1
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN DENGAN PENDANAAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA) Halomoan Sihombing Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas dan likuiditas baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia dan juga untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food and beverage yang yang tergabung di Bursa Efek Indonesia. Dari 20 perusahaan sebagai populasi diambil sampel sebanyak 4 perusahaan yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan food and beverage yang masih tetap terdaftar dan aktif di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan perusahaan secara lengkap serta menghasilkan laba dan membagikan dividen mulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan uji interaksi. Hasil pengujian hipotesis pertama secara simultan (serempak) menunjukkan bahwa kedua variabel independen profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan secara parsial (individu) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sementara likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pendanaan, interaksi profitabilitas dengan pendanaan, dan interaksi likuiditas dengan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa variabel pendanaan bukanlah merupakan variabel moderating. Penelitian ini akan memperlihatkan bahwa pendanaan tidak dapat memperkuat pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen. Kata Kunci: Profitabilitas, Likuiditas, Pendanaan, dan Kebijakan Dividen.
2
THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF PROFITABILITY AND LIQUIDITY ON DIVIDEND POLICY WITH FINANCING AS THE MODERATING VARIABLE (AN EMPIRICAL STUDY OF THE FOOD AND BEVERAGE COMPANY REGISTERED IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE) Halomoan Sihombing Abstract: The purpose of this causal associative study was to simultaneously and partially test and analyze the influence of profitability and liquidity on the dividend policy of the food and beverage companies registered in the Indonesian Stock Exchange and whether or not financing can strengthen or weaken the influence of profitability and liquidity on the dividend policy of the companies of food and beverage industry registered in the Indonesian Stock Exchange. The population of this study was 20 companies and 4 (four) of them were selected to be the samples for this study through purposive sampling method under the criteria that the food and beverage companies was active and registered in the Indonesian Stock Exchange from 2003 to 2010 as categoried by the Indonesian Stock Exchange, published the complete financial reports of their companies, and had made profit and distributed cashed dividend from 2003 to 2010. The data obtained were analyzed through multiple linear regression analysis with residual test. The result of the first hypothesis analysis showed that simultaneously the independent variables of profitability and liquidity had a significant influence on the dividend policy, while partially the independent variable of profitability had a significant influence on the dividend policy but the independent variable of liquidity did not have a significant influence on the dividend policy. The result of the second hypothesis analysis showed that simultaneously profitability, liquidity, financing, profitability interaction with financing, and liquidity interaction with financing had influence on the divided policy, but partially did not have any significant influence on the dividend policy. The variable of financing is not the moderating variable because the coefficient value of its parameter was positive even though it was significantly influencing that the variable of financing cannot strengthen or weaken the influence of the variables of profitability and liquidity on the variable of dividend policy. Keywords: Profitability, Liquidity, Financing, Dividend Policy
3
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan yang menyangkut pembelanjaan internal perusahaan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap nilai perusahaan atau harga saham perusahaan di pasar modal. Manajer perusahaan harus memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan khususnya mengenai kegiatan operasional dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kekayaan perusahaan dan nilai perusahaan, manajer akan mengambil keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba. Fenomena yang terjadi dalam penentuan kebijakan dividen dapat dilihat dari keputusan yang dilakukan oleh manajer perusahaan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada tanggal 15 Desember 2003 tentang hal penggunaan laba yang diperoleh perusahaan yaitu berapa besarnya bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen dan berapa besarnya bagian laba yang dijadikan sebagai laba ditahan untuk pembelanjaan investasi. Perusahaan harus dapat menentukan dengan baik berapa besarnya dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai imbalan (return) atas investasi yang ditanamkannya ke perusahaan tersebut sehingga para pemegang saham dapat meningkatkan kesejahteraannya dan berapa besarnya bagian laba yang ditahan sebagai pembelanjaan investasi untuk
4
mencapai pertumbuhan perusahaan secara terus menerus sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan operasionalnya. Pada
prinsipnya,
sebahagian
laba
yang
diperoleh
perusahaan
seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham dan sebahagian lagi dijadikan sebagai laba ditahan. Tetapi kedua hal tersebut saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Jika bagian laba perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen lebih tinggi daripada bagian laba yang ditahan, maka ketergantungan perusahaan terhadap sumber dana eksternal akan semakin besar. Jika perusahaan ingin menahan sebahagian besar dari pendapatannya sebagai laba ditahan, maka bagian pendapatan yang tersedia untuk dibagikan sebagai dividen semakin kecil sehingga hal ini akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan yang bersangkutan akibatnya akan mengurangi atau menurunkan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pada umumnya perusahaan yang dapat melakukan pembayaran dividen kepada para investornya merupakan perusahaan yang memiliki laba dan struktur keuangan yang baik. Apabila perusahaan dapat meningkatkan pembayaran dividen, maka hal ini merupakan bukti semakin membaiknya kinerja perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dibaca melalui laporan keuangan dengan menganalisis rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut (Wild, et.al., 2005:36). Dari hasil analisis rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen, antara lain: profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan.
5
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau profit yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Pada prinsipnya, semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka pembayaran dividen kepada pemegang saham akan semakin besar pula. Namun kenyataannya, perusahaan harus memikirkan agar tidak semua laba yang diperoleh perusahaan tersebut dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham karena sebahagian lagi harus ditahan sebagai laba ditahan untuk pembelanjaan investasi perusahaan pada masa mendatang. Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2004 : 41).
Pada prinsipnya, semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham. Namun kenyataannya untuk membayar dividen diperlukan ketersediaan dana dalam hal ini adalah kas yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang
mempunyai
laba
yang
tinggi
belum tentu dapat
membayarkan dividen kepada para pemegang saham karena tidak adanya dana untuk membayar dividen. Pendanaan
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajibannya melalui modal sendiri. Pada prinsipnya, semakin tinggi kewajiban maka akan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Sartono, 2001:121). Namun kenyataannya, sumber pendanaan yang dimiliki perusahaan tidak boleh seluruhnya dijadikan untuk membayar dividen kepada
6
para pemegang saham sebab pendanaan yang merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang berasal dari kreditur, bukan dari pemegang saham ataupun investor atau sejauh mana kita menggunakan utang sebagai sumber dana dibandingkan menggunakan dana yang berasal dari modal. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen dengan Pendanaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah profitabilitas dan likuiditas berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? 2. Apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas
dan
likuiditas
terhadap
kebijakan
dividen
pada
perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas dan likuiditas baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kedua, untuk menguji dan
7
menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan industri food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada peneliti untuk menambah pemahaman, memperluas wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu manajemen keuangan dan pasar modal Indonesia. Penelitian ini diharapkan berguna bagi investor sebagai informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi sehubungan dengan harapan para pemegang saham untuk mendapat dividen atas sejumlah dana yang diinvestasikan dan juga dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti kebijakan dividen. 1.4. Kajian Teoritis 1.4.1. Dividen Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai (Warsono, 2003: 271). Dividen ini akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan atau laba dari perusahaan. Dividen ditentukan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan”. 1.4.2. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
8
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi pada masa yang akan datang (Sartono, 2001 : 281). Apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai dividen maka tingkat pertumbuhan akan berkurang dan akan berdampak negatif terhadap harga saham. Di sisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen maka pasar akan melihat sebagai sinyal negatif atas prospek perusahaan. Teori tentang kebijakan dividen terus berkembang dan mengalami kemajuan dan sampai saat ini ada beberapa teori kebijakan dividen yang telah dikemukakan. 1. Dividend Irrelevance Theory Teori ini diperkenalkan oleh Miller dan Modigliani (1961:411) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh kebijakan dividen yang diputuskan atau dilaksanakan perusahaan terhadap nilai perusahaan (aset) yang dimiliki perusahaan. 2. Bird in The Hand Theory Gordon dan Lintner (1963:264) dengan Bird in The Hand Theory berpendapat bahwa dividen lebih baik daripada capital gain karena dividen yang dibagi kurang berisiko. Investor lebih merasa aman memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain yang belum tentu akan diperoleh pada masa mendatang atau kedua-duanya tidak diperoleh padahal perusahaan membagikan dividen tergantung kepada prospek perusahaan pada masa yang akan datang. 3. Tax Preference Theory
9
Tax Preference Theory menjelaskan bahwa investor lebih menyukai laba ditahan (retained earning) daripada dividen sehingga mengurangi pembayaran pajak atas dividen yang dibagikan. 4. Clientele Effect Theory Teori ini dikemukakan oleh Miller dan Modigliani (1961:414) dalam mempertahankan pandangan teorinya yaitu Dividend Irrelevance Theory. Kelompok berpendapatan rendah menginginkan dividen yang tinggi untuk menambah pendapatan sementara kelompok yang berpendapatan yang tinggi menginginkan dividen yang rendah dan capital gain yang tinggi sehingga terjadi kelompok peminat pada pemilik perusahaan yang disebut clientele. 5. Signaling Hypothesis Theory Teori ini juga dikemukakan oleh Miller dan Modigliani (1961:418) untuk mempertahankan pandangan teorinya (Dividend Irrelevance Theory). Teori ini mengemukakan bahwa perusahaan tidak mungkin akan membayar dividen bila kinerja dan kondisi keuangan perusahaan berada pada posisi yang tidak baik. Pembayaran dividen merupakan merupakan pertanda bahwa kinerja perusahaan yang baik dan adanya kelebihan dana. 6. Teori Dividen Residual Teori dividen residual menyatakan bahwa ketika perusahaan akan memutuskan berapa banyak uang kas yang harus dibagikan kepada pemegang saham, Perusahaan akan melakukan pembayaran dividen setelah dana-dana kebutuhan investasi terpenuhi; dengan kata lain, hanya jika ada “pendapatan tersisa” atau pendapatan residual, maka dividen akan dibayarkan.
10
1.4.3. Profitabilitas Sartono
(2001:122)
berpendapat
bahwa
profitabilitas
adalah
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dalam hubungannya dengan kebijakan dividen, besarnya profitabilitas akan mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Peningkatan pembayaran dividen hanya terjadi ketika perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi, dengan asumsi bahwa profitabilitas tersebut cukup tinggi untuk meningkatkan laba, baik laba ditahan maupun pembayaran dividen secara serentak. 1.4.4. Likuiditas Menurut Gitman (2003:132), likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang berjangka pendek, tepat waktunya atau kemampuan perusahaan untuk menyediakan kas atau setara kas yang ditunjukkan melalui besar kecilnya aktiva lancar. Semakin tinggi likuiditas suatu perusahaan, maka kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajibannya akan semakin baik. Dalam kaitannya dengan kebijakan dividen, likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen kepada para pemegang saham dimana untuk membayar dividen diperlukan ketersediaan dana dalam hal ini adalah kas yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang mempunyai laba yang tinggi belum tentu dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham karena tidak adanya dana untuk membayar dividen.
11
Teori tentang Profitabilitas dan Likuiditas dijelaskan dalam Teori Nilai Perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas semakin tinggi pemaksimalan kesejahteraan pemegang saham sehingga berdampak pada nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya dan berdampak
positif
terhadap nilai
perusahaaan. Besarnya tingkat profitabilitas dan likuiditas menjadi penentu nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham dan Houston, 2001:210). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan ditentukan oleh besarnya tingkat profitabilitas dan tingkat likuiditas yang dimiliki oleh perusahaan. 1.4.5. Pendanaan Menurut Sudarmaji dan Sularto (2007:54), pendanaan merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang yang berasal dari kreditur, bukan dari pemegang saham ataupun investor atau sejauh mana kita menggunakan utang sebagai sumber dana dibandingkan menggunakan dana yang berasal dari modal. Hubungan pendanaan dengan kebijakan dividen dipengaruhi oleh rasio leverage yaitu Debt to Equity Ratio (DER). Artinya kebijakan dividen dilakukan,
apabila
perusahaan
tersebut
dapat
mengelola
kebutuhan
pembayaran hutang pada periode yang akan datang. Semakin tinggi hutang maka semakin kecil dividen yang dibayarkan karena pembiayaan eksternal
12
atau hutang cenderung memiliki risiko yang tinggi dibandingkan dengan pembiayaan internal. Teori yang membahas tentang pendanaan investasi ini dikenal dengan nama Teori Urutan Pendanaan (Pecking Order Theory) yang diperkenalkan oleh Gordon Donaldson pada tahun 1961. Menurut Donaldson (1961:101), perusahaan mempunyai urutan dalam melakukan pendanaan yang dimulai dengan urutan laba ditahan, utang kepada pihak ketiga baik dengan loan atau menjual obligasi dan terakhir mengeluarkan saham baru.
1.5. Tinjauan Penelitian terdahulu Darminto (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Struktur Modal, dan Standar Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2002–2005”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan profitabilitas, likuiditas, struktur modal, dan struktur kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan secara parsial, hanya profitabilitas dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Arilaha (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004–2007”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan free cash flow, profitabilitas, likuiditas, dan leverage berpengaruh signifikan
13
terhadap kebijakan dividen. Sedangkan secara parsial hanya profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2009) berjudul “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Dividend Payout Ratio pada BUMN di Bursa Efek Indonesia tahun 2001–2007”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan, variabel likuiditas, profitabilitas, dan leverage berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Sedangkan secara parsial, hanya profitabilitas yang berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. 1.6. Kerangka Konseptual Berikut ini merupakan kerangka konseptual berdasarkan telaah literatur di atas yang digambarkan dalam bentuk diagram skematik sebagai berikut.
PENDANAAN
PROFITABILITAS
H2 H1
KEBIJAKAN DIVIDEN
LIKUIDITAS Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konseptual 1.7. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, dan kerangka berpikir atau landasan teori di atas maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
14
1. Profitabilitas dan likuiditas berpengaruh baik secara simultan dan maupun parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Pendanaan dapat memperkuat dan memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2011 – Januari 2012 di Bursa Efek Indonesia yang bertempat di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52–53 Jakarta. Data diambil melalui media internet dengan menggunakan website resmi Bursa Efek Indonesia: www.idx.co.id. dan buku Indonesian Capital Market Directory. 2.2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode mulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia terdapat 20 perusahaan food and Beverage yang terdaftar (listing) sampai dengan tanggal 31 Desember 2010. Kemudian dari jumlah populasi tersebut diambil sampel penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun beberapa pertimbangan atau kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah:
15
1. Seluruh perusahaan food and beverage yang terdaftar dan aktif di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2003 sampai tahun 2010 sesuai dengan penggolongan yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia. 2. Seluruh perusahaan food and beverage yang mempublikasikan laporan keuangan perusahaan secara lengkap mulai dari tahun 2003 sampai tahun 2010. 3. Seluruh perusahaan food and beverage yang menghasilkan laba dan membagikan dividen tunai mulai dari tahun 2003 sampai tahun 2010. Dari
proses pengambilan sampel, populasi
yang
terdiri dari
20 perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel perusahaaan berjumlah 4 perusahaan, yaitu PT Delta Djakarta, Tbk., PT Indofood Sukses Makmur, Tbk., PT Multi Bintang Indonesia, Tbk., dan PT Mayora Indah, Tbk. 2.3. Metode Analisis Data 3.3.1. Uji Normalitas Data Uji Normalitas yang dipergunakan dalam penelitian ini analisis grafik normal P Plot dan analisis One Sample Kolmogorov Smirnov. Pada One Sample Kolmogorov Smirnov, regresi memenuhi asumsi normalitas apabila sigma > 0,05. 3.3.2. Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan VIF yang tinggi karena VIF = 1 / tolerance. Multikolinearitas terjadi apabila nilai tolerance < 0.10 dan Variance inflation faktor >10.
16
3.3.3. Uji Heteroskesdastisitas Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik P-Plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. 3.3.4. Uji Autokorelasi Pengujian ini akan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test) yang mensyaratkan adanya konstanta (intercept) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen. Setelah dilakukan uji asumsi klasik terhadap data, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hipotesis pertama diuji dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan bantuan SPSS. Adapun persamaan yang dipakai dalam untuk membuktikan hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y
= a + b1X1 + b2X2 + ε
Di mana: Y = Kebijakan Dividen; a = Parameter Konstanta; b = Koefisien garis regresi masing-masing Xi, i = 1, 2, 3; X1 = Profitabilitas; X2 = Likuiditas; ε = Error Pengujian hipotesis kedua menggunakan uji regresi linier berganda dengan uji interaksi. Uji interaksi bertujuan untuk menentukan apakah variabel variabel yang digunakan sebagai variabel moderating dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen dengan membuat perkalian antar variabel
17
independen. Menurut Ghozali (2009:200), jika variabel moderasi merupakan moderating variabel, maka hasil interaksi antara variabel independen dengan variabel moderasi harus signifikan pada 0,05 atau 0,10. Dalam penelitian ini, tingkat signifikasi yang digunakan adalah 0,05. Hipotesis
kedua
yaitu
pendanaan
dapat
memperkuat
atau
memperlemah profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun model regresi yang dipakai dalam hipotesis kedua ini adalah sebagai berikut: Y
= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X1X3 + b5X2X3 + Ɛ
Dimana: Y = Kebijakan Dividen; a = Parameter Konstanta; b = Koefisien garis regresi masing-masing Xi, i = 1, 2, 3; X1 = Profitabilitas; X2 = Likuiditas; X3 = Pendanaan sebagai variabel moderasi; ε = Error. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1.
Hasil Pengujian Hipotesis Pada tabel di bawah dapat dilihat nilai adjusted R Square untuk
menunjukkan seberapa jauh variabel bebas mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel terikat. Nilai adjusted R square sebesar 0,423 artinya 42,3 % variabel kebijakan dividen mampu dijelaskan variabel profitabilitas dan likuiditas. Sedangkan sisanya sebesar 57,7 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 3.1. Adjusted R Square Model 1
R
R Square a
.692
3.1.1. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
Adjusted R Square .479
.423
18
Pengujian hipotesis pertama yaitu untuk menganalisis pengaruh likuiditas dan profitabilitas secara simultan dan parsial terhadap kebijakan dividen. Hasil analisis dengan menggunakan regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut ini. Tabel 3.2. Hasil Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen secara Simultan ANOVAb Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
1.272
2
.636
Residual
3.607
29
.124
Total
4.879
31
F 5.114
Sig. .013a
a. Predictors: (Constant), LIKUIDITAS, PROFITABILITAS b. Dependent Variable: KEBDIVIDEN
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan jika nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan tabel 5.6. di atas dapat diketahui bahwa Fhitung = 5,114 dan Ftabel = 2,947 sehingga Fhitung lebih besar dari Ftabel dan nilai signifikan adalah 0,013 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan secara simultan profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Tabel 3.3. Hasil Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen secara Parsial. Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
.211
.115
PROFITABILITAS
.666
.208
LIKUIDITAS
.006
.054
Beta
T
Sig. 1.833
.077
.511
3.198
.003
.017
.108
.914
a. Dependent Variable: KEBDIVIDEN
Model yang dibangun dari hasil penelitian ini adalah: Y = 0,211 + 0,666 PROFITABILITAS + 0,006 LIKUIDITAS
19
Nilai konstanta sebesar 0,211 yang artinya apabila semua variabel bebas memiliki nilai nol, maka nilai variabel terikat sebesar 0,211. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kebijakan dividen. Nilai variabel profitabilitas sebesar 0,666. Setiap kenaikan nilai profitabilitas satu satuan, maka nilai kebijakan dividen naik sebesar 0,666 dengan asumsi nilai variabel bebas lainnya tetap. Secara parsial variabel profitabilitas memiliki nilai t hitung sebesar 3,198 dan nilai t tabel sebesar 2,048, berarti t hitung lebih besar dari t tabel. Tingkat signifikansi 0,003 lebih kecil dari 0,05 berarti variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Nilai variabel likuiditas sebesar 0,006. Setiap kenaikan nilai likuiditas satu satuan, maka nilai kebijakan dividen naik sebesar 0,006 dengan asumsi nilai variabel bebas lainnya tetap. Secara parsial variabel likuiditas memiliki nilai t hitung sebesar 0,108 dan nilai t tabel sebesar 2,048, berarti t hitung lebih kecil dari t tabel. Tingkat signifikansi 0,914 lebih besar dari 0,05 berarti variabel likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. 3.1.2. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Pengujian hipotesis kedua yaitu untuk menganalisis pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia. Hasil analisis dengan menggunakan regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut ini.
20
Tabel 3.4. Hasil Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Pendanaan sebagai Variabel Moderating terhadap Kebijakan Dividen secara Simultan ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
2.649
5
.530
Residual
2.230
26
.086
Total
4.879
31
Sig. .001a
6.178
a. Predictors: (Constant), LIKPDN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, PENDANAAN, PROFPDN b. Dependent Variable: KEBIJAKAN DIVIDEN
Berdasarkan tabel 3.4. di atas dapat diketahui bahwa F hitung = 6,178 dan Ftabel = 2,947, Fhitung lebih besar dari Ftabel dan nilai signifikan adalah 0,001 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan secara simultan profitabilitas, likuiditas, pendanaan, interaksi profitabilitas dengan pendanaan serta interaksi likuiditas dengan pendanaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Tabel 3.5. Hasil Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Pendanaan sebagai Variabel Moderating terhadap Kebijakan Dividen secara Parsial Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
-.065
.189
PROFITABILITAS
.426
.435
LIKUIDITAS
.122
PENDANAAN PROFPDN LIKPDN
Beta
t
Sig. -.345
.733
.327
.980
.336
.076
.363
1.593
.123
.165
.102
.641
1.610
.120
.168
.283
.291
.595
.557
-.071
.038
-.547
-1.849
.076
a. Dependent Variable: KEBIJAKAN DIVIDEN
Model yang dibangun dari hasil penelitian ini adalah: Y = - 0,065 + 0,426 PROFITABILITAS + 0,122 LIKUIDITAS + 0,165 PENDANAAN + 0,168 PROFPDN – 0,071 LIKPDN
21
Setelah ditambahkan variabel pendanaan sebagai variabel moderating dengan uji interaksi, maka dapat dilihat nilai konstanta sebesar - 0,065 yang artinya apabila semua variabel bebas memiliki nilai nol, maka nilai variabel terikat sebesar -0,065. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kebijakan dividen. Nilai variabel profitabilitas sebesar 0,426. Setiap kenaikan nilai profitabilitas satu satuan, maka nilai kebijakan dividen naik sebesar 0,426 dengan asumsi nilai variabel bebas lainnya tetap. Secara parsial variabel profitabilitas memiliki nilai t hitung sebesar 0,980 dan nilai t tabel sebesar 2,048, berarti t hitung lebih kecil dari t tabel. Tingkat signifikansi 0,980 lebih besar dari 0,05 berarti variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Nilai variabel likuiditas sebesar 0,122. Setiap kenaikan nilai likuiditas satu satuan, maka nilai kebijakan dividen naik sebesar 0,122 dengan asumsi nilai variabel bebas lainnya tetap. Pada variabel likuiditas, nilai t hitung sebesar 1,593 dan nilai t tabel sebesar 2,048 berarti t hitung lebih kecil dari t tabel. Tingkat signifikansi 0,123 lebih besar dari 0,05 berarti variabel likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Nilai variabel pendanaan sebesar 0,165. Setiap kenaikan nilai pendanaan satu satuan, maka nilai kebijakan dividen naik sebesar 0,165 dengan asumsi nilai variabel bebas lainnya tetap. Pada variabel pendanaan, nilai t hitung sebesar 1,610 dan nilai t tabel sebesar 2,048 berarti t hitung lebih kecil dari t tabel. Tingkat signifikansi 0,120 lebih kecil dari 0,05 berarti
22
variabel pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Nilai variabel interaksi profitabilitas dengan pendanaan sebesar 0,168. Setiap kenaikan nilai pendanaan satu satuan, maka nilai kebijakan dividen naik sebesar 0,168 dengan asumsi nilai variabel bebas lainnya tetap. Pada interaksi variabel profitabilitas dengan pendanaan, nilai t hitung sebesar 0,595 dan nilai t tabel sebesar 2,048 berarti t hitung lebih kecil dari t tabel. Tingkat signifikansi 0,557 lebih besar dari 0,05 berarti interaksi variabel profitabilitas dengan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Nilai variabel interaksi likuiditas dengan pendanaan sebesar -0,071. Setiap kenaikan nilai pendanaan satu satuan, maka nilai kebijakan dividen turun sebesar -0,071 dengan asumsi nilai variabel bebas lainnya tetap. Pada interaksi variabel likuiditas dengan pendanaan, nilai t hitung sebesar -1,849 dan nilai t tabel sebesar 2,048 berarti t hitung lebih kecil dari t tabel. Tingkat signifikansi 0,076 lebih kecil dari 0,05 berarti interaksi variabel likuiditas dan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. 3.2. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis 3.2.1. Pembahasan hipotesis pertama Penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan profitabilitas dan likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen diterima.
23
Hasil penilitian ini sejalan dengan Bird in the Hand Theory menjelaskan bahwa investor lebih menyukai dividen yang tinggi karena dividen yang diterima seperti burung di tangan yang risikonya lebih kecil atau mengurangi ketidakpastian dibandingkan dengan dividen yang tidak dibagikan. Investor lebih merasa aman memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain yang belum tentu akan diperoleh pada masa mendatang atau kedua-duanya tidak diperoleh. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darminto (2008), Arilaha (2009), dan Simbolon (2009) yang menyatakan bahwa secara simultan profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini berarti semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham. Secara parsial profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Uraian dari masing-masing variabel dapat dilihat sebagai berikut: 1. Profitabilitas Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan
24
semakin besar pula. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen (Sudarsi 2002:79). Hasil penelitian ini sejalan dengan Bird in the Hand Theory yang menjelaskan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen yang tinggi dibandingkan dengan dividen yang tidak dibagikan. Hal ini timbul dari pandangan investor yang paling pertama selalu menyatakan bahwa nilai perusahaan (harga saham) akan meningkat seiring dengan peningkatan dividen yang diberikan karena pembagian dividen yang dapat meningkatkan nilai perusahaan akan mengakibatkan peningkatan profit (capital gain) perusahaan sehingga perusahaan memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba pada saat menjalankan kegiatan usahanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darminto (2008), Arilaha (2009), dan Simbolon (2009) yang menyatakan bahwa secara parsial profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. 2. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia sehingga likuiditas perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan
25
dibayarkan kepada para pemegang saham yang berdampak positif terhadap nilai perusahaan (Prihantoro, 2003:10). Walaupun secara teori, likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen, namun dalam penelitian ini secara parsial likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini disebabkan karena banyak faktor lain yang mempengaruhi kebijakan dividen dan jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan food and beverage. Hasil penilitian ini sejalan dengan Dividend Irrelevance Theory menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh kebijakan dividen yang diputuskan atau dilaksanakan perusahaan terhadap nilai perusahaan dalam hal tersedianya aktiva lancar yang dapat diubah menjadi kas untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek perusahaan pada saat jatuh tempo. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Tax Preference Theory yang menjelaskan bahwa investor lebih menyukai laba ditahan (retained earning) daripada laba ditahan karena dapat menunda pembayaran pajak. Clientele Effect Theory yang terdapat banyak kelompok investor dengan berbagai kepentingan dan keinginan yang berbeda menyatakan bahwa di satu pihak terdapat investor yang berpenghasilan tinggi lebih menginginkan dividen yang rendah dan capital gain yang tinggi karena dapat menunda pembayaran pajak dimana pajak akan dibayarkan jika dilakukan pembayaran dividen. Demikian
halnya
dengan
Signaling
Hypothesis
Theory
yang
menyatakan bahwa pihak manajemen mengetahui banyak informasi tentang
26
keadaan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. Perusahaan tidak mungkin akan membayar dividen bila kinerja dan kondisi keuangan perusahaan berada pada posisi yang tidak baik. Teori Dividen Residual juga menyatakan manajemen harus menahan diri dengan upaya menahan laba kecuali jika laba itu dapat diinvestasikan kembali guna menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi yang juga ikut dirasakan oleh pemegang saham daripada yang diperoleh pemegang saham jika mereka menginvestasikan uang itu dalam investasi yang berisiko sama. Perusahaan akan melakukan pembayaran dividen setelah dana-dana kebutuhan investasi terpenuhi; dengan kata lain, hanya jika ada “pendapatan tersisa” atau pendapatan residual, maka dividen akan dibayarkan. Inilah inti dari teori dividen residual atau residual dividend theory (Elton dan Gruber, 1970:68). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darminto (2008), Arilaha (2009), dan Simbolon (2009) yang menyatakan bahwa secara parsial likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. 3.2.2. Pembahasan hipotesis kedua Setelah dilakukan pengujian pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan menjadikan pendanaan sebagai variabel moderasi dengan uji interaksi profitabilitas dengan pendanaan dan likuiditas dengan pendanaan, maka secara simultan penelitian ini membuktikan bahwa profitabilitas, likuiditas, pendanaan, interaksi profitabilitas dengan pendanaan,
27
dan interaksi likuiditas dengan pendanaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen (Sudarsi 2002:79) dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen (Prihantoro, 2003:10). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Bird in The Hand Theory yang mengatakan bahwa investor lebih merasa aman memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain yang belum tentu akan diperoleh pada masa mendatang atau kedua-duanya tidak diperoleh padahal perusahaan membagikan dividen tergantung kepada prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Penelitian ini menjadikan pendanaan sebagai variabel moderasi untuk melihat apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara
parsial
profitabilitas,
likuiditas,
pendanaan,
interaksi
profitabilitas dengan pendanaan, dan interaksi likuiditas dengan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Uraian dari masingmasing variabel dapat dilihat sebagai berikut: 1. Profitabilitas Hasil
penelitian
ini
menjelaskan
bahwa
profitabilitas
tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sejalan dengan Dividend Irrelevance Theory yang menyatakan bahwa
28
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba tidak tergantung kepada jumlah laba yang dibagi untuk dividen dan berapa jumlah laba yang dijadikan sebagai laba ditahan (retained earning). Hasil ini tidak dapat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. 2. Likuiditas Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sejalan dengan Dividend
Irrelevance
Theory
yang
menyatakan
bahwa
kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek tidak tergantung kepada jumlah laba yang dibagi untuk dividen dan berapa jumlah laba yang dijadikan sebagai laba ditahan (retained earning) Tingkat likuiditas perusahaan tergantung kepada kebijakan investasi. Selain itu, Tax Preference Theory menyarankan perusahaan untuk menahan pembagian dividen karena pembayaran dividen yang tinggi dapat menaikkan pembayaran pajak. Demikian juga dengan Clientele Effect Theory, kelompok pemegang saham yang ingin memperoleh pendapatan saat ini lebih menyukai pembagian dividen yang tinggi daripada menahan laba karena hanya dikenakan pajak yang rendah sedangkan kelompok pemegang saham yang tidak membutuhkan pendapatan saat ini lebih menyukai perusahaan menahan laba bersih perusahaan daripada membagikan dividen karena dapat menunda pembayaran pajak yang tinggi. Demikian halnya dengan Signaling Hypothesis Theory menginginkan agar pembayaran dividen seharusnya tidak dilakukan ketika kinerja dan kondisi keuangan berada pada posisi yang tidak baik. Teori
29
Deviden Residual juga mengatakan bahwa dividen akan dibagi jika kebutuhan dana investasi terpenuhi masih ada sisa sedangkan apabila tidak ada dana investasi yang tersisa, maka dividen tidak dibayarkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darminto (2008), Arilaha (2009), dan Simbolon (2009) yang menyatakan bahwa secara parsial likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. 3. Pendanaan Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Menurut Teori Urutan Pendanaan (Pecking Order Theory) terdapat kebijakan dividen yang konstan yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran dividen konstan yang tidak terpengaruh seberapa besarnya keuntungan atau kerugian yang dialami oleh perusahaan tersebut. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan bertumbuh, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi lancar yang tersedia. Pendanaan perusahaan yang berasal dari pendanaan internal perusahaan akan membuat perusahaan tidak memiliki beban untuk membayar dividen pada akhir periode. Hasil ini tidak dapat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. 4. Interaksi Profitabilitas dengan Pendanaan Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa interaksi profitabilitas dengan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
30
Pendanaan yang diproksikan dengan debt to equity ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri akan menunjukkan apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah
pengaruh
profitabilitas
terhadap
kebijakan
dividen.
Profitabilitas ditemukan berhubungan negatif dengan pendanaan sehingga sesuai dengan hipotesis pecking order theory yang mempunyai preferensi pendanaan dengan dana internal berupa laba ditahan yang menyatakan profitabilitas yang biasa diukur dengan Return on Asset (ROA) berhubungan negatif terhadap pendanaan, yang artinya semakin besar profitabilitas perusahaan maka semakin kecil keputusan pendanaan melalui hutang yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) karena tingkat profitabilitas atau kemampuan peusahaan untuk menghasilkan keuntungan tinggi mengakibatkan berkurangnya penggunaan dana perusahaan dari laba ditahan sehingga mengakibatkan
semakin
besarnya
kemampuan
perusahaan
untuk
membayarkan dividen kepada para pemegang sahamnya. Menurut Pecking Order Theory perusahaan yang memilih sumber pendanaan internal (internal financing) mengakibatkan modal yang dimiliki oleh perusahaan akan digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Hal ini mengakibatkan, modal yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk melakukan investasi sehingga menurunkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Selain itu, dalam Pecking Order Theory terdapat kebijakan dividen yang konstan yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran dividen konstan yang tidak terpengaruh seberapa besarnya keuntungan atau kerugian yang dialami oleh
31
perusahaan tersebut. Hasil ini tidak dapat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. 5. Interaksi Likuiditas dengan Pendanaan Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa interaksi likuiditas dengan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Likuiditas berhubungan negatif dengan pendanaan karena tingkat likuiditas yang tinggi mengakibatkan penggunaan dana perusahaan dari laba ditahan akan semakin berkurang karena perusahaan memiliki kemampuan kas yang tinggi untuk membayar kewajiban jangka pendeknya sehingga mengakibatkan semakin besarnya kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen kepada para pemegang sahamnya. Menurut Pecking Order Theory perusahaan yang memilih sumber pendanaan internal (internal financing) mengakibatkan modal yang dimiliki oleh perusahaan akan digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan sehingga modal yang dimiliki perusahaan tidak dapat digunakan lagi untuk kegiatan investasi dan akhirnya terjadi penurunan laba perusahaan. Jika perusahaan mengalami penurunan laba, maka akan terjadi penurunan pembayaran dividen sehingga perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hasil ini tidak dapat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Setelah dilakukan moderating dengan uji interaksi, yaitu interaksi profitabilitas dengan pendanaan dan interaksi likuiditas dengan pendanaan ternyata pendanaan bukanlah merupakan variabel moderating yang dapat
32
memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi dari interaksi profitabilitas dengan pendanaan sebesar 0,557 berada di atas nilai alpha = 0,05 dan nilai signifikansi dari interaksi likuiditas dengan pendanaan sebesar 0,076 berada di atas nilai alpha = 0,05 yang menunjukkan tidak berpengaruh signifikan. Sebab jika variabel moderating tidak berpengaruh signifikan, maka variabel tersebut bukanlah variabel moderating. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada bagian sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengujian hipotesis pertama secara simultan (serempak) menunjukkan bahwa variabel independen profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Simbolon (2009) yang menyatakan
bahwa
secara
simultan
likuiditas
dan
profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. 2. Pengujian hipotesis pertama secara parsial (individu) menunjukkan bahwa variabel
independen
profitabilitas
berpengaruh signifikan
terhadap
kebijakan dividen sedangkan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Simbolon (2009) yang menyatakan
33
bahwa secara parsial profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen sedangkan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. 3. Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pendanaan, interaksi profitabilitas dengan pendanaan, dan interaksi likuiditas dengan pendanaan secara simultan (serempak) berpengaruh terhadap kebijakan dividen, tetapi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa variabel pendanaan bukanlah merupakan variabel moderating. 4.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan sebagaimana telah disebutkan di atas, dapat dibuat saran sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel penelitian terhadap jenis perusahaan lain yang belum pernah diteliti sehingga hasilnya dapat diperbandingkan. 2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lanjutan yang menyerupai penelitian ini disarankan menggunakan leg time lebih dari 8 (delapan) tahun untuk menemukan persamaan regresi yang memberikan gambaran yang lebih baik terhadap permasalahan yang diteliti. 3. Jumlah variabel independen sebaiknya ditambah karena penelitian ini hanya mampu menjelaskan 42,3 % pengaruh profitabilitas dan
34
likuiditas terhadap kebijakan dividen dan 57,7 % lagi dijelaskan variabel independen lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Arilaha, Muhammad Asril, 2009. “Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 – 2007”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Volume 13 No.1, p. 78 – 87. Brigham, Eugene F. dan Michael Joel F. Houston, 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Penerjemah: Ali Akbar Yulianto, Buku Satu, Edisi Kesepuluh: Salemba Empat, Jakarta. Darminto, 2008. “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Struktur Modal, dan Standar Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2002 – 2005”, Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Volume 20 No.2, p. 87 – 97. Donaldson, G., 1961, "Corporate Debt Capacity: A Study of Corporate Debt Policy and the Determination of Corporate Debt Capacity", Boston, Division of Research, Harvard Graduate Scholl of Business Administration, Vulume 25 No. 7, p. 101 – 115. Elton, Edwin J., dan Gruber, Martin J., 1970. ”Marginal Stockholder Tax Rates dan the Clientele Effect”. Review of Economics dan Statistics, Volume 52 No. 2, p. 68 – 74. Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gitman, Lowrence J., 2003. Principles of Managerial Finance, Eight Edition Addison, Wesley. Gordon, William F. dan Lintner, 1963, “Optimal Investment and Financing Policy”, Journal of Finance, Volume 45 No 3, p 264 – 272. Miller, M. dan F. Modigliani, 1961. “Dividend Policy, Growth and The Valuation of Shares”, Journal of Business, Vol. 34 No 5, p. 411 – 433. Prihantoro, 2003. “Estimasi Pengaruh Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No.1 Jilid 8, hal. 7 – 14.
35
Sartono, Agus R., 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE, Yogyakarta. Simbolon, Maslyzon, 2009. “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Dividend Payout Ratio pada BUMN di Bursa Efek Indonesia”, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan. Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Lana Sularto, 2007. ”Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan“, Jurnal Penelitian, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Jakarta. Sudarsi, Sri, 2002. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi DividenPayout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 9, No.1 Maret, hal. 76 – 88, Jakarta. Syamsudin, Lukman, 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru, Rajawali, Jakarta. Warsono, 2003. Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, Volume Satu, Bayumedia Publisihing, Malang. Wild, John J., K. R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey, 2005. Analisis Laporan Keuangan, Buku Satu, Edisi Kedelapan, Alih Bahasa oleh Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyuni Harahap, Salemba Empat, Jakarta.