sendiri memproduksi 62% produksi alas kaki dunia. Vietnam, Indonesia, India & Thailand masuk dalam 10 besar produsen alas kaki dunia.
Tabel 3.2 Produsen Alas Kaki Dunia Sumber : Sumber : APICCAPS – World Footwear 2011
Saat ini Indonesia menempaiti urutan ke-5 produsen alas kaki dengan total produksi 658 juta pasang, masih jauh dari India yang menempati urutan ke-2 dengan total produksi 2 milyar pasang lebih. Negara tetangga Vietnam unggul tipis di atas Indonesia dengan total produksi 760 juta pasang. Saat ini Konsumsi alas kaki perkapita 1,8 pasang dengan jumlah penduduk 230 juta, diangap masih sangat kecil konsumsi produk alas kaki yang terserap pasar lokal. Dengan total jumlah produksi 609 juta pasang dengan tingkat utilitas 60-75% idealnya saat ini konsumsi perkapita lebih dari 3 pasang dengan catatan level utilitas nya optimal (80% lebih). Sehingga konsumsi dalam negeri jadi lebih besar (750 juta pasang). Kondisi ideal tersebut memang tidak mudah dicapai. Daya beli yang masih rendah (1,8 pasang/tahun) menunjukkan daya beli masyarakat rata-rata tidak sampai 2 pasang dalam setahun. Menurut APRISINDO Jakarta, di tahun 2011 kekhawatiran belum pulihnya krisss Eropa memungkinkan terjadi penurunan 10-20%. Sehingga estimasi target tahun 2012 hanya sebesar 10% atau sebesar US$3,4 milyar. Diperlukan 20
dukungan pemerintah yang lebih intensif lagi, terkait target industri alas kaki dalam roadmap nasional. Eddy Widjanarko, Ketua APRISINDO Jakarta Optimis minimal 3 tahun kedepan nilai ekspor Indonesia mencapai US$5 milyar. Negaranegara dikawasan Asia masih menjadi kompetitor utama Indonesia untuk mewujudkan industri alas kaki berkelas dunia. Vietnam, India dan khususnya China masih mendominasi produsen alas kaki Dunia. Dengan tidak melupakan industri alas kaki domestik yang terus tumbuh, Nilai pasar ini mencapai Rp24 trilyun atau tumbuh 10% dari tahun 2010. Bagaimana dengan impor nasional, Kementerian Perdagangan mencatat impor alas kaki dari China pada Januari 2011 mencapai US$6,69 juta dibandingkan Januari 2010 sebesar US$3,4 yang naik hampir 100% dari tahun 2010. Secara keseluruhan, alas kaki impor dari berbagai negara yang masuk pasar domestik mencapai US$11,01 juta atau naik sekitar 57% dibandingkan Januari 2010 atau sebesar US$7,03 juta Terdapat kendala khusus yang disampaikan oleh Asosiasi Persepatuan Indonesia terkait keterampilan SDM lokal khususnya untuk industri kecil. Industri kecil masih kesulitan mengembangkan desain alas kaki yang baik dan standard. Pada umumnya masih mengandalkan kebiasaan dan pola-pola lama. Padahal perkembangan teknik desain dan pecah pola untuk alas kaki sudah berkembang pesat. Hal ini pun menjadi perhatian khusus pemerintah, sehingga perlu adanya pengembangan pelatihan design yang baik dan standard. Belum lagi permasalahan industri lokal dengan adanya produk China, terutama di sentrasentra perdagangan, semakin membuat beban berat masyarakat industri alas kaki Indonesia Pada Tahun Anggaran 2013, Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia dibawah koordinasi Sekretariat Direktorat Jendral IKM Kementerian Perindustrian dipercaya mengelola Program Fasilitasi Peningkatan Pelayanan
21
IKM Melalui UPT, Kegiatan Layanan Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia dengan anggaran sebesar Rp. 9.000.000.000,-
3.2
ANALISIS CAPAIAN KINERJA SASARAN BPIPI TAHUN 2012 Pencapaian kinerja sasaran BPIPI tahun 2012, seperti yang sudah ditetapkan sebagai perjanjian dalam dokumen Penetapan Kinerja 2012 merupakan tahapan dari upaya pencapaian kinerja sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis BPIPI tahun 2010-2014. Kinerja sasaran yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja BPIPI tahun 2012 yang mencakup 5 (lima) sasaran strategis yang diukur melalui 7 (tujuh) Indikator Kinerja Utama (IKU). 1. Terciptanya SDM persepatuan yang kompeten Sebagai target utama, BPIPI menginginkan terwujudnya sebuah lembaga yang memfasilitasi SDM Indonesia dengan keterampilan dan pengetahuan industri persepatuan yang dipercaya. Sasaran ini akan dicapai dengan program-program pelatihan, pendampingan secara konsisten kepada pelaku industri kecil, menengah dan besar dengan Indikator Kinerja Utama terdiri dari: Terpenuhinya kebutuhan SDM IKM alas kaki yang terampil tahun 2012 sebesar 400 Personil Terpenuhinya kebutuhan SDM IKM alas kaki diukur melalui jumlah personil baik yang berasal dari IKM alas kaki, wirausaha baru, tenaga kerja baru dan karyawan perusahaan alas kaki selama periode 2012.
22
Sasaran Strategis
IKU
Terciptanya SDM persepatuan yang kompeten
Terpenuhinya kebutuhan SDM IKM 400 alas kaki yang terampil
Target
2012 Satuan Realisasi Capaian 330
83%
Personil
Tabel 3.3 Capaian IKU dari Sasaran Terciptanya SDM persepatuan yang kompeten
Selama tahun kerja 2012, BPIPI sedikitnya sudah melatih lebih dari 330 personil dari berbagai kegiatan yang berasal dari seluruh indonesia. 2. Meningkatnya mutu produk Alas Kaki dalam negeri Salah satu faktor kekuatan daya saing produk dan layanan industri persepatuan Indonesia adalah terciptanya konsistensi standard mutu. BPIPI ingin berperan dalam aspek tersebut dengan memfasilitasi sektor industri dalam upaya standardisasi mutu dengan Indikator Kinerja Utama terdiri dari: Jumlah IKM yang disurvei dalam rangka monitoring dan evaluasi Jumlah IKM yang disurvey dalam rangka monitoring dan evaluasi diukur melalui jumlah IKM yang berhasil disurvey dalam rangka evaluasi dan di monitoring. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan usaha pasca pelatihan sekaligus sebagai pola pendampingan lapangan dan konsultasi berkelanjutan. Sasaran Strategis
IKU
Meningkatnya mutu produk alas kaki dalam negeri
Jumlah IKM yang disurvey dalam rangka monitoring dan evaluasi
Target
2012 Satuan Realisasi Capaian
300 30
300 25
100% 83%
IKM
Tabel 3.4 Capaian IKU dari Meningkatnya Mutu Produk Alas Kaki Dalam Negeri
3. Terciptanya desain-desain yang inovatif. Fungsi utama BPIPI adalah sebagai pusat informasi desain-desain terkini produk persepatuan. Tugas tersebut dengan konsisten digulirkan oleh BPIPI 23
dengan terus mengoptimalkan Pusat Desain Persepatuan di Indonesia dengan Indikator Utama Kinerja terdiri dari: Jumlah kegiatan yang berbasis pada inovasi dan komunitas kreatif sebanyak 3 Kegiatan Pemanfaatan hasil inovasi prototype dan pengembangan produk industri sebanyak 100 desain & 25 prototype Jumlah kegiatan berbasis inovasi dan komunitas kreatif diukur dari jumlah kegiatan yang diadakan oleh BPIPI yang meliputi kegiatan bebasis kreatifitas seperti lomba desain nasioal dan skala internasional. Untuk pemanfaatan hasil inovasi prototype dan pengembangan produk industri diukur dari berapa jumlah desain yang dihasilkan dan prototype yang berhasil dibuat. Sasaran Strategis Terciptanya desaindesain yan inovatif
IKU
Target
Jumlah kegiatan yang berbasis pada 3 inovasi dan komunitas kreatif Pemanfaatan hasil inovasi prototype 100 dan pengembangan 25 produk industri
2012 Satuan Realisasi Capaian 3
100%
Keg
100 25
100% 100%
Model
Tabel 3.5 Capaian IKU dari Sasaran Terciptanya desain-desain yang inovatif
4. Terwujudnya Alas Kaki sebagai produk unggulan nasional Sebagai representasi dari pemerintah sekaligus industri persepatuan nasional, BPIPI mempunyai peran ganda dalam memfasilitasi regulasi industri dalam upaya misi pemerintah dalam sektor industri sekaligus menjaring kebutuhan industri persepatuan dalam upaya strategi untuk maju dan berkembang dengan Indikator Utama Kinerja terdiri dari: Jumlah kegiatan promosi dan akses pasar sebanyak 3 kegiatan Kegiatan promosi dan akses pasar di ukur dari jumlah kegiatan promosi dan pameran yang diikuti oleh BPIPI baik skala nasional dan internasional 24
Sasaran Strategis
IKU
Terwujudnya Alas Kaki Jumlah kegiatan sebagai produk unggulan promosi dan akses nasional pasar
Target
2012 Satuan Realisasi Capaian
3
3
100%
Keg
Tabel 3.6 Capaian IKU dari Terwujudnya Alas Kaki Sebagai Produk Unggulan Nasional
5. Tersedianya sertifikasi hasil uji mutu produk Alas Kaki Dalam kompetisi global saat ini, sektor industri persepatuan dituntut untuk terus menerus memberikan produk yang berkualitas. Salah satu fungsi BPIPI untuk mewujudkan hal tersebut adalah memfasiitasi sertifikasi uji mutu produk Alas Kaki dalam upaya menjamin konsistensi kualitas produk dengan Indikator Kinerja Utama terdiri dari: Semakin lengkap dukungan infrastuktur uji produk alas kaki sesuai standard akreditasi laboratoruim SATRA grade A Pemanfaatan peralatan uji oleh industri alas kaki sebanyak 50 LHU Indikator lengkapnya infrastruktur uji produk alas kaki diukur dari keluarnya akreditasi atas laboratorium BPIPI dengan level A, sedangkan pemanfaatan peralatan uji oleh industri alas diukur dari berapa banyak LHU yang bisa dilayani oleh BPIPI. Sasaran Strategis
IKU
Tersedianya sertifikasi hasil uji mutu produk alas kaki
Lengkapnya infrastruktur uji produk alas kaki Pemanfaatan peralatan uji oleh industri alas kaki
Target
2012 Satuan Realisasi Capaian
1
0,5
50%
Keg
50
90
180%
LHU
Tabel 3.7 Capaian IKU dari Tersedianya sertifikasi hasil uji mutu produk Alas Kaki
25
3.3
ANALISIS CAPAIAN KINERJA KEUANGAN BPIPI TAHUN 2012 A. Komposisi DIPA Tahun 2012 berdasarkan klasifikasi belanja : Belanja Modal
29,00%
Belanja Gaji
7,00%
Belanja Barang
64,00%
Total Persentase Anggaran
No 1. 2. 3
Klasifikasi Belanja Belanja Modal Belanja Gaji Belanja Barang
100,00%
Komposisi Anggaran 29 % 7% 64%
Realisasi Anggaran 96% 84,19 % 93%
Tabel 3.8 Komposisi & Realisasi DIPA BPIPI 2012
B. Komposisi DIPA Tahun 2012 berdasarkan output dan suboutput: Layanan Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia a. Penunjang Perkantoran
Rp. 1.494.362.000
b. Peningkatan Sarana dan Prasarana
Rp. 279.505.000
c. Perkuatan dan Peningkatan Kinerja & Standard Layanan Rp.
97.750.000
d. Pameran/Promosi DN/LN
Rp. 281.000.000
e. Pelatihan SDM BPIPI
Rp. 595.030.000
f. Studi Banding LN
Rp. 191.000.000
g. Program Peta Potensi IKM Alas Kaki Rp. 571.260.000 h. Program Peningkatan Kualitas Desain Produk Alas Kaki Nasional Rp.
80.700.000
i. Revitalisasi Mesin & Alat
Rp. 2.330.000.000
j. Pelatihan IKM Alas Kaki
Rp. 2.796.970.000
k. Evaluasi & Pelaporan
Rp.
7.500.000
l. Layanan Perkantoran 26
Pembayaran Gaji & Tunjangan
Rp. 703.261.000
Operasional & Pemeliharaan Perkantoran Rp. 815.156.000 Kendaraan Bermotor a. Kendaraan Roda-6
Rp. 493.000.000
b. Kendaraan Roda-2
Rp.
No
Output/Suboutput
1. 2.
Penunjang Perkantoran Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkuatan dan Peningkatan Kinerja & Standard Layanan Pameran/Promosi DN/LN Pelatihan SDM BPIPI Studi Banding LN Program Peta Potensi IKM Alas Kaki Program Peningkatan Kualitas Desain Alas Kaki Nasional Revitalisasi Mesin & Alat Pelatihan IKM Alas Kaki Evaluasi & Pelaporan Gaji Pokok & Tunjangan Operasional & Pemeliharaan Perkantoran Kendaraan Roda-6 Kendaraan Roda-2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
45.000.000
Komposisi Anggaran 1.494.362.000 279.505.000
Realisasi Anggaran 93,26% 83,33 %
97.750.000 83,95% 281.000.000 593.030.000 191.000.000 571.260.000
91,17% 99,85% 96,91% 96,91%
80.700.000 89,33% 2.330.000.000 2.796.970.000 7.500.000 703.261.000
97,85% 88,13% 10,20% 84,11%
815.156.000 84,93% 493.000.000 97,95% 45.000.000 91,71%
Tabel 3.9. Output dan Suboutput DIPA BPIPI 2012
C. Komposisi DIPA Tahun 2012 berdasarkan kegiatan & Sub Kegiatan. Pada tahun 2012, terdapat 40 Kegiatan dengan 3 output utama, berikut rincian komposisi kegiatannya :
27
No
Kegiatan
1.
Pembayaran Honor Tenaga Ahli & Staff Belanja Penunjang Perkantoran (Prototype, Seragam, Member SATRA) Perjalanan Dinas Adminitrasi Kegiatan Satker (Honor Panitia terkait Satker) Literatur Buku/Referensi Alas Kaki Revitalisasi Sarana Elektronik, Media Center dan Dokumen ISO 9001-2008 ISO 17025-2005 Pameran DN Media Promosi Temu Bisnis – Sumatera Barat Temu Bisnis – Banten Temu Bisnis – NTB Pelatihan SDM BPIPI – Leicester Collage Pelatihan SDM BPIPI – Lokal Studi Banding ke SATRA Kunjungan ke IFDC 2012 – Ghuangzhou China Rekruitmen Peserta Pelatihan IKM Peta Potensi IKM Alas Kaki Nasioanal Monev Alumni Lomba Desain Pengadaan Mesin Workshop Pengadaan Mesin Laboratorium Uji Pelatihan Grading (2 Angkatan) Pelatihan Teknologi Produksi Alas Kaki (2 Angkatan) Pelatihan Desain Alas Kaki (3 Ankatan) Pelatihan Manajemen Alas Kaki (2 Angkatan) Pelatihan Kulit dan Produk Kulit Pelatihan Kewirausahaan – Sumatera
2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Realisasi Anggaran 865.200.000 99,27%
Anggaran
155.600.000 81,59% 398.500.000 92,71% 49.050.000 70,95% 26.012.000 99,65% 279.505.000 83,33% 48.875.000 48.875.000 58.000.000 70.000.000 49.950.00 53.200.000 49.850.000 526.000.000 69.030.000 175.000.000
90,91% 76,99% 66,80% 96,96% 98,31% 96,87% 98,71% 99,85% 99,26% 96,36%
16.000.000 93,58% 147.520.000 300.000.000 123.740.000 80.700.000 825.000.000 1.505.000.000 423.440.000
93,58% 96,80% 89,33% 96,48% 98,60% 89,47%
429.940.000 88,33% 644.160.000 90,72% 391.740.000 94,08% 195.970.000 86,74% 112.100.000 65,99% 28
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Barat Pelatihan Kewirausahaan – Nusa Tenggara Barat Pelatihan Mekanik Mesin Jahit Pelatihan Teknologi Produksi Alas Kaki bagi TPL Pelatihan Teknis Penyamakan Kulit Evaluasi & Laporan Pembayaran Gaji & Tunjangan Perawatan Mesin Perawatan Perkantoran Keperluan Perkantoran (ATK, Internet, Supplies Komputer, Honor Satpam/OB, Langganan Majalah) Administrasi Satker Pengadaan Kendaraan Roda-6 Pengadaan Kendaraan Roda-2
110.600.000 69,10% 179.840.000 94,43% 200.970.000 88,94% 108.210.000 7.500.000 703.261.000 142.086.000 340.250.000
78,15% 10,20% 84,19% 65,71% 91,57%
256.000.000 83,97% 76.620.000 94,30% 493.000.000 97,43% 45.000.000 91,71%
Tabel 3.10. Rekapitulasi Kegiatan & Sub Kegiatan DIPA BPIPI 2012
No
Output/Suboutput
1.
Penunjang Perkantoran Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkuatan dan Peningkatan Kinerja & Standard Layanan Pameran/Promosi DN/LN Pelatihan SDM BPIPI Studi Banding LN Program Peta Potensi IKM Alas Kaki Program Peningkatan Kualitas Desain Alas Kaki Nasional Revitalisasi Mesin & Alat Pelatihan IKM Alas Kaki
2. 3 4 5 6 7 8 9 10
Komposisi Realisasi % Anggaran Anggaran Efisiensi 1.494.362.000 93,26% 6,74% 279.505.000 83,33 %
16,67 %
97.750.000 83,95%
16,05%
281.000.000 91,17% 593.030.000 99,85% 191.000.000 96,91%
8,83% 0,15% 3,09%
571.260.000 96,91%
3,09%
80.700.000 89,33%
10,67%
2.330.000.000 97,85% 2.796.970.000 88,13%
2,15% 11,87% 29
11 12 13 14 15
Evaluasi & Pelaporan Gaji Pokok & Tunjangan Operasional & Pemeliharaan Perkantoran Kendaraan Roda-6 Kendaraan Roda-2
7.500.000 10,20% 703.261.000 84,11%
80,90% 15,89%
815.156.000 84,93%
15,07%
493.000.000 97,95% 45.000.000 91,71%
2,05% 8,29%
Tabel 3.11. Kinerja Anggaran dilihat dari anggaran yang tidak terserap 2012
30
BAB IV PENUTUP
3.1
KESIMPULAN Ditinjau dari asepk pencapaian kinerja organisasi yang diamanahkan oleh Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 103/M-IND/PER/12/2008 perihal Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT), maka secara garis besar telah berhasil melaksanakan tugas pokok dan fungsi dan misi yang diembannya. Hal tersebut tercermin dari keberhasilan pencapaian sasaran strategis dan kinerja laiinya yang dijelaskan pada bab sebelumnya Berdasarkan uraian pada penjelasan sebelumnya dapat disimpulan halhal sebagai berikut: 1. Tugas-tugas Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan secara umum dapat dilaksanakan sesuai target yang ditetapkan. Adapun tantangan yang menjadi penghambat pelaksanaan tugas dan ketercapaian target yang telah ditetapkan dapat diidentifikasi untuk ditindaklanjuti guna mendorong percepatan pencapaian kinerja BPIPI. 2. Sasaran strategis sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia 2012 berhasil dicapai dengan rerata capaian sebesar 99,56%. Namun belum sepenuhnya juga sasaran strategis yang ditetapkan menunjukkan nilai capain yang diharapkan bersama, karena itu perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap proses perencanaan program dan penganggaran dalam upaya meningkatkan capaian kinerja tujuan dan sasaran strategis.
31
3. Dalam perencanaan strategis, indikator kinerja maupun target yang akan ditetapkan perlu kiranya ditetapkan dan ditingkatkan kualitasnya untuk periode kedepan. 3.2
PERMASALAHAN DAN KENDALA Hasil evaluasi dan kinerja BPIPI hingga saat ini akan dibagi dalam 2 (dua) aspek yakni aspek eksternal dan internal. Untuk aspek eksternal dikupas secara umum bagaimana strategi yang sudah disepakati dapat berjalan dengan baik atau tidak. Sedangkan aspek internal dibahas pada tataran implementasi masingmasing misi-misi BPIPI. Berikut kajian evaluasi dan kinerja eksternal BPIPI : 1. Hambatan dan Kendala a. Sebagai lembaga multi stakeholders, diperlukan pendekatan stratejik kepemimpinan dalam upaya komunikasi yang lebih baik. b. Prosedure/Aturan/Mekanisme tata kelola satuan kerja yang melibatkan instansi diluar BPIPI perlu pemahaman lebih mendalam dalam upaya pengelolaan administrasi yang lebih baik dan sesuai prosedural. c. Dari sisi perencanaan organisasi, perlunya perencanaan yang lebih matang terkait tujuan jangka menengah dan panjang BPIPI. d. Meskipun BPIPI sebagai lembaga pemerintahan, tidak berarti melupakan strategi pemasaran. Setiap personil belum optimal sepenuhnya menjadi pemasar bagi BPIPI. e. Dengan kepemilikan aset yang belum tunggal, BPIPI belum bisa melakukan
penambahan
fasilitas
layanan
yang
membutuhkan
pembangunan fisik, karena terkendala ketentuan kepemilikan aset. f. Ijin PNBP ke Kementerian Keuangan masih belum keluar g. Dalam upaya mitigasi bencana lumpur Sidoarjo, posisi geografis kantor BPIPI perlu kiranya ditinjau kembali dalam 5 lima tahun kedepan
32
2. Hasil yang telah dicapai a. Kegiatan pelatihan sejak 2012, sudah mulai difokuskan pada pemberdayaan WUB (wirausaha baru) di wilayah potensi dalam rangka mendukung penyebaran dan penumbuhan IKM alas kaki b. Kinerja perdana tahun 2012 BPIPI sebagai unit satker baru yang cukup positif ditandai dengan penyerapan anggaran DIPA sebesar 93,67%. c. BPIPI sudah memperoleh Sertifikasi Manajemen Mutu ISO 9000-2008 dan Akreditasi ISO 17025-2005 dan potensi Kemitraan dengan SATRA untuk strategi pengembangan organisasi secara global. d. Kinerja desain dan pengembangan sudah lebih banyak dan bervariatif, mulai dari segi model, bahan dan ide desain. e. Kinerja administrasi pendukung satuan kerja sudah lebih tertata dengan baik. f. Pengangkatan CPNS tahap pertama sejumlah 11 personel.
3.3
REKOMENDASI Hal-hal yang belum dan masih perlu dilanjutkan sebagai bentuk rekomendasi adalah sebagai berikut : EKSTERNAL - Menindaklanjuti kemitraan BPIPI dengan SATRA menjadi Associates member - Mempersiapkan Laboratorium Uji menjadi SATRA Laboratorium Accredited - Melanjutkan rencana BPIPI sebagai pusat desain alas kaki nasional - BPIPI perlu menjadi TUK (Tempat Uji Kompetensi) Sektor Persepatuan dan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) Persepatuan - Terus mendorong aliansi atau strategic partnership BPIPI dengan lembaga/organisasi lain
33
INTERNAL - Melakukan kajian pengembangan organisasi BPIPI dengan dasar hambatan dan kendala yang dihadapai, sehingga kedepan mampu mengurangi gap yang ada. - Melakukan konsilidasi internal untuk memperkuat eksistensi multistakeholders. - Peningkatan sarana dan prasarana untuk mesin dan peralatan khususnya teknologi tepat guna perlu diadakan sebagai model pengembangan IKM alas kaki. - Peningkatan kompetensi dan Optimalisasi kinerja SDM dengan memberikan kesempatan belajar ke luar negeri - Peningkatan rasio utilisasi mesin/peralatan yang ada dalam optimalisasi aset.
34