BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekumpulan fasilitas, pasokan bahan baku, konsumen, produk dan metode yang digunakan untuk mengontrol penyimpanan produk, pembelian, dan pendistribusian disebut dengan rantai pasok (supply chain). Rantai pasok menghubungkan pemasok, perusahaan, dan konsumen. Rangkaian kegiatan rantai pasok diawali dengan pasokan bahan baku ke perusahaan, proses produksi, penyimpanan, dan diakhiri dengan pengiriman barang (Gen et al. 2008). Pengerjaan seluruh kegiatan dalam rantai pasok memerlukan perencanaan yang matang dan terstruktur. Rangkaian proses yang meliputi perencanaan, pengaturan dan pengendalian penyimpanan sampai pendistribusian barang dari produsen ke konsumen disebut dengan logistik (Silva et al. 2007). Proses logistik diawali dengan proses produksi barang yang pada umumnya disesuaikan dengan banyaknya pesanan. Jika kuantitas pesanan tersebut dalam skala besar maka diperlukan tempat penyimanan barang sebelum barang tersebut siap dikirim. Ketika semua barang pesanan telah selesai diproduksi, proses pengiriman barang dari produsen ke konsumen merupakan proses selanjutnya yang harus dilakukan. Konsep logistik tersebut disebut dengan pull supply atau make-to-order yang disingkat MTO (Ghiani et al. 2004). Selain MTO, dikenal juga sebuah konsep logistik push supply atau make-to-stock (MTS). Berbeda dengan MTO, konsep dari MTS yaitu membuat stok barang terlebih dahulu kemudian disimpan dalam tempat penyimpanan tanpa perlu ada pemesanan barang dari konsumen. Dewasa ini, banyak perusahan yang menggunakan konsep MTS dalam strategi bisnisnya. Penggunaan MTS memberikan konsekuensi perlunya pengaturan produksi barang, peramalan pemasaran, perancanaan tempat penyimpanan, dan penjadwalan pendistribusian barang. Beberapa tahun terkahir, banyak perusahaan berskala lokal maupun nasional yang menggungakan konsep tersebut. Hal ini didorong adanya perubahan 1
2
pola pemenuhan kebutuhan konsumen. Kebutuhan konsumen tidak hanya sebatas konsumsi produk secara fisik tetapi konsumen juga menuntut kepuasan terhadap pelayanan saat pembelian ataupun purna pembelian. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem terpadu yang mampu mengatur rangkaian proses logistik secara cerdas, dan optimal. Kebutuhan sistem tersebut diwujudkan dalam sebuah sistem bernama Intelligent Warehouse Management System (IWMS) yang berorientasi pada optimalisasi pemanfaatan sumber daya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. IWMS terdiri dari lima subsistem yang saling bersinergi dalam melakukan fungsi dan tugasnya masing-masing yaitu Adaptive Warehouse System (AWS), Intelligent Forcasting System (IFS), Realtime Transportation Monitoring System (RTMS), Intelligent Executive Summary Report (IESS), Intelligent Logistic System (ILS). Gambar 1.1 menunjukkan arsitektur IWMS.
Gambar 1.1. Arsitektur Intelligent Warehouse Management System (IWMS) Kelima sub-sistem IWMS memainkan peranan sesuai fungsinya masingmasing. Sub-sistem pertama yaitu AWS berfungsi sebagai pengendali penjaminan mutu barang yang disimpan pada gudang. Kedua yaitu IFS yang berfungsi sebagai media untuk peramalan penjualan barang sehingga secara tidak langsung dapat digunakan sebagai acuan untuk belanja barang oleh jajaran manager sebagai pihak
3
pembuat keputusan. Sub-sistem ketiga yaitu RTMS berfungsi untuk monitoring atau memantau proses pendistribusian barang dari gudang ke konsumen. Keempat yaitu IESS yang berfungsi sebagai media pendukung pengambilan keputusan di tingkat manajer. Sub-sistem kelima yaitu ILS yang befungsi sebagai pengendali proses logistik dari gudang ke konsumen. Intelligent Logistic System (ILS) merupakan subsitem dari IWMS yang berfungsi sebagai pengendali proses logistik barang dari gudang ke konsumen. Banyak faktor yang perlu diperhatikan pembangunan ILS yaitu banyaknya order yang akan diselesaikan, stok barang, banyaknya armada yang digunakan dalam proses pendistrbusian barang, dan kapasitas muatan armada. Selain itu, faktor kebutuhan konsumen yang tidak hanya sebatas kebutuhan fisik saja (terpenuhinya order barang) melainkan sudah mengarah kepada kebutuhan non-fisik seperti kepuasan pelayanan saat pemesanan atau pembelian, ketepatan waktu pengiriman barang, dan kelengkapan barang juga menjadi faktor yang tidak kalah penting untuk diperhatikan (Silva et al. 2007). Inti permasalahan pada ILS adalah optimalisasi pengalokasian stok terhadap order dan penjadwalan pengiriman barang sedemikian rupa sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi (Carrera et al. 2010). Permasalahan pertama yaitu optimalisasi pengalokasian barang mempunyai tujuan untuk mendapatkan daftar order-order yang terjamin akan kelengkapan barangnya. Karakeristik dari permasalahan tersebut adalah mencari kombinasi terbaik order-order yang memaksimalkan stok barang. Permasalahan kedua yaitu penjadwalan pengiriman barang mempunyai tujuan mendapatkan jadwal pengiriman barang untuk setiap armada yang digunakan. Permalahan penjadwalan pengiriman barang mempunyai karakteristik setiap truk harus mendistribusikan barang sesuai dengan pesanan yang telah disepakati dengan tetap memperhatikan batasan muatan armada. Beberapa tahun terakhir, banyak metode yang dikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan optimalisasi pengalokasian stok terhadap order dan penjadwalan pengiriman barang. Salah satu metode yang dikembangkan adalah Bee Colony Optimization (BCO). Algoritma BCO terinspirasi oleh perilaku lebah dalam proses pengumpulan sari pati bunga yang akan digunakan sebagai bahan
4
dasar madu. Algoritma BCO pertama kali diperkenalkan oleh Lucic dan Teodorovic (2001). Konsep algoritma BCO adalah sekumpulan lebah yang dibekali kecerdasan buatan untuk suatu permasalahan dengan forward pass dan backward pass sebagai langkah-langkah dalam proses pencarian solusi. Kecerdasan buatan tersebut dapat dibentuk sesuai dengan permasalahan yang akan diselesaikan. Memperhatikan kesamaan karakteristik algoritma BCO yaitu setiap lebah dapat dibekali dengan suatu kecerdasan buatan sesuai dengan permasalahan yang akan dihadapi dan karakteristik permasalahan ILS maka diperlukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan atau implementasi algoritma BCO untuk menyelesaikan permasalahan pada ILS. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan rumusan masalah yang akan diteliti yaitu bagaimana implementasi algoritma Bee Colony Optimization untuk menyelesaikan masalah optimalisasi pengalokasian stok terhadap order dan penjadwalan pengiriman barang pada ILS yang diwujudkan dalam sebuah sistem bernama purwarupa ILS 1.3 Batasan Masalah Untuk menjaga fokus penelitian, diambilah beberapa batasan masalah sebagai berikut : 1. Moda transportasi yang digunakan adalah moda transportasi darat dengan armada berupa truk. 2. Hari penjadwalan dan pengiriman terjadi pada hari dan tanggal yang sama. 3. Tidak ada pembatalan dan penyisipan order setelah jadwal pengiriman terbentuk. 4. Satuan muatan yang digunakan adalah kilogram (kg). 5. Data geografis (jarak dan keterhubungan objek secara geografis) telah diketahui.
5
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mendapatkan sebuah sistem logistik dengan algoritma BCO sebagai metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah pengalokasian stok dan penjadwalan pengiriman barang. 1.5 Manfaat Penelitian Purwarupa Intelligent Logistic System (ILS) dapat memberikan solusi dari masalah optimalisasi pengalokasian stok dan penjadwalan pengiriman barang bagi seorang administrator logistik (orang yang bertanggungjawab atas proses logistik). 1.6 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Studi Literatur Pada tahap ini dilakukan studi literatur yang relevan dengan penelitian dengan cara mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan, antara lain: buku-buku luar negeri maupun dalam negeri, jurnal, dan paper. 2. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan berupa data geografis
yang berisi informasi
keterhubungan objek disuatu daerah dan data penjualan serta data pengiriman barang. 3. Perancangan Sistem Pada tahap ini rancangan sistem dibagi menjadi tiga bagian yaitu analisis permasalahan, pembentukan model dari permasalahan yang akan diselesaikan, dan perancangan purwarupa ILS 4. Implementasi Pada tahap ini hasil perancangan yang telah dibuat dikembangkan menjadi perangkat lunak dengan menggunakan bahasa pemrograman dan tools yang diperlukan. 5. Pengujian Sistem Pengujian dilakukan untuk menguji apakah solusi yang dihasilkan merupakan solusi terbaik dan sesuai dengan yang diharapkan
6
1.7 Sistematika Penulisan Penulisan laporan penelitian ini dibagi menjadi bab-bab sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini memberikan penjelasan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan yang ada pada penelitian ini. BAB II. KAJIAN PUSTAKA Bab kajian pustaka memberikan penjelasan mengenai jurnal-jurnal penelitian yang telah dipublikasikan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. BAB III. LANDASAN TEORI Bab landasan teori memberikan penjelasan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai dasar acuan untuk pengembangan sistem yang akan dilakukan pada penelitian ini. BAB IV. RANCANGAN PENELITIAN Bab ini memberikan penjelasan mengenai analisa permasalahan, kebutuhan sistem, dan rancangan sistem yang meliputi perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini. BAB V. IMPLEMENTASI SISTEM Bab implementasi
memberikan penjelasan implementasi sistem dan
antarmuka sistem. BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab hasil penelitian dan pembahasan memberikan penjelasan terhadap hasil dari penelitian yang dilakukan. BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN Bab kesimpulan berisi kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan, serta saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.