BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Istilah saham blue chips sudah menjadi hal jamak di pasar modal. Meski begitu, dalam aktivitas sehari-hari masih sering ditemukan adanya salah pengertian bahwa saham blue chips identik dengan saham yang harganya mahal. Bahkan sebagian kecil investor masih ada yang menganggap bahwa saham blue chips jaminan mutu yang tidak bakal rugi apabila dibeli. Apabila ditinjau dari kinerja perdagangannya, saham dibagi menjadi tujuh, yaitu blue chips stocks, income stocks, growth stocks, speculative stocks, dan counter stocks, cyclical stocks, dan junk stocks. Masing-masing memiliki pengertian yang berbeda-beda, dan saham blue chips sendiri diartikan sebagai saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar dividen. Sementara menurut Wikipedia saham blue chips adalah sebuah istilah dalam pasar modal yang mengacu pada saham dari perusahaan besar dan liabilitas dalam
yang
memiliki
jumlah
yang
tidak
pendapatan terlalu
stabil banyak.
Saham blue chips biasanya memberikan dividen secara reguler, bahkan ketika bisnis berjalan lebih buruk dari biasanya. Dua definisi tersebut terlihat hampir sama dalam mendeskripsikan saham blue chips, sama-sama merupakan saham dari perusahaan
1
yang memiliki reputasi tinggi, pendapatan stabil, dan konsisten dalam membayarkan dividen. Saham blue chips senantiasa menjadi barang dagangan yang favorit di bursa efek. Saham blue chips ibarat barang dagangan dengan kualitas prima, sehingga banyak orang yang menyukai. Oleh karena itu, saham blue chips selalu mudah dilempar ke pasar karena peminatnya banyak. Yang perlu digaris bawahi adalah jangan pernah menganggap saham yang harganya mahal pasti masuk kategori saham blue chips.
Itu
pendapat
yang
salah.
Walaupun saham blue chips menjadi primadona di lantai bursa, harga saham blue chips pun kerap berubah sesuai penawaran, dan permintaan, bisa naik dan bisa juga turun tergantung situasi pasar saat itu. Sebagai ilustrasi misalnya, saham PT EXCLUSIVE diperdagangkan dengan harga Rp 5.000,00. Di sisi lain, kinerja dari PT EXCLUSIVE dari tahun ke tahun hanya mampu menghasilkan laba bersih per saham/ Earning Per Share (EPS) sebesar Rp 50,00 per saham. Itu berarti jika dihitung, Price Earning Ratio (PER) dari PT EXCLUSIVE adalah 5000/50 yakni mencapai 100 kali. Dengan PER sebesar 100 kali, maka harga saham
Rp
5.000,00
bisa
dinilai
terlalu
mahal,
dan
tidak reasonable. Saham seperti ini jelas tidak termasuk saham kategori blue chips. Gambaran lainnya, PT LEKKER, sebuah produsen biskuit kaleng selalu mencetak laba bersih yang besar setiap tahunnya. Pertumbuhan laba bersih juga cukup tinggi sehingga setiap tahun
2
selalu membagikan dividen dalam jumlah yang cukup besar. EPS-nya tinggi dan PER-nya kecil. Tapi di sisi lain jumlah saham beredar di masyarakat kecil sekali sehingga nyaris tidak ada transaksi harian di bursa efek. Investor atau pemodal yang memegang saham PT LEKKER cenderung menahan dan tidak mau menjual dengan alasan setiap tahun mendapat nilai dividen yang lumayan. Walaupun performance saham PT LEKKER cemerlang dan harga saham di pasar memang tinggi namun, ia belum bisa dimasukkan dalam kategori saham blue chips. Penyebabnya, tidak ada likuiditas di pasar kalaupun ada, likuiditasnya kecil sekali. Dari ilustrasi yang telah dijabarkan tersebut, dapat ditarik garis merah bahwa saham blue chips memiliki ciri sebagai berikut: 1.
Kinerja keuangannya sehat, artinya dalam kondisi ekonomi normal dan stabil selalu mencatat pertumbuhan laba bersih dari tahun ke tahun.
2.
Membagikan dividen kepada pemegang saham secara konsisten
3.
Jumlah saham yang beredar di masyarakat (floating share) tinggi sehingga likuiditas saham di pasar juga tinggi
4.
Ditransaksikan pada harga yang wajar
5.
Pergerakan atau fluktuasi harga saham di pasar berlangsung secara wajar, tidak melompat-lompat
3
6.
Manajemen dikelola secara profesional (bukan manajemen keluarga) Namun harus dipahami bahwa yang namanya pasar tetap saja pasar. Harga selalu berubah sesuai penawaran dan permintaan. Kendati saham blue chips, tapi harganya bisa naik dan bisa juga turun, tergantung situasi pasar saat itu. Jika seorang investor melakukan transaksi harian (daily trading) jangan diartikan saham blue chips selalu memberikan capital gain. Tapi jika investor tersebut memiliki horizon investasi yang cukup panjang, saham blue chips biasanya selalu memberikan gain kepada pemiliknya.
1.2 Latar Belakang Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga profesi yang berkaitan dengan efek dan sekuritas. Produk yang diperjual belikan adalah saham-saham atau efek-efek perusahaan yang telah listing di Bursa Efek kepada masyarakat pemilik modal. Kehadiran pasar modal di Indonesia memberikan peluang investasi yang semakin besar kepada para investor yang menganggap bahwa pasar modal mampu memberikan manfaat sebagai sarana pengalokasian dana yang produktif untuk jangka panjang. Hal ini diperlihatkan dengan kinerja perdagangan di Bursa Efek Indonesia yang juga menunjukkan hasil yang positif. Prospek pertumbuhan pasar modal di Indonesia yang demikian
4
pesat ini ternyata didorong oleh minat investor asing yang masuk ke dalam pasar modal Indonesia. Perkembangan investasi dalam saham adalah fluktuatif dan spekulatif, karena secara empiris, investasi dalam saham di pasar modal sering masuk pada kondisi ketidakpastian karena mengikuti variabel-variabel ekonomi yang bersifat makro, seperti : perkembangan stabilitas politik atau keamanan berinvestasi, perkembangan tingkat suku bunga dan tingkat inflasi serta pertumbuhan ekonomi. Ketidakpastian itu dalam teori risiko dalam portofolio disebut risiko yang sistematik. Ada tiga karakter perilaku investor terhadap risiko menurut Warsono (2001: 76). Karakter tersebut antara lain : pengambil risiko (Risk seeker) , penghindar risiko (Risk averter), acuh terhadap risiko (Indefferent). Dari ketiga karakter tersebut, karakter Risk averter sering terjadi dikarenakan pada hakikatnya dalam investasi, semua investor pasti menginginkan keuntungan yang besar dengan risiko yang relatif rendah atas investasi yang dilakukan. Alternatif untuk dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor, adalah melakukan strategi investasi. Strategi investasi yang disarankan adalah membuat portofolio saham. Meskipun demikian, return yang diperoleh investor masih memiliki ketidakpastian karena risiko sistematik merupakan risiko yang ditimbulkan oleh faktor makro ekonomi yang tidak bisa diramalkan secara pasti.
5
Portofolio adalah kombinasi atau gabungan berbagai aktiva. Sedangkan penekanan pada teori portofolio adalah proses memilih portofolio yang optimum dengan kata lain berhubungan dengan pemilihan portofolio yang dapat memaksimalkan pengembalian yang diharapkan dengan tingkat risiko yang dapat diterima, atau hal ini dapat diketahui pada himpunan peluang atau portofolio yang efisien. Para investor menyadari investasi yang
dilakukan
untuk
mendapatkan
return
mengandung
konsekuensi adanya risiko. Mereka secara pasti sebenarnya tidak tahu seberapa besar hasil yang akan diperoleh dari investasi yang dilakukan. Namun demikian mereka dapat memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dan seberapa besar kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari yang diharapkan. Jika seorang investor menginginkan keuntungan yang optimal,investor harus menentukan strategi yang baik, kalangan fund manager dan analis selalu merujuk nasehat-nasehat lama “Jangan taruh telur dalam satu keranjang’”. Di dalam investasi sahampun demikian “Jangan meletakkan uang hanya dalam satu jenis saham” ini adalah yang disebut dengan istilah diversifikasi portofolio. Upaya melakukan diversifikasi dapat diwujudkan dengan cara mengombinasikan berbagai pilihan saham dalam investasinya. Portofolio tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko. Melalui portofolio saham mereka berusaha memaksimalkan keuntungan yang diharapkan dari investasi dengan tingkat risiko
6
tertentu atau berusaha meminimalkan risiko untuk sasaran tingkat keuntungan tertentu. Permasalahannya jenis saham apa yang akan mereka pilih dalam portofolionya. Investor yang rasional hanya tertarik dengan portofolio yang optimal, yaitu yang sesuai dengan preferensinya terhadap keuntungan serta risiko yang ditanggung. Tidak semua saham perusahaan yang terdaftar padaIndeks Kompas100 di BEI membukukan laba bersih, hanya perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi dan nilai kapitalisasi pasar yang baik yang dapat bertahan. Perusahaan ini dikategorikan kedalam saham-saham unggulan (blue chips). Pertanyaan yang timbul
disini
mempunyai
apakah portofolio
saham-saham optimal,
unggulan
yaitu
ini
sudah
portofolio
yang
memberikan kemungkinan hasil tertinggi bagi suatu derajat risiko tertentu atau risiko yang paling rendah. .
Dalam melakukan pemilihan
saham
dan
penentuan
portofolio dapat digunakan berbagai alat analisis. Ada beberapa alternatif model dalam pembentukkan portofolio optimal atau efisien, antara lain: a.
Model Single Index
b.
Model Korelasi
c.
Model Multi Index (General Multi Index dan Industry Index Model) Untuk menentukan portofolio optimal dalam penelitian ini
digunakan Single Index Model (Model Indeks Tunggal) yang merupakan penyederhanaan Index model oleh William F. Sharpe
7
(1963) yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Markowitz. Model Indeks Tunggal menjelaskan hubungan antara Return dari setiap sekuritas individual dengan Return indeks pasar. Model ini memberikan metode alternatif untuk menghitung varian dari suatu portofolio, yang lebih sederhana dan lebih mudah dihitung jika dibandingkan dengan metode perhitungan model lainnya. Model indeks Tunggal ini membutuhkan perhitungan yang lebih sedikit sehingga pendekatan alternatif ini dapat digunakan untuk dasar menyelesaikan permasalahan dalam penyusunan portofolio. Berdasarkan uraian diatas, maka judul penelitian yang diajukan peneliti adalah : “ Analisa Pembentukan Portofolio Optimal menggunakan
Model
Indeks
Tunggal
Kompas100 di Bursa Efek Indonesia
pada
Indeks
(Studi Kasus pada
Saham Blue Chips periode 2009-2010).”
1. 3 Rumusan Masalah a.
Saham – saham apa saja yang terbentuk dalam portofolio yang optimal pada saham yang termasuk Saham Blue Chips pada Indeks Kompas100 di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2010 menggunakan Model Indeks Tunggal?
b.
Berapa besar proporsi masing-masing sekuritas di dalam portofolio optimal pada saham yang termasuk Saham Blue Chips pada Indeks Kompas100 di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2010 menggunakan Model Indeks Tunggal?
c.
Berapa besar tingkat pengembalian dan risiko seluruh portofolio optimal yang telah terbentuk pada saham yang
8
termasuk Saham Blue Chips pada Indeks Kompas100 di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2010 menggunakan Model Indeks Tunggal?
1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan pertanyaan penelitian yang diajukan, maka tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: a.
Mengetahui saham – saham yang terbentuk dalam portofolio yang optimal pada Saham Blue Chips pada Indeks Kompas100 di Bursa Efek Indonesia periode 20092010 dengan menggunakan Model Indeks Tunggal.
b.
Mengetahui proporsi masing-masing sekuritas di dalam portofolio optimal pada Saham Blue Chips pada Indeks Kompas100 di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2010 dengan menggunakan Model Indeks Tunggal.
c.
Mengetahui tingkat pengembalian dan risiko seluruh portofolio optimal yang telah terbentuk pada saham yang termasuk Saham Blue Chips pada Indeks Kompas100 di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2010 menggunakan Model Indeks Tunggal.
1.5 Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, terutama: a.
Akademisi:
9
1) Penulis: Penelitian ini digunakan sebagai tambahan ilmu dan wawasan yang lebih luas mengenai penentuan Portofolio Optimal. 2) Institusi: Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dan sebagai bahan masukan untuk penelitian berikutnya, khususnya bagi peneliti lain yang berminat mempelajari masalah yang sama.
b. Praktisi: Dapat memberikan suatu gambaran tentang kelayakan investasi terutama pada perusahaan Indeks Kompas 100, sehingga investor dapat berusaha untuk memperkecil risiko investasi yang dilakukannya dan dapat menerima keuntungan (retrun) yang layak.
1.6 Sistematika Penelitian BAB I: Pendahuluan Pada bab ini dibahas tentang tinjauan objek studi yaitu saham Indeks Kompas100, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
10
BAB II: Tinjauan Pustaka Pada bab ini dibahas tentang landasan teori yang digunakan untuk membantu memecahkan masalah penelitian. Pembahasan ini meliputi : pasar modal, peran dan manfaat pasar modal, lembaga pasar modal, instrumen pasar modal, investasi, saham, portofolio, Model Indeks Tunggal, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran.
BAB III: Metode Penelitian Pada bab ini berisikan jenis penelitian, populasi, sampel dan metode pengambilan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data dan tahapan penelitian
BAB IV: Analisa Data dan Pembahasan Bab ini menguraikan hasil-hasil pengolahan data penelitian sekaligus pembahasannya.
BAB V: Kesimpulan dan Saran Bab ini menguraikan simpulan yang ditarik berdasarkan hasil
pengolahan
data,
keterbatasan-keterbatasan
dalam
penelitian ini serta saran-saran yang berkaitan dengan penelitian sejenis dimasa yang akan datang.
Daftar Pustaka Lampiran
11