BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan adalah
menjadi tanggung jawab semua pihak yang
terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Sebagian besar guru SD dalam setiap pembelajaran masih banyak yang menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang monoton. Sehingga mengakibatkan siswa terlalu pasif dan cenderung cepat bosan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar maka dibutuhkan pembelajaran yang inovatif . Pembelajaran yang saat ini terjadi di Indonesia yaitu banyak guru yang belum melaksanakan proses belajar mengajarnya yang inovatif. Hal ini tampak pada saat pembelajaran IPA di SDN 2 Kemloko . Karena guru masih sering menggunakan metode ceramah atau konvensional dan membuat siswa kurang antusias dalam proses belajar. Pembelajaran IPA masih teacher center , dalam kegiatan pembelajaran sebagian besar siswa hanya menerima begitu saja materi yang disampaikan guru kemudian diakhiri evaluasi . Pada tahap awal pembelajaran guru menanamkan konsep atau prinsip ke dalam pikiran siswa. Guru cenderung menggiring seluruh siswa tanpa memperhatikan perbedaan atau karakteristik siswa ,untuk memahami konsep atau prinsip seperti pemahaman yang dimilikinya. Siswa jarang bahkan tidak pernah dilibatkan dalam penyelesaian masalah . Siswa lebih dikondisikan sebagai objek yang hanya dapat menerima dan mengerjakan seperti apa yang diperintahkan guru sehingga siswa cenderung menghafalkan fakta atau konsep IPA Suprijono ( 2009:8) menyatakan bahwa peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep
akademik
sebagaimana
mereka
biasa
diajarkan
yaitu
dengan
menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah . Pembelajaran yang bersifat hafalan dan lebih menekankan pada memorisasi terhadap materi yang dipelajari daripada struktur yang terdapat dalam materi itu.
1
2
Pembelajaran seperti ini melelahkan dan membosankan . Pendapat tersebut sampaikan oleh guru kelas IV memalui wawancara sehingga dapat diketahui bahwa hanya menggunakan metode ceramah dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar sehingga nilai mereka tidak memenuhi KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Diketahui bahwa siswa kelas IV yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan , diperoleh data ada 45,6% siswa tuntas yaitu nilainya sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan ada 54,4% siswa tidak tuntas yang memperoleh nilai kurang dari KKM . Data rata-rata kelas adalah 63,59 Dalam menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) kepala sekolah berpedoman dengan kemampuan siswa yang ada di SD Negeri 2 Kemloko. Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti mengajukan model pembelajaran yang berbeda dengan model yang selama ini digunakan oleh guru. Peneliti akan menggunakan model Pembelajaran tipe kooperatif (Numbered Heads Together) pada Mata Pelajaran IPA. Penggunaan metode ini diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Kemloko Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Semester II tahun ajaran 2013/2014. Menurut Suprijono (2011: 9) Numbered Heads Together termasuk salah satu medel pembelajaran kooperatif . Model pembelajaran ini dipilih karena menurut Isjoni (2012 :16) dalam proses pembelajaran kooperatif , siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas , dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dalam Numbered Heads Together
tiap-tiap siswa memiliki tanggung
jawab kepada guru dan teman sekelas untuk berbagai gagasan dan jawaban . Unsur yang menutun siswa untuk bertanggung jawab di sini adalah dengan adanya pemanggilan nomor oleh guru secara acak sehingga siswa harus aktif dalam kelompok dan menguasai jawaban . Melalui pembelajaran kooperatif ini , siswa pandai dan kurang pandai dapat saling berinteraksi, siswa pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai . Menurut Sharan (2012 : 215) individu dapat saling berbagi dalam kelompok dan ketika siswa sudah merasa jelas bahwa
3
mereka memiliki tanggung jawab dengan adanya pemanggilan nomor dalam kelompok secara acak, hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan bersedia mendengarkan dan berpartisipasi . Misalnya jika Numbered Heads Together diubah dengan menghilangkan unsur berfikir bersama dan pemanggilan nomor dalam kelompok , siswa menjadi tidak bertanggung jawab berbagi jawaban dan mungkin beberapa orang memutuskan untuk tidak memperhatikan sama sekali. Menurut Kagan dalam Asmani ( 2007 : 65 ) model pembelajaran Numbered Heads Together menggunakan sistem penomoran pada tiap siswa . Biasanya jika guru menggunakan metode diskusi , siswa dapat mudah bosan dan kurang antusias terhadap pembelajaran tersebut . Maka dengan adanya pemberian nomor pada siswa dalam setiap kelompok diharapkan siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan dan tertarik dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil beajar. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang , ditemukan permasalahan sebagai berikut : a.
Pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional dalam hal ini adalah ceramah.
b.
Pembelajaran masih teacher center , sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimiliki.
c.
Siswa kurang antusias dalam pembelajaran .
d.
Kerjasama siswa dalam kelompok belum efektif karena dalam pembelajaran kelompok masih didominasi oleh siswa yang pandai .
e.
Rendahnya hasil belajar IPA yaitu 54,4% siswa memperoleh nilai kurang dari KKM . Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ) yakni 65.
1.3 Batasan Masalah Penelitian ini terfokus pada penerapan Numbered Heads Together untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam ruang lingkup IPA . Standar kompetensi memahami pengaruh gaya terhadap gerak dan bentuk suatu benda .Kompetensi dasar Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorong dan tarikan ) dapat mengubah gerak suatu benda.
4
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Kemloko Grobogan semester II tahun ajaran 2013 /2014? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : Untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan model Numbered Heads Together siswa kelas IV SD Negeri 2 Kemloko Grobogan semester II tahun ajaran 2013 / 2014 . 1.6 Manfaat Hasil Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah : 1.6.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini mempunyai dua manfaat teoritis . Penelitian ini secara umum memberikan sumbangan dalam pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa IPA siswa menggunakan Numbered Heads Together. Hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai tambahan atau pelengkap referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.6.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Siswa a.
Proses pembelajaran dengan menggunakan Numbered Heads Together akan meningkatkan keaktifan dan kreatifitas sehingga peserta didik dapat memecahkan masalah sendiri dengan caranya sendiri.
b.
Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV mata pelajaran IPA dalam kompetensi dasar Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorong dan tarikan ) dapat mengubah gerak suatu benda
5
2. Bagi Guru a.
Dengan model pembelajaran Numbered Heads Together guru dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa .
b.
Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran IPA sehingga hasil belajar lebih baik.
3. Bagi Sekolah Sebagai upaya memperbaiki kualitas pembelajaran IPA dengan kemampuan yang dimiliki guru kelas sehingga menghasilkan output yang berkualitas dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together