BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: TABEL 1.1 SEJARAH BURSA EFEK INDONESIA [Desember 1912] [1914 – 1918]
Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I (Bersambung)
1
(Lanjutan) [1925 – 1942]
Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan [Awal tahun Surabaya ditutup 1939]
[1942 – 1952] [1956]
Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
[1956 – 1977]
Perdagangan di Bursa Efek vakum
[10 Agustus 1977]
Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
[1977 – 1987]
Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal
[1987]
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia
[1988 – 1990]
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
[2 Juni 1988]
Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer
[Desember 1988]
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
[16 Juni 1989]
[13 Juli 1992]
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ (bersambung)
2
(lanjutan) [22 Mei 1995]
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems)
Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 [10 November tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan 1995] mulai Januari 1996
[1995]
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
[2000]
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
[2002]
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
[2007]
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
[02 Maret 2009]
Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
Sumber: www.idx.com
1.1.2. PT Bank Central Asia, Tbk. (BBCA) PT Bank Central Asia Tbk. didirikan dengan nama NV Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting Factory pada tanggal 10 Oktober, 1955. Nama telah diubah untuk beberapa waktu, perubahan terakhir adalah pada tanggal 21 Mei 1974, yaitu PT Bank Central Asia. Bank mulai beroperasi di bidang perbankan sejak tanggal 12 Oktober 1956. Bank beroperasi sebagai bank umum. Bank bergerak di bidang jasa keuangan lainnya perbankan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia. Pada 30 Juni 2014, BCA memiliki 954 cabang domestik dan 2 perwakilan di luar negeri berlokasi di Singapura dan Hong Kong.
3
BCA memiliki kepemilikan langsung dan tidak langsung pada anak perusahaan: BCA Finance, BCA Finance Limited, PT Bank BCA Syariah, PT BCA Sekuritas, PT Asuransi Umum BCA, dan PT Central Santosa Keuangan. Pada 30 Juni 2014, BCA memiliki 22.355 karyawan tetap. 1.1.3. PT Bank Negara Indonesia, Tbk. (BBNI) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. pada awalnya didirikan di Indonesia sebagai pusat Bank dengan nama "Bank Negara Indonesia" tanggal 5 Juli 1946. Selanjutnya, BNI menjadi "Bank Negara Indonesia 1946" dan berubah status menjadi bank umum milik negara. Lingkup kegiatan BNI adalah untuk terlibat dalam layanan perbankan umum. Pada 30 Juni 2014, BNI memiliki 168 cabang domestik, 912 subcabang domestik, dan 627 outlet lainnya. Selain itu, jaringan BNI juga termasuk 4 kantor cabang luar negeri di Singapura, Hong Kong, Tokyo dan London serta 1 kantor perwakilan di New York. BNI mempunyai kepemilikan langsung pada anak perusahaan berikut: PT BNI Life Insurance, PT BNI Multifinance, PT BNI Securities dan anak, BNI Remittance Ltd dan PT Bank BNI Syariah. Semua anak perusahaan BNI berdomisili di Jakarta, kecuali BNI Remittance Ltd yang berkedudukan di Hong Kong. Pada 30 Juni 2014, BNI memiliki 23.390 karyawan tetap dan 3.079 non-permanen karyawan. 1.1.4. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. (BDMN) PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. ('Danamon) berdiri pada tahun 1956 dan tanggal 30 Juni, 2014 mengoperasikan lebih dari 2.400 jaringan, termasuk antara lain cabang konvensional, Danamon Simpan Pinjam (DSP) dan unit Syariah, serta anak perusahaan cabang, di samping lebih dari 1.400 ATM dan mesin setoran tunai.
4
Danamon berfokus pada melayani segmen pasar massal, terutama usaha Sektor mikro melalui DSP. Danamon juga memiliki kehadiran yang signifikan di usaha kecil dan menengah (UKM) dan menyediakan produk dan jasa untuk komersial, korporasi, Syariah, dan segmen ritel. Selain produk dan layanan perbankan, Danamon juga menyediakan pembiayaan dan asuransi melalui tiga anak perusahaannya. PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Keuangan), perusahaan pembiayaan otomotif terkemuka di Indonesia; PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance), perusahaan umum dan asuransi kesehatan; dan PT Adira Quantum Multifinance (Adira Kredit), perusahaan pembiayaan barang tahan lama. Danamon belum lama ini peringkat kedua dalam Annual Report Award 2012 yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) dalam kategori Sektor Keuangan Swasta. Danamon juga dianugerahi Top 10 Perusahaan Publik dengan Good Corporate Governance (GCG) ASEAN Scorecard tertinggi oleh Institute for Corporate Directorship (IICD). Secara internasional, Danamon termasuk dalam 2013 Forbes Global 2000, yang merupakan daftar perusahaan publik terbesar di dunia yang disusun oleh Majalah Forbes. Untuk strategi 2014, Danamon akan tetap fokus pada penyaluran kredit mikro, usaha kecil dan menengah serta komersial, trade finance, dan segmen otomotif. Dalam hal strategi pendanaan, Danamon menerapkan strategi pemasaran yang jelas untuk menarik deposito pelanggan melalui produk juara dan memanfaatkan jaringan yang ada untuk mencapai sinergi dalam koleksi pendanaan. 1.1.5. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (BBRI) Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan bank komersial tertua di Indonesia, didirikan pada tanggal 16 Desember 1895, di Purwokerto, Jawa Tengah. Bank BUMN ini go public pada 2003 dan pemerintah Indonesia memegang mayoritas sahamnya dengan 56,75%, diikuti oleh investor asing (34,14%) dan investor domestik (9,11%). 5
BRI memiliki enam segmen bisnis di portofolio: Usaha Mikro, Konsumer Bisnis, Bisnis Mikro, Menengah, BUMN dan Perusahaan Bisnis. Apa yang membuat BRI berbeda dan unik adalah Bisnis Mikronya. Dengan kredit mikro sebesar Rp144.2 triliun 31,4% dari total kredit, bisnis BRI mikro adalah keuangan mikro terbesar di dunia. Sejak awal, strategi BRI telah sebagian besar terfokus pada pengembangan mikro, segmen usaha kecil dan menengah. Dengan demikian, BRI memperhitungkan inti kompetensi di semua tingkatan organisasi. Dengan posisi strategis di perbankan Indonesia industri yang didukung oleh dasar yang kuat dari kompetensi inti di segmen usaha mikro sejak 1984, BRI akan dapat mencapai kinerja yang optimal dalam tahun-tahun mendatang. Ke depan, BRI akan mempertahankan fokus pada segmen usaha mikro, kecil dan menengah dengan tujuan pertumbuhan kredit yang berkualitas bijaksana dan baik. Selanjutnya, dalam mengembangkan strategi ini, BRI memperhitungkan beberapa faktor sebagai berikut: ketersediaan modal, kecepatan perekrutan karyawan, pengembangan teknologi informasi dan perubahan kebijakan dari regulator. 1.1.6. PT Bank Mandiri, Tbk. (BMRI) Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari Program restrukturisasi perbankan pemerintah Indonesia. Bank Mandiri merupakan bank terbesar di Indonesia. Bank Mandiri menawarkan rangkaian lengkap solusi keuangan untuk pribadi dan milik negara dan perusahaan menengah, usaha kecil dan mikro serta konsumen ritel. Di tengah berbagai tantangan eksternal, Mandiri Group berhasil mencapai sejumlah tonggak penting. Sehubungan dengan berbagai perbaikan bisnis proses, Mandiri Grup melakukan pengawasan disiplin atas mikrokeuangan dan parameter makro-eksternal sehingga berfungsi sebagai sistem peringatan dini. Pengawasan proses dilakukan secara proaktif berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan terfokus pada penguatan fondasi untuk mencapai tujuan kami di tiga (3) area fokus bisnis (transaksi grosir, deposito ritel dan pembayaran, dan pembiayaan eceran), serta 6
pengendalian internal, manajemen risiko yang lebih baik, dan perangkat tambahan untuk infrastruktur dan sumber daya manusia. Sejalan
dengan
pengembangan
produk
dan
meningkatnya
kompleksitas transaksi, manajemen juga telah mengambil langkah-langkah untuk mengoptimalkan fungsi Internal Audit, baik dalam jaminan dan penasehat istilah, dengan meningkatkan kapasitas auditor. Kapasitas tersebut tidak hanya terbatas pada pengetahuan dan keterampilan audit, tetapi juga meluas ke pengetahuan produk dan operasional perbankan. Komitmen Bank Mandiri dalam penerapan GCG sebagai upaya untuk tumbuh secara berkelanjutan, mendapat apresiasi dari masyarakat umum. Pada tahun 2013, Bank Mandiri menerima status sebagai Perusahaan Sangat Terpercaya Indonesia di Good Corporate Governance dari The Indonesian Institute for Corporate Governance; dimana Bank Mandiri telah menerima selama 7 tahun tahun berturut-turut. Selain itu, Bank Mandiri dianugerahi predikat tertinggi "Lembaga Keuangan Terbaik" dalam penerapan GCG dari sekitar 100 perusahaan publik dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia, seperti dinilai oleh IICD. Terkait dengan keberhasilan Perseroan untuk menjaga baik sistem pemerintahan, Perseroan terus berupaya untuk menerapkan GCG di 5 (lima) tahap utama: Komitmen Pemerintahan; Struktur tata kelola; Mekanisme tata kelola; Diseminasi dan Evaluasi; dan Walking the Talk. Bank Mandiri juga tumbuh melalui aliansi strategis dengan beberapa anak perusahaan utama. Di 2013, anak perusahaan bisnis kelima Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Mandiri Efek, AXA Mandiri Financial Services, Bank Sinar Harapan Bali, dan Mandiri Tunas Keuangan mengalami pertumbuhan yang signifikan. Total keuntungan dari lima anak perusahaan utama mencapai Rp2 triliun, atau sekitar 13,6% dari laba konsolidasi Bank Mandiri. 1.1.7. PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau Bank BTN didirikan pada tahun 1897 di bawah nama dari Postspaarbank. Nama itu diubah 7
menjadi Bank Tabungan Pos pada tahun 1950 dan akhirnya menjadi Bank Tabungan Negara pada tahun 1963. Bank BTN berhasil melakukan Penawaran Umum Perdana (IPO) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 17 Desember 2009, dan bank Indonesia pertama yang sekuritisasi KPR melalui Efek Beragun Aset -Kontrak Investasi Kolektif (KIK-EBA) skema. Bank BTN adalah bank komersial sepenuhnya yang berfokus pada pembiayaan perumahan. Bank BTN telah melakukan bisnis KPR selama lebih dari enam dekade konsistensi dengan menyediakan berbagai produk perumahan dan jasa, khususnya melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR), baik KPR Bersubsidi untuk segmen menengah ke bawah serta Non Hipotek bersubsidi untuk segmen menengah dan atas. Pada 30 Juni 2014, Bank memiliki 87 kantor cabang (termasuk 22 kantor cabang syariah), 244 kantor cabang pembantu (Termasuk 21 syariah sub-cabang), 486 kantor kas (termasuk 7 kantor kas syariah), dan 2922 SOPPs (Sistem on-line Payment Point / on-line Post office).
1.2 Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga keuangan yang paling penting dalam suatu negara. Saat ini sektor perbankan melalui kredit masih merupakan penggerak perekonomian suatu bangsa. Sumber utama pendapatan bank salah satunya berasal dari selisih antara bunga yang diberikan kepada nasabah dengan suku bunga kredit. Untuk memperluas pangsa pasar, suatu perusahaan memerlukan modal. Salah satu cara agar suatu perusahaan mendapatkan modal adalah dengan menjual kepemilikan perusahaan dalam bentuk saham (Christ Imanuel, 2011). Industri perbankan merupakan salah satu industri yang sahamnya sangat diminati oleh masyarakat yang akan berinvestasi di pasar modal. Tidak hanya diminati oleh investor lokal bahkan saham industri perbankan juga sangat diminati investor asing. Hal ini didorong oleh terus meningkatnya kinerja bank-bank BUMN setelah penawaran umum perdana. Kinerja saham BUMN khususnya
8
perbankan tumbuh pada kisaran 15% sampai dengan 25% melampaui pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (Mustafa Abubakar, 2010).
TABEL 1.2 PERINGKAT SAHAM DI LANTAI BURSA
Peringkat
Indikator
1 2
Kapitalisasi Pasar
3
3
26,2%
Consumer Goods
18,8%
Infrastruktur, Utilities, dan
Keuangan Perdagangan Jasa dan Nilai Transaksi
Komposisi
Keuangan
Transportasi
1 2
Sektor
Investasi Properti, Real Estate dan Kontruksi
13,3% 26% 18,4%
16,7%
Sumber: Data Statistik Bursa Efek Indonesia Maret 2015
Berdasarkan data statistik bursa di atas, dapat diketahui bahwa baik dari segi kapitalisasi pasar maupun nilai transaksi perdagangan saham, saham sektor keuangan berada di posisi pertama. Tak heran jika saham sektor keuangan saat ini masih sangat digemari investor untuk terus diperdagangkan setiap harinya di lantai bursa. Apalagi ada beberapa saham sektor keuangan yang memiliki kapitalisasi pasar dan likuiditas yang tinggi, seperti saham perbankan. Besarnya nilai transaksi saham sektor keuangan juga didominasi oleh empat saham besar perbankan, yaitu saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Keempat saham tersebut masih tercatat paling sering diburu investor hingga bulan Maret 2015 (sumber: www.infobanknews.com diakses pada tanggal 6 Mei 2015 pukul 11.00 WIB). Beberapa bank besar juga masuk ke dalam kategori saham unggulan LQ 45 yaitu merupakan kumpulan dari 45 saham dari perusahaan-perusahaan yang 9
memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Berdasarkan daftar indeks LQ45 yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode perdagangan Agustus 2014 – Januari 2015 terdapat enam bank besar yang termasuk dalam daftar tersebut yaitu Bank Central Asia (kode saham: BBCA), Bank Negara Indonesia (kode saham: BBNI), Bank Rakyat Indonesia (kode saham: BBRI), Bank Tabungan Negara (kode saham: BBTN), Bank Danamon (kode saham: BDMN)), dan Bank Mandiri (kode saham: BMRI) (sumber: http://www2.idx.co.id/SecondaryMenu/FAQ/tabid/105/ Default.aspx diakses pada tanggal 14 Maret 2015 pukul 14.00 WIB). Ada beberapa penilaian sebelum saham suatu emiten masuk dalam jajaran LQ 45 yaitu harus berada di top 95 persen dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler dan harus berada di top 90 persen dari rata-rata tahunan nilai kapitalisasi pasar. Syarat lainnya adalah saham emiten yang bersangkutan harus merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dengan kapitasilasi pasar serta merupakan urutan tertinggi berdasarkan kapitalisasi frekuensi (sumber: www.bisnis-jabar.com. Saham BJBR masuk LQ 45 diakses pada 14 Maret 2015 pukul 15.00 WIB). Donny Susatio Adjie, Head of Institutional Marketing PT Danareksa Investment Management, membenarkan investor lebih menyukai reksadana saham dengan underlying asset saham LQ 45. Menurutnya investor masih trauma dengan kejadian reksadana saham yang memiliki underlying asset di luar saham LQ 45 yang nilai dana kelolaannya turun drastis dan tidak memberikan imbal hasil akibat krisis pada 2008 (sumber: www.indonesiafinancetoday.com, Reksa Dana Saham Masih Andalkan LQ45 diakses pada 14 Maret 2015 pukul 15.00 WIB). Hal ini menunjukkan bahwa saham yang termasuk dalam indeks LQ45 lebih disukai oleh investor karena keunggulannya dari segi likuiditas dan kapitalisasi pasar mencerminkan banyaknya transaksi jual beli saham dan tingginya harga keseluruhan saham di pasar yang diharapkan dapat memberikan keuntungan yang tinggi. Akan tetapi masuknya saham-saham industri perbankan tersebut ke dalam daftar saham indeks LQ 45 tidak dapat menjamin besarnya keuntungan yang akan
10
diperoleh para investor. Hal ini dikarenakan pergerakan saham yang fluktuatif di pasar modal sulit untuk ditebak. Saham mempunyai karakteristik high risk – high return atau merupakan surat berharga yang mempunyai risiko tinggi tetapi juga dapat memberikan keuntungan yang tinggi. Saham memberikan kesempatan para investor untuk mendapatkan keuntungan (capital gain) yang besar dalam waktu singkat, tetapi bisa saja memberikan kerugian (capital loss) kepada investor dalam waktu singkat. Untuk itu, para investor perlu berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Karena pengambilan keputusan untuk melakukan investasi merupakan keputusan yang sangat berisiko. Oleh karena itu sebaiknya para investor terlebih dahulu mencari informasi mengenai perusahaan yang menerbitkan saham dan melakukan analisis yang diperlukan untuk menilai saham yang akan dibeli atau dijual sehingga dapat melakukan keputusan investasi yang tepat. Salah satu analisis yang dilakukan adalah analisis fundamental yang menyatakan bahwa saham
memiliki nilai intrinsik (nilai yang sebenarnya)
tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya untuk menentukan apakah harga pasar tersebut sudah sesuai dengan nilai intrinsiknya. Nilai intrinsik tersebut memberikan ukuran mengenai nilai dasar dari suatu saham dan merupakan standar untuk mempertimbangkan apakah saham tersebut dinilai terlalu rendah (undervalued), wajar (fairly priced), atau dinilai terlalu tinggi (overvalued) (Brigham dan Houston, 2006:360 dalam Mutqinuddin 2011). Dalam analisis fundamental, metode perhitungan harga wajar saham dapat dilakukan dengan metode Dividend Discount Model (DDM). Metode ini dapat menghitung nilai intrinsik saham dengan cara mendiskontokan dividen dengan nilai sekarang suatu saham. Model ini mempertimbangkan konsep nilai waktu uang, tingkat pertumbuhan dividen, risiko investasi, dan potensi arus kas sehingga dapat menilai harga wajar yang lebih sesuai dengan kriteria perusahaan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai kewajaran harga enam saham subsektor perbankan yang terdaftar dalam kelompok indeks LQ45 pada periode Agustus
11
2014 – Januari 2015. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rmanfaat bagi para investor di pasar modal yang akan berinvestasi dan telah berinvestasi pada salah satu atau beberapa dari 6 perusahaan perbankan yang termasuk dalam saham indeks LQ45 periode Agustus 2014-Januari 2015, untuk memperoleh informasi mengenai kewajaran nilai dan harga saham sehingga dapat mengambil keputusan investasi yang tepat dalam arti menguntungkan dengan mengambil judul “ Penilaian Harga Saham Subsektor Perbankan dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Menggunakan Metode Dividend Discount Model (Periode Agustus 2014 – Januari 2015)”.
1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang mendasari penelitian ini, maka dapat dirumuskan hal-hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Berapakah nilai intrinsik saham-saham subsektor perbankan yang termasuk dalam indeks LQ 45 Periode Agustus 2014 – Januari 2015?
2.
Apakah nilai intrinsik saham-saham subsektor perbankan yang termasuk dalam indeks LQ 45 Periode Agustus 2014 – Januari 2015 undervalued, overvalued, atau fair?
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengetahui nilai intrinsik saham-saham subsektor perbankan yang termasuk dalam indeks LQ 45 Periode Agustus 2014 – Januari 2015
2.
Mengetahui apakah nilai intrinsik saham-saham subsektor perbankan yang termasuk dalam indeks LQ 45 Periode Agustus 2014 – Januari 2015 undervalued, overvalued, atau fair?
1.5 Kegunaan Penelitian
12
Adapun manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Kegunaan praktis Memberikan informasi berdasarkan data historis kepada para pemegang saham dan calon investor pada saham subsektor perbankan yang termasuk dalam Indeks LQ45 di pasar modal yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk melakukan keputusan investasi.
2.
Kegunaan untuk pengembangan ilmu Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi khazanah keilmuan di bidang keuangan, khususnya di bidang valuasi dan saham. Selain itu juga diharapkan agar menjadi bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi yang berhubungan dengan hasil penelitian ini.
1.6 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran umum mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah suatu sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal-hal yang dibahas dalam tiap bab. Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjelasan secara umum mengenai objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Dalam bab ini dikemukakan dengan jelas mengenai hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Bab ini meliputi uraian tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari penelitian, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran.
13
BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data sehingga dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan mengenai hasil analisis dan pengolahan data beserta pembahasannya, yang disajikan secara kronologis dan sistematis sesuai dengan lingkup penelitian serta konsisten dengan tujuan penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran maupun rekomendasi yang dapat diberikan kepada perusahaan dan pihak lain yang membutuhkan.
14
15