BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan keterbatasan produk yang dikembangkan. Semuanya akan dibahas secara rinci sebagai berikut. 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak kita pungkiri bahwa saat ini kita hidup di zaman modern di mana menuntut daya saing sumber daya manusia yang tinggi. Dalam tatanan global kita juga dihadapkan pada berbagai tantangan khususnya globalisasi pasar bebas di lingkungan ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area), AFLA (Asean Free Labour Area), dan yang terdekat kita akan menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Persaingan tidak dapat dihindari karena tuntutan hidup yang semakin kompleks setiap tahunnya. Perkembangan arus teknologi dan informasi yang semakin pesat juga menuntut manusia Indonesia untuk semakin mengembangkan potensi agar tidak tergilas dengan bangsa lainnya. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan, salah satunya adalah perubahan pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat global karena bangsa Indonesia merupakan bagian dari masyarakat dunia yang senantiasa berinteraksi secara dinamis. Penataan terhadap kualitas pendidikan diperlukan untuk menghadapi berbagai tantangan agar dapat menghasilkan generasi yang siap bersaing di dunia global. Pendidikan harus dapat membekali siswa dengan kecakapan hidup (life skill) agar kelak dapat berdiri secara mandiri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan perubahan mendasar yang berkaitan dengan kurikulum. Perlu diterapkan kurikulum berbasis kompetensi dan karakter yang dapat membentuk sikap dan kemampuan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Hal inilah yang menjadi dasar diimplementasikannya kurikulum 2013. Pada tingkat Sekolah Dasar pendidikan karakter menjadi fondasi penting bagi 1
2
jenjang selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa: Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut Melalui perubahan kurikulum juga diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yang saat ini dapat dikatakan masih memprihatinkan. Hal ini dapat diketahui dari sejumlah data diantaranya Indonesia masuk dalam peringkat 40 dari 40 negara pada pemetaan kualitas pendidikan menurut lembaga The Learning Curve. Data lain yang dirilis oleh lembaga Programme for International Study Assessment (PISA) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64 dari 65 negara. Hasil survey “Trends in International Math and Science” tahun 2007, yang dilakukan oleh Global Institute menunjukkan bahwa hanya 5% siswa Indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi dan sebaliknya 78% siswa Indonesia dapat mengerjakan soal hafalan berkategori rendah. Fakta yang terjadi pada pendidikan di Indonesia membuat Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan mengatakan bahwa pendidikan Indonesia memerlukan perhatian serius dan mengajak seluruh elemen masyarakat ikut bertanggung jawab dan turut serta mengawal kurikulum baru. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi ingin mengubah paradigma pola pendidikan dari orientasi hasil ke pendidikan sebagai proses melalui pendekatan tematik terintegratif. Hal ini sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyebutkan bahwa: Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, maka prinsip pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu Dalam Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI dipertegas bahwa:
3
Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SD/MI dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari Kelas 1 sampai Kelas VI Kurikulum 2013 menegaskan penguasaan kompetensi dalam tiga ranah yaitu afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotorik (keterampilan). Dalam prakteknya siswa juga dilatih untuk menyelesaikan masalah dengan bekerja sama dan menekankan pentingnya kolaborasi. Ketiga kompetensi yang telah disebutkan sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia yang dituangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan di Indonesia diharapkan dapat menghasilkan manusia yang produktif, kreatif, inovatif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Ketiga ranah tersebut dapat dikuasai siswa melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang tentunya membutuhkan bahan ajar sebagai pendukungnya karena sampai saat ini buku pelajaran masih menjadi sumber belajar utama bagi siswa. Dalam implementasi kurikulum 2013 pemerintah sudah menyiapkan buku pegangan untuk siswa maupun buku pegangan guru. Substansi materi dalam buku siswa memegang peranan penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Faktanya terdapat banyak permasalahan dalam implementasi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dinilai masih terlalu “prematur”. Banyak guru dan siswa yang bingung karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari praktisi pendidikan Henry Alexi Rudolf Tilaar dalam diskusi umum tentang Kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa: Pemerintah harus melakukan moratorium kurikulum 2013 karena memiliki banyak masalah. Di Ternate dan Tidore contohnya guru dan siswa yang masih menerapkan KTSP saja masih bengong apalagi jika harus mengikuti implementasi kurikulum 2013 Masalah serupa dinyatakan oleh Cosmas Supriyadi, praktisi pendidikan dari Perkumpulan Strada yang mengatakan bahwa buku-buku pelajaran yang disusun
pemerintah justru tidak menjamin kurikulum 2013 bisa terlaksana.
Dalam penelitiannya terhadap materi pada buku kelas I, II, IV, dan V banyak kompetensi dasar kurikulum 2013 yang tidak terdapat pada buku, silabus, maupun
4
tidak sesuai dengan Peraturan Meteri Nomor 57 Tahun 2014. Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 juga tidak disusun secara logis dan sistematis. Analisis kesesuaian buku pegangan siswa juga pernah dilakukan oleh peneliti dalam mata kuliah Pembelajaran Matematika SD 1. Hasilnya dapat diketahui bahwa buku pegangan siswa tidak selalu sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan siswa. Dalam beberapa kegiatan pembelajaran integrasi mata pelajaran yang membentuk tema/subtema belum terlihat. Berdasarkan materi uji publik kurikulum 2013 juga dapat diketahui bahwa materi pembelajaran masih kurang relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan. Dapat diketahui pula bahwa buku teks hanya memuat materi bahasan yang seharusnya juga harus memuat sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara bersama wali kelas 5 SD N Ledok 02 Salatiga. Diperoleh informasi bahwa masih terdapat
banyak
permasalahan
yang
terjadi
di
lapangan
saat
mengimplementasikan kurikulum 2013. Salah satu masalah yang terjadi adalah dangkalnya materi yang terdapat pada buku pegangan siswa serta materi yang terkesan masih berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, padahal sampai saat ini dapat dikatakan bahwa buku pegangan siswa merupakan sumber utama dalam pelaksanaan KBM disamping sumber belajar lainnya. Berdasarkan penjelasan di atas dangkalnya materi ajar berdampak pada sempitnya pengetahuan siswa. Materi yang terkesan masih berdiri sebagai mata pelajaran mengindikasikan bahwa konsep pembelajaran tematik terintegrasi belum berjalan sesuai dengan harapan. Hal tersebut menuntut peran dan kreativitas guru dalam mengembangkan materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tentunya dapat dikolaborasikan dengan pendekatan saintifik. Guru dapat memodifikasi materi dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswanya. Guru harus jeli menganalisis kesesuaian antara SKL, KI, KD, serta rancangan aktivitas pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Mayoritas sekolah yang menggunakan kurikulum 2013 mengalami permasalahan yang sama berkenaan dengan buku teks yang dipakai siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Ketua Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), Supriyatno menyatakan bahwa kajian atas kurikulum 2013 terus berjalan dan
5
hasilnya akan menjadi acuan revisi baik tentang KI, KD, silabus serta buku sekolah. Kurang relevan dan dangkalnya materi yang ada pada buku pegangan siswa menyebabkan guru harus bekerja ekstra untuk dapat mengembangkan dan mengintegrasikan menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mencapai kompetensi siswa yang diharapkan. Siswa juga mengalami kesulitan dalam memahami materi yang terdapat pada buku. Sebagian besar petunjuk, instruksi, peta pemikiran, serta langkah pembelajaran masih membingungkan siswa. Dampak lainnya adalah siswa tidak dapat belajar secara mandiri dan sangat bergantung pada keberadaan guru atau orang lain. Berdasarkan hal tersebut diperlukan bahan ajar yang dapat digunakan sebagai pegangan siswa agar siswa mendapat tambahan pengetahuan baru dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis permasalahan yang telah dilakukan, perlu diadakan perbaikan pada buku pegangan siswa yang menjadi sumber belajar utama yang digunakan dalam proses pembelajaran. Perbaikan dapat dilakukan oleh guru kelas ataupun pihak terkait. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengembangkan bahan ajar berupa modul pembelajaran yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Modul akan disusun berdasarkan model pembelajaran tematik terintegrasi dengan pendekatan saintifik sesuai tuntutan dalam kurikulum 2013 dan tentunya disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Proses pemberian materi di dalam modul ini disusun berdasarkan urutan belajar yang sistematis. Penyusunan modul akan dilakukan satu subtema. Produk modul yang dikembangkan berbeda dengan modul lain yang digunakan sebagai bahan ajar utama maupun pendamping dalam kegiatan pembelajaran. Modul yang telah ada sebelumnya biasanya hanya memuat substansi materi pembelajaran dan tidak disertai kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Kemasan modul juga kurang menarik minat siswa dalam belajar serta kurang memperhatikan bentuk, warna, dan proporsi objek. Kebanyakan modul juga tidak memuat latihan soal yang melatih daya pikir siswa. Berbeda dengan modul yang telah ada sebelumnya, modul yang dikembangkan disajikan menggunakan kalimat interaktif sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Kalimat interaktif diharapkan dapat
6
meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari materi yang ada dalam modul. Modul disusun dengan format yang lengkap mulai dari judul, kata pengantar, prosedur cara penggunaan modul, pemetaan kompetensi dasar dan indikator, kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan atau substansi materi yang dipelajari, rangkuman materi, latihan soal, serta umpan balik dan tindak lanjut. Pemilihan bentuk dan warna dibuat semenarik mungkin agar membuat siswa tertarik. Modul juga dikembangkan berdasarkan tematik terpadu menggunakan pendekatan saintifik. Dengan adanya produk modul yang dikembangkan sedemikian rupa dapat meningkatkan kreativitas siswa dan melatih tingkat berpikir siswa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini dikemukakan perumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana mengembangkan bahan ajar modul pembelajaran berdasarkan pendekatan saintifik untuk pembelajaran tematik integratif pada siswa kelas 5 SD? 2. Apakah bahan ajar modul berdasarkan pendekatan saintifik untuk siswa kelas 5 SD pembelajaran tematik integratif valid? 3. Apakah bahan ajar modul berdasarkan pendekatan saintifik untuk siswa kelas 5 SD pembelajaran tematik integratif efektif? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui cara mengembangkan bahan ajar modul berdasarkan pendekatan saintifik untuk pembelajaran tematik integratif pada siswa kelas 5 SD. 2. Mengetahui kevalidan bahan ajar modul berdasarkan pendekatan saintifik untuk pembelajaran tematik integratif pada siswa kelas 5 SD. 3. Mengetahui keefektifan bahan ajar modul berdasarkan pendekatan saintifik untuk pembelajaran tematik integratif pada siswa kelas 5 SD.
7
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian pengembangan modul pembelajaran ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan bahan ajar dalam bentuk modul pembelajaran di SD, khususnya dalam pembelajaran tematik terintegrasi. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Siswa : Modul ini diharapkan dapat menjadi bahan ajar tambahan (suplemen) bagi siswa dalam mempelajari materi yang terdapat pada subtema hubungan makhluk hidup dalam ekosistem. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik. Penambahan gambar dan ilustrasi memungkinkan siswa dalam memahami materi. Modul yang dikembangkan berdasarkan tematik terintegrasi melatih siswa berpikir secara utuh, bukan lagi secara parsial (terpisah). Siswa juga berlatih bekerjasama dengan teman dalam melakukan tugas diskusi atau kelompok. 2. Bagi Guru Modul yang dikembangkan dapat dijadikan buku pegangan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hasil pengembangan modul pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam perbaikan buku siswa subtema Hubungan Makhluk dalam Ekosistem. Guru juga mendapat informasi baru dalam pembelajaran tematik terintegrasi dan dapat mengembangkan bahan ajar sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dalam pembelajaran tematik terintegrasi. Manfaat lain yang dapat diperoleh adalah hasil pengembangan dapat dijadikan sebagai dokumen perpustakaan. 1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Produk yang dikembangkan adalah modul pembelajaran tematik integratif dengan pendekatan saintifik. 2. Muatan modul pembelajaran ini adalah subtema Hubungan Makhluk Hidup dalam Ekosistem untuk siswa kelas 5 SD yang terdiri dari 6 pembelajaran.
8
3. Kompetensi yang hendak dicapai melalui modul pembelajaran ini adalah siswa dapat membangun konsep secara utuh mengenai materi dalam subtema Hubungan Makhluk Hidup dalam Ekosistem. 4. Mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi Hubungan Makhluk Hidup dalam Ekosistem. 1.6 Keterbatasan Produk yang Dikembangkan Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini memiliki keterbatasan sebagai berikut: 1. Biaya pengembangan bahan tinggi dan memerlukan waktu yang relatif lama. 2. Penggunaan modul dalam proses pembelajaran membutuhkan manajemen pendidikan yang berbeda dari pembelajaran konvensional. 3. Memerlukan organisasi kegiatan belajar yang baik karena membutuhkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.