BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan negara yang telah maju. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Perlu ada pembenahan secara berkala dalam proses pembelajaran yang ada di sekolah agar mutu pendidikan dapat ditingkatkan sehingga terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas juga dapat terwujudkan. Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu siswa dalam hal belajar. Menyampaikan pelajaran, memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kelas, membuat evaluasi belajar siswa, baik sebelum, sedang maupun sesudah pelajaran berlangsung merupakan peranan dan tugas-tugas seorang guru. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kemampuan profesional yang tinggi. Selain itu guru perlu memiliki kemampuan untuk melakukan diagnosis, menganalisa serta menemukan cara-cara yang paling efektif untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam kegiatan pembelajaran dan membantu siswa tumbuh sesuai dengan potensinya masing-masing. Guru dituntut untuk terus menuangkan ide-ide kreatif serta memberikan pembelajaran yang lebih inovatif terhadap siswa sebagai upaya menekan masalah-masalah yang dialami siswa selama kegiatan pembelajaran. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya siswa. Matematika juga merupakan ilmu yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Banyak kegiatan dalam masyarakat yang menggunakan ilmu matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang dapat melatih siswa dalam berpikir logis, rasional, kritis, efektif, dan efisien. Matematika juga merupakan dasar komponen yang penting bagi ilmu lain. Matematika merupakan pelajaran yang abstrak, memerlukan ketelitian, dan juga memerlukan kesabaran untuk terus mencoba dan berlatih. Hal tersebut yang sering menjadi penyebab siswa tidak suka dengan pelajaran matematika. Sebagian siswa menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan esensi penting dari kurikulum matematika, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. (NCTM, 2000: 52) NCTM menetapkan pemecahan masalah sebagai suatu tujuan dan pendekatan. Memecahkan masalah bermakna menjawab suatu pertanyaan dimana metode untuk mencari solusi dari pertanyaan tersebut tidak dikenal terlebih dahulu. Untuk menemukan suatu solusi, siswa
1
2
harus menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya dan melalui proses dimana mereka akan mengembangkan pemahaman-pemahaman matematika baru. Memecahkan masalah bukanlah hanya suatu tujuan dari belajar matematika tetapi sekaligus merupakan alat utama untuk melakukan proses belajar itu. Melalui kemampuan pemecahan masalah siswa mampu menghadapi perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Berdasarkan hasil observasi, permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Sambit kurang diawali dengan masalah dan siswa kurang diarahkan untuk memecahkan soal melalui penyelidikan, pada saat penyampaian materi guru masih menggunakan pembelajaran konvensional, sehingga siswa sama sekali tidak tertarik dan sibuk sendiri dengan kegiatan lainnya. Guru cenderung mengajar dengan tujuan materi yang telah ditetapkan silabus dapat terselesaikan, sehingga hasil belajar siswa kurang optimal. Hal ini juga dapat menjadi salah satu faktor pelajaran matematika dianggap pelajaran yang membosankan oleh para siswa, sehingga berdampak kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa terhadap pelajaran matematika. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran mempunyai peranan yang cukup besar untuk meningkatkan motivasi siswa. Perlu adanya pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai materi yang akan diajarkan. Siswa perlu dilibatkan demi terwujudnya pembelajaran yang nyaman dan menarik. Siswa tidak hanya menjadi objek yang harus mendengarkan materi pelajaran namun siswa juga dapat memecahkan permasalahan dan memaparkan hasil temuannya kepada siswa yang lainnya, tentu harus dalam pengawasan guru sebagai pengontrol agar tepat pada jalur sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Terkait permasalahan di atas maka penggunaan model pembelajaran kooperatif cocok digunakan dalam pembelajaran matematika, karena pembelajaran kooperatif bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang sesuai dengan ketetapan kurikulum saja tetapi juga merupakan suatu proses berinteraksi dan bekerjasama. Alasan yang melandasi perlu diterapkannya model pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran adalah siswa tidak lagi menjadi objek tetapi menjadi subjek dalam pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran dapat dipilih model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) yang akan mengantarkan siswa pada situasi masalah yang riil. Masalah yang riil sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika yakni kemampuan siswa dalam bernalar, berpikir logis, sampai pada kemampuan siswa berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran berbasis masalah akan memungkinkan siswa untuk menemukan pembelajaran yang bermakna, siswa akan terlatih untuk memecahkan masalah-masalah riil yang sering muncul serta siswa akan lebih aktif.
3
Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif, perlu diketahui bahwa siswa mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang berbeda-beda. Menurut Yatim Riyanto (2009: 257), kecerdasan emosional adalah kemampuan individu dalam menggunakan (mengelola) emosinya secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan meraih keberhasilan. Kecerdasan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, sedang dan rendah. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah diprediksi lebih efektif dari pada model pembelajaran langsung serta diprediksi akan memberikan hasil kemampuan pemecahan masalah matematika yang berbeda apabila digunakan pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul efektivitas model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ditinjau dari kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sambit. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan paparan latar belakang masalah diatas maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah: 1. Siswa kurang mampu memahami dan menyelesaikan suatu masalah. 2. Siswa menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit sehingga masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa. 3. Pengelolaan pembelajaran matematika oleh guru kelas VII SMP N 2 Sambit masih menggunakan metode konvensional dan tidak memfokuskan pada masalah. 4. Siswa kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas untuk mengefektifkan proses penelitian, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut : 1. Kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian adalah siswa kelas VII semester ganjil di SMP Negeri 2 Sambit dengan materi bilangan. 2. Model pembelajaran yang diteliti adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). 3. Tingkat kecerdasan emosional siswa menjadi alasan dalam pembelajaran siswa. 4. Dalam penelitian ini, penilaian terhadap kemampuan pemecahan matematika siswa diklasifikasikan menjadi siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, sedang dan rendah. 5. Hasil yang akan diteliti adalah kemampuan pemecahan masalah setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis masalah.
4
1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah dan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Apakah model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif daripada model pembelajaran langsung terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sambit? 2. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang dan rendah pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sambit? 3. Apakah terdapat interaksi antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung dengan tingkat kecerdasan emosional siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sambit? 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui model pembelajaran mana yang lebih efektif antara model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sambit. 2. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika mana yang lebih baik antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang dan rendah pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sambit. 3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung dengan tingkat kecerdasan emosional siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sambit.
1.6. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Bagi siswa Memudahkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika dan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 2. Bagi guru Sebagai masukan dalam penggunaan model pembelajaran yang tepat tehadap materi yang akan disampaikan.
5
3.
4.
Bagi sekolah Sebagai bahan pertimbangan sekolah dalam pengembangan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan sekolah agar dapat meningkatkan mutu pendidikan. Bagi peneliti Dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai materi yang diajarkan serta dapat memahami karakteristik masing-masing siswa melalui pengamataan saat proses pembelajaran.