BAB I PENDAHULUAN
1.1
Tinjauan Terhadap Objek Studi
1.1.1
Sejarah Bursa Efek Indonesia Jika dikaji secara sejarah, pasar modal telah hadir jauh sebelum
Indonesia merdeka. Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah ada sejak Pemerintahan Hindia Belanda tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Voor de Effectenhandel. Walaupun
pasar
modal
telah
ada
sejak
tahun
1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada tahun 1914-1918 kegiatan pasar modal ditutupkarena adanya Perang Dunia I. Tahun 1925 bursa efek mengalami kebangkitan, pada tanggal 11 Januari 1925 bursa efek di surabaya dibuka kembali, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Pada awal 1939, karena adanya isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. Pada zaman Republik Indonesia Serikat (RIS), bursa efek diaktifkan kembali.Diawali dengan diterbitkannya Obligasi Pemerintah Republik Indonesia tahun 1950, kemudian disusul dengan diterbitkannya Undang-Undang Darurat tentang bursa Nomor 13 tanggal 01 September 1951.Undang-Undang Darurat itu kemudian ditetapkan sebagai UndangUndang Nomor 15 tahun 1952.Pada saat itu penyelenggaraan bursa diserahkan pada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) dan Bank Indonesia (BI) ditunjuk sebagai penasihat.Kegiatan bursa kembali terhenti ketika pemerintah Belanda meluncurkan program nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik pemerintah Belanda pada tahun 1956.Program nasionalisasi ini disebabkan adanya sengketa antara 1
pemerintah Indonesia dengan Belanda mengenai Irian Barat, dan sekarang bernama Papua, yang mengakibatkan larinya modal usaha ke luar negeri. Setelah terhenti sejak tahun 1956, Bursa Efek Jakarta diaktifkan kembali pada tanggal 10Agustus 1977. Pada saat itu, Bursa Efek Jakarta dikelola oleh BAPEPAM atau Badan PelaksanaPasar Modal (Sekarang Badan Pengawas Pasar Modal), suatu badan yang bernaung di bawahDepartemen Keuangan. Hingga tahun 1987, perkembangan Bursa Efek Jakarta bisa dikatakansangat lambat, dengan hanya 24 emiten yang tercatat dan rata-rata nilai transaksi harian kurangdari Rp100 juta. Pertumbuhan yang lambat tersebut berakhir pada tahun berikutnya ketikapemerintah mengeluarkan deregulasi di bidang Perbankan dan pasar modal melalui Pakto 1988. Dengan pertumbuhan yang pesat dan dinamis, bursa efek perlu ditangani secara lebih serius. Untuk menjaga objektifitas dan mencegah kemungkinan operasional
adanya bursa
conflict
harus
of
interest
dipisahkan
dan
fungsipembinaan dikembangkan
dan
dengan
pendekatan yang lebih profesional. Akhirnya pemerintah memutuskan sudah tiba waktunya untuk melakukan swastanisasi bursa. Sehingga akhir tahun 1991 didirikan PT Bursa Efek Jakarta dan diresmikanoleh Menteri Keuangan pada tanggal 13 Juli 1992. Pada tanggal 25 Mei 1995, pertumbuhan bursa efek pada tahuntahun berikutnya menjadi semakin cepat, terutama sejakdilakukan sistem otomasi perdagangan. Pada Juli 2000 BEJ menerapkan perdagangan tanpa warkat atau SecriplesTrading dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindariperistiwa saham hilang dan pemalsuan saham, serta untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi. Tahun 2002 BEJ juga mulai menerapkan perdagangan jarak jauh atau Remote Trading sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisien pasar, 2
kecepatan dan frekuensi perdagangan. Saham yang dicatatkan di BEJ adalah saham yang berasal dari berbagai jenis perusahaan yang go public, antara lain dapat berupa saham yang berasal dari perusahaan manufaktur, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa dan lain-lain. Perusahaan jasa dapat berupa jasa keuangan maupun jasa non keuangan.Perusahaan jasa keuangan
adalah
perusahaan
yang
bergerak
dalam
bidang
jasakeuangan.Perusahaan ini terdiri dari dua kategori yaitu perbankan dan perusahaanjasa keuangan non bank. Perusahaan-perusahaan go public yang tercatat pada PT. BEJ diklasifikasikan menurut sektor industri yang telah ditetapkan oleh PT. BEJ yang disebut dengan JASICA (Jakarta Stock Exchange Industry Classification). Terdapat 9 sektor industri berdasarkan klasifikasi PT. BEJ, yaitu: 1.
Sektor Pertanian (Agriculture),
2.
Sektor Pertambangan (Mining),
3.
Sektor Industri Dasar dan Kimia (Basic Industry and Chemicals).
4.
Sektor Aneka Industri (Miscellaneous Industry),
5.
Sektor Industri Barang Konsumsi (Consumer Goods Indusry),
6.
Sektor Properti dan Real Estate (Property and Real Estate),
7.
Sektor
Infrastruktur,
Utilitas
dan
Tranportasi
(Infrastructure, Utillities andTransportation), 8.
Sektor Keuangan (Finance),
9.
Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi (Trade, Service, and Investment).
Klasifikasi sektor industri perusahaan publik ini sangat bermanfaat dalam menganalisis perkembangan saham-saham perusahaan publik dari sektor terkait.Cara pandang saham dari perspektif klasifikasi 3
sektor industri merupakan suatu cara yang populer dan dipakai luas baik oleh pemodal institusional maupun individu. Seiring dengan perkembangan pasar dan tuntutan untuk lebih meningkatkan efisiensi serta dayasaing di kawasan regional, maka pada tanggal 3 Desember 2007 secara resmi PT Bursa Efek Jakarta digabung dengan PT Bursa Efek Surabaya dan berganti nama menjadi PT Bursa Efek Indonesia. 1.1.2
Logo Bursa Efek Indonesia GAMBAR 1.1 Logo Bursa Efek Indonesia
(sumber:www.idx.go.id)
1.1.3
Visi Bursa Efek Indonesia “To
become
an Acknowledge
and
Credible World-Class
Exchange” 1.1.4
Misi Bursa Efek Indonesia 1.
Pillar of Indonesian Economy
2.
Market Oriented
3.
Company Transformation
4.
Institutional Building
5.
Delivery Best Quality Products & Services
4
1.2
Latar Belakang Masalah Indonesia
merupakan
negara
berkembang
yang
sedang
membangun khususnya pembangunan dalam bidang ekonomi. Untuk mencapai perekonomian yang stabil, maka diperlukan suatu keadaan moneter yang mantap. Pada awal pemerintahan Orde Baru, perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Tetapi dengan terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun1997, perekonomian Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis. Dalam mengatasi krisis ekonomitersebut, berbagai kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah diantaranya denganmenaikkan tingkat bunga bank dan mengeluarkan kebijakan pengetatan uang, tetapi ternyata juga tidak mampu mengatasi kemerosotan rupiah terhadap dollar AS yang kemudian memicu laju inflasi hinggatingkat yang mengkhawatirkan. Hal iniberdampak buruk pada iklim investasi yangakhirnya mempengaruhi perkembangandunia usaha, perbankan dan pasar modal. Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Adanya informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya akan berpengaruh pada IHSG. Secara garis besar, ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap pergerakan IHSG yaitu: faktor domestik, faktor asing, dan faktor aliran modal ke Indonesia. Faktor domestik berupa faktor-faktor fundamental suatu negara seperti inflasi, pendapatan nasional, jumlah uang yang beredar, suku bunga, maupun nilai tukar Rupiah. Berbagai faktor fundamental tersebut dianggap dapat berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya berpengaruh pada pergerakan Indeks. Faktor asing merupakan salah satu implikasi dari bentuk globablisasi dansemakin terintegrasinya pasar modal di seluruh dunia. Kondisi 5
ini
memungkinkantimbulnya
(developed)
terhadap
bursa
pengaruh
dari
yangsedang
bursa-bursa
berkembang.
yang
maju
Krisis
yang
mengakibatkan jatuhnya bursa Amerika Serikat yangterjadi belakangan ini telah menyeret bursa di Asia pada krisis tahun 2008, termasukbursa Indonesia.Aliran modal asing merupakan menjadi penyebab utama terjadinya krisis yangterjadi pada tahun 1997 dan 2008. Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia,dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator economicpada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor ataskondisi fundamental negara maupun global. Adanya informasi baru akan berpengaruhpada ekspektasi investor yang akhirnya akan berpengaruh pada IHSG. Secara garis besar, ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap pergerakanIHSG yaitu: faktor domestik, faktor asing, dan faktor aliran modal ke Indonesia.Faktor domestik berupa faktor-faktor fundamental suatu negara seperti inflasi,pendapatan nasional, jumlah uang yang beredar, suku bunga, maupun nilai tukarRupiah. Berbagai faktor fundamental tersebut dianggap dapat berpengaruh padaekspektasi investor yang akhirnya berpengaruh pada pergerakan Indeks.Faktor asing merupakan salah satu implikasi dari bentuk globablisasi dansemakin terintegrasinya pasar modal di seluruh dunia. Kondisi ini
memungkinkantimbulnya
(developed)
terhadap
bursa
pengaruh
dari
yangsedang
bursa-bursa
berkembang.
yang
maju
Krisis
yang
menagkibatkan jatuhnya bursa Amerika Serikat yangterjadi belakangan ini telah menyeret bursa di Asia pada krisis tahun 2008, termasukbursa Indonesia.Aliran modal asing merupakan menjadi penyebab utama terjadinya krisis yangterjadi pada tahun 1997 dan 2008. Pasar modal merupakan salahsatu sumber dana sektor swasta yang diharapkan pemerintah untuk
meningkatkan investasi dan
pertumbuhan ekonomi. Perkembangan dari pasar modal di Bursa Efek 6
Indonesia (BEI) dapat terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang mencerminkan tingkat pendapatan dari suatu pasar modal yang dinyatakan dalam suatu indeks harga.Sebagai suatu instrumen ekonomi,pasar modal tidak lepas dari berbagaipengaruh lingkungan, baik lingkungan ekonomi maupun lingkungan non ekonomi. Pengaruh lingkungan ekonomi mikroseperti kinerja perusahaan, perubahan strategi perusahaan, pengumuman laporan keuangan atau deviden perusahaan selalumendapat tanggapan dari pelaku pasar dipasar modal. Selain itu, perubahan lingkungan ekonomi makro yang terjadi seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, uang beredar dan PDB. Salah satu perubahan lingkungan ekonomi makro yang mempengaruhi perdagangan saham adalah nilai tukar (Bodie, Kane, & Marcus,2006:373). Nilai tukar atau exchange rate adalah tingkat harga pertukaran dari suatu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum (Karim,2008:157). Nilai suatu mata uang ditentukan oleh demand dan supply mata uang terkait. Penurunan dari nilai (value) suatu mata uang disebut depresiasi, dan pertambahan atau kenaikan dari nilai mata uang disebut apresiasi. Apabila rupiah mengalami depresiasi maka sangat berdampak pada negara yang memiliki banyak investor asing. Pada bulan September 2011, terjadi depresiasi nilai Rupiah terhadap Dollar Amerika, dari Rp. 8582 ke Rp. 8856, atau dollar naik 3,2%. Sebagian investor, terutama yang beranggapan bahwa penurunan nilai rupiah akan membuat nilai saham di BEI dalam kurs mata uang di negara asalnya juga menurun. Misalnya, jika sebelumnya dalam kurs Rp. 8500, harga ASII diRp. 7
85000, adalah US$10, dengan kurs Rp. 10000, harga ASII di Rp. 85000, cuma
US$8,5
(pojoksaham.com/2011/09/17/pengaruh-kurs-rupiah-
terhadap-saham/). Hal ini membuka kekhawatiran baru bahwa investor asing akan keluar dari BEI.Sedangkan untuk perusahaan yang memasarkan produknya keluar negeri atau eksportir, depresiasi rupiah akan menyebabkan perusahaan tersebut akan mendapatkan keuntungan dari melemahnya rupiah terhadap US dollar. Dengan meningkatnya keuntungan perusahaan maka akan menarik investor untuk berinvestasi pada saham perusahan, sehingga akan meningkatkan harga saham di pasar modal. Menurut
penelitian
Sitinjak
dan
Kurniasari
(2003)
menyimpulkan bahwa jika kurs (nilai tukar dolar terhadap rupiah) naik satu satuan berarti akan terjadi penurunan indikator pasar (IHSG) saham sebesar satu satuan dam mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Faktor perubahan lingkungan ekonomi makro berikutnya yang mempengaruhi pergerakan saham adalah tingkat suku bunga (Bodie, Kane, dan Marcus,2006:373). Tingkat suku bunga merupakan persentase dari pokok pinjaman yang harus dibayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai imbal jasa yang dilakukan pada periode tertentu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (Makarnawati, 2009:54). Hubungan antara tingkat suku bunga SBI dengan harga saham bursa tidak berpengaruh secara langsung. Tingkat suku bunga SBI akan direspon oleh suku bunga simpanan. Bila tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan, maka suku bungasimpanan akan mengalami kenaikan, hal ini akan diikuti kenaikan suku bungapinjaman para debitur. Jika suku bunga simpanan cenderung mengalami kenaikanterus menerus akan mendorong investor memindahkan dana dari pasar modal kepadaperbankan. Bila hal ini terjadi maka harga saham akan mengalami 8
penurunan harga,begitu pula sebaliknya. Sehingga hubungan antara tingkat suku bunga SBI denganharga saham memiliki hubungan yang negatif. (Samsul, 2006:201) Faktor perubahan lingkungan ekonomi makro ketiga yang mempengaruhi pergerakan saham lainnya adalah laju inflasi. Menurut Dornbusch, Fischer, Startz (2008:39), inflasi adalah tingkat perubahan dalam harga-harga dan tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi-inflasi terdahulu.Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah indeks harga konsumen (IHK) yang menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Suatu indeks harga saham sangat penting dan erat kaitannya dengan perekonomian suatu negara. Perekonomian suatu negara yang maju salah satunya tercermin dalam indeks harga saham. Perkembangan saham dapat dilihat pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dimana indeks harga saham yang naik menunjukkan adanya kelesuan pasar (Etty Murwaningsari,2008:178). Indeks suatu saham yang naik dapat dikatakan sebagai perbaikan kinerja perekonomian negara, sedangkan jika suatu indeks turun, dapat dikatakan terdapat suatu permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi oleh negara tersebut. Pada tahun 2008 krisis melanda Amerika. Krisis ini diawali oleh gagalnya sub-prime
mortgage. Kegagalan kredit perumahan ini
menyebabkan Amerika mengalami krisis likuiditas, hal ini membuat pasar
modal
Amerika
menjadi
tidak
bergairah.Kondisi
ini
diperburukdengan bangkrutnya sejumlah lembaga finansial raksasa dunia.Jatuhnya nama-nama besar dalam industri finansial dunia ini telah menimbulkan kepanikan luar biasa di kalangan investor, yang mengakibatkan indeks bursa Dow Jones menuruntajam. Jika pada awal 2008, indeks Dow Jones berada pada level 13.056, maka pada 28 Oktober 2008 akibat tidak bergairahnya pasar, indeks Dow Jones jatuh ke level 9
8.175 atau terkoreksi 37%.Hal yang sama juga menimpa indeks Nasdaq yang pada awal 2008 masih pada kisaran 2.600, pada 24 Oktober 2008 merosot tajam hingga 1.552 atau terkoreksi 40%(supraptono: 2009). Kegagalan tersebut dapat kita lihat pada gambar 1.1 Gambar Perkembangan Indeks Harga Saham Tahun 2001-2010
Sumber: www.idx.co.id, diakses : 31.10.11 IHSGmencatatkan kinerja yang sangat baik dan prospek yang cerah, setelah sempat terpuruk dalam pada 2008 lalu dan mengalami pemulihan yang cepat pada 2009. Memasuki 2010, IHSG mencatatkan hasil positif 3% yang merupakan kinerjaexcellent sekaligus di atas normal di kawasan Asia. Indeks pasar modal lainnya seperti China, Taiwan, India dan Korea mencatatkan kinerja return (imbal hasil) negatif -8,8%, -6,7%, -6,3% dan -4,8. Sementara indeks pasar Asean seperti Phillippines, Singapore, serta Malaysia juga mencatatkan kinerja buruk. (http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/02/03/kinerja-ihsg-januari2010/) Berdasarkan fenomena yang terjadi selama tahun 2008 sampai dengan 2010 , maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah ada pengaruh nilai tukar ,tingkat bunga deposito dan inflasi terhadap 10
IHSG. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengajukan topik bahasan dengan judul “ANALISIS
PENGARUH
NILAI
TUKAR
RUPIAH,
TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (STUDI KASUS DI BURSA EFEK INDONESIA)“ 1.3 Rumusan Masalah 1.
Bagaimana pengaruh perkembangan nilai tukar rupiah terhadap US dollar selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010?
2.
Bagaimana pengaruh perkembangan suku bunga deposito selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010?
3.
Bagaimana pengaruh perkembangan inflasi selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010?
4.
Bagaimana pengaruh perkembangan IHSG selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 ?
5.
Seberapa besar nilai tukar rupiah,suku bunga deposito dan inflasi berpengaruh secara simultan terhadap IHSG per bulannya dari tahun 2008 hingga 2010 ?
6.
Seberapa besar nilai tukar rupiah,suku bunga deposito dan inflasi berpengaruh secara parsial terhadap IHSGper bulannya dari tahun 2008 hingga 2010 ?
1.4 Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US dollar selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
2.
Mengetahui pergerakan suku bunga deposito selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
3.
Mengetahui pergerakan inflasi selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. 11
4.
Mengetahui pergerakan IHSG selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
5.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah,suku bunga deposito dan inflasi terhadap IHSG secara simultan per bulannya dari tahun 2008 hingga 2010.
6.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah,suku bunga deposito dan inflasi terhadap IHSG secara parsial per bulannya dari tahun 2008 hingga 2010.
1.5 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penilitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aspek teoritis : menambah wawasan dimana penulis dapat memperoleh gambaran nyata serta dapat membandingkan antara teori-teori yang dipelajari di bangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi dalam dunia kerja. 2. Aspek praktis : Memberikan informasi bagi investor mengenai pengaruh nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflsi terhadap IHSG selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
1.6 Batasan Penelitian Untuk mempermudah dan menyederhanakan penelitian ini penulis perlu mempertimbangkan untuk membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Variabel makroekonomi yang digunakan terbatas pada nilai tukar uang (exchange rate), tingkat suku bunga Deposito (interest rate), dan inflasi. 2. Nilai mata uang pembanding yang dipakai adalah US Dollar. 12
3. Suku bunga yang dipakai adalah suku bunga deposito rata-rata dengan jangka waktu 1 bulan. 4. Inflasi yang dipakai adalah Inflasi dengan jangka waktu 1 bulan. 5. Data yang digunakan adalah data bulanan IHSG, nilai tukar Rupiah/US$, tingkat suku bunga deposito dan inflasi selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab I berisi mengenai tinjauan objek studi, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dari penelitian, kegunaan penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi teori-teori yang mendukung penelitian ini. Adapun komposisi dari landasan teori adalah grand teori, middle teori, dan applied teori. Pada bab II menceritakan tentang kerangka teori. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III berisi mengenai jenis penelitian, operasionalisasi variabel, jenis dan teknik pengumpulan data, teknik sampling, analisis data yang digunakan dalam penelitian, dan pengujian hipotesis. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab IV menceritakan hasil dan pembahasan mengenai karakteristiktanggapanden dilihat dari berbagai aspek, membahas dan menjawab rumusan masalah serta hasil perhitungan analisis data yang telah dilakukan. 13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab V ini berisi mengenai kesimpulan hasil analisis, saran bagi perusahaan dan saran bagi penelitian selanjutnya.
14