BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era kehidupan saat ini di kota-kota besar banyak bermunculan perkumpulan-perkumpulan yang beragam jenisnya. Selain untuk menyalurkan hobi, perkumpulan ini juga menjadi wadah untuk sosialisasi bahkan menjalin bisnis diantara anggota club. Dalam kehidupan, manusia selalu berhadapan dengan kebutuhan –kebutuhan yang
harus
selalu
dipenuhinya
agar
dapat
mempertahankan
keberadaannya dengan alam. Salah satu aktivitas adalah bekerja. Keadaan
kehidupan di kota besar di Indonesia, telah menjadikan
penduduknya kehilangan kontrol sosial, sehingga masyarakat tidak lagi peduli pada keadaan sosial di sekitarnya. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan sebuah komunitas dimana ia bisa mensosialisasikan dirinya. Banyak orang yang terlampau sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak mempunyai waktu untuk menjalin hubungan pertemanan atau menjalin hubungan yang lebih intim dengan lawan jenis. Mereka lebih memilih untuk meniti kariernya dan hidup sendiri (single). Tetapi pada saat pekerjaan berada di titik jenuh mereka membutuhkan teman untuk sekedar berbagi cerita, berbagi kebahagiaan atau bahkan ingin berkeluh kesah saat mengalami kesedihan. Keberadaan club executive yang sudah banyak di Jakarta tidak dapat dilepaskan dari budaya kota tersebut sebagai kota metropolitan, kota yang dinamis, hidup selama 24 jam dengan iklim kerja yang kompetitif. Kehidupan kota telah terkotak-kotak mengikuti kelas sosial yang ada dalam masyarakat. Hal ini mempengaruhi kehidupan orang muda
1
dikota khususnya cara bergaul dan menjalin hubungan diantara mereka. Dengan karakteristik kota seperti itulah yang menumbuhkan budaya
metropolitan
yang
individualistis.
Tumbuhnya
club-club
executive di Jakarta menunjukkan adanya kelompok-kelompok dengan tingkat kemampuan ekonomi tinggi membutuhkan tempat khusus untuk bersosialisasi. Tempat tersebut memiliki berbagai fungsi, baik untuk berbincang-bincang soal bisnis maupun sekedar melepas penat sebelum pulang kerumah dengan privasi tertentu, penuh gengsi dan representatif seprti sambil bermain bola sodok, clubbing, menyanyi, dan lain-lain. Lavidaloca Executive Single Club adalah fasilitas perkumpulan bagi masyarakat executive yang masih lajang. Pemiliknya memilih lokasi di Bandung dengan harapan agar dapat menarik kalangan executive di Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Dalam
merancang sebuah interior executive club haruslah berbeda
dengan interior sebuah bangunan lain, agar kesan yang akan ditonjolkan sebagai sebuah fasilitas executive single club dapat terlihat dan berbeda dengan club-club atau tempat-tempat lain. Dalam menciptakan sebuah interior haruslah disesuaikan dengan citra dan konsep yang diinginkan, Sehingga atmosfer yang diinginkan dalam sebuah bangunan executive club dapat tercapai dengan maksimal. 1.2 Tujuan Tujuan perancangan adalah : 1.
menciptakan interior Lavidaloca Executive Single Club yang
mampu
mendukung
fungsi
dari
club
secara
keseluruhan, yaitu sebagai tempat bersosialisasi, mencari pasangan, dan hiburan.
2
2.
menciptakan interior yang mencerminkan citra eksklusif bagi para pengunjung terutama anggota club Lavidaloca.
1.3 Rumusan Masalah Bangunan Lavidaloca Executive Single Club dibagi menjadi ruangruang menurut fungsinya dengan dinding penyekat berdasarkan kebutuhan keluasannya. Yang menjadi permasalahan perancangan adalah begaimana merancang interior Lavidaloca Executive Single Club dengan mempertimbangkan aspek-aspek kenyamanan, estetis, keamanan dan keselamatan. Untuk mencapai hasil yang optimal, unsur perancangan interior dapat dirumuskan permasalahannya secara umum meliputi : 1. User :pengguna member ini umumnya adalah executive muda yang masih berstatus lajang, termasuk duda dan janda, yang sibuk akan pekerjaan dan dikelilingi oleh suasana yang monoton.seperti suasana ruangan yang modern dan natural, serta furniture yang modern sesuai dengan jenis pekerjaannya yang pada umumnya adalah bergaya modern. 2
Lay out Bagaiman tata letak furniture yang baik sesuai kebutuhan aktivitas dengan tetap mempertimbangkan kapasitas maksimal ruang
3 Furnitur Bagaimana memilih/merancang perabot yang sesuai sebagai sarana aktivitas. 4 Elemen Pembentuk Ruang Bagaimana
memilih/merancang
elemen
pembentuk
ruang
meliputi lantai, dinding, plafon sesuai kebutuhan ruang dan sifat aktivitasnya. 5
Kondisi (kualitas ruang)
3
Bagaimana
merancang
unsur pengkondisian
ruang
meliputi
pencahayaan, penghawaan, akustik dan penciptaan suasana ruang sesuai kebutuhan ruang dan sifat aktivitasnya.
4
BAB II TINJAUAN UMUM EXECUTIVE CLUB DAN LANGGAM POST MODERN 2.1 Executive Club 2.1.1 Pengertian Executive Club :
Sekelompok orang yang mempunyai minat yang sama, dan saling
mendukung
dan
mengadakan
pertemuan,
atau
sekelompok orang yang mempunyai kesamaan karakteristik. (Britanica encyclopedi)
Sekelompok orang yang berpartisipasi dan setuju untuk membayar iuran untuk mendapatkan sejumlah keuntungan. (Britanica encyclopedi)
Perkumpulan orang-orang yang mengadakan persekutuan dengan maksud tertentu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Gedung tempat pertemuan suatu anggota perkumpulan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Sekelompok orang yang berpartisipasi karena mempunyai kesamaan minat. . (Encarata dictionary)
Bangunan yang didalamnya terdapat berbagai fasilitas dan dapat digunakan hanya untuk anggota kelompok tersebut. (Encarata dictionary)
Pengertian Executive Club Executive club : Suatu yang memberlakukan members only / diperuntukkan khusus untuk anggota, dimana para anggotanya adalah kalangan executive sebagai pejabat / pengusaha yang diantara mereka tidak sematamata ingin menikmati atau menginginkan fasilitasnya saja, melainkan
5
lebih mengacu pada kepentingan bisnis dan pertemanan. (Objek Penelitian dan Hasil Pembahasan Lavidaloca Executive Single Club. 2004)
2.1.2 Penggolongan Club Club dapat digolongkan menjadi dua,yaitu : 1. Private members clubs, yaitu merupakan suatu club sosial yang bersifat mencari kesenangan dan semua kegiatan yang bersifat non-profit 2. Commersial
clubs,
yaitu
suatu
club
yang
kepemilikannya atas nama pribadi atau bernaung di bawah suatu perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan. (Lawson, Fred, Restaurant, Clubs dan Bars, Planning Design, P.288) Executive club yang direncanakan termasuk ke dalam golongan commercial club, karena bertujuan untuk mencari keuntungan.
2.1.3
Jenis dan Fungsi Club
Terdapat berbagai macam jenis klub, sesusai dengan tujuannya. Adapula klub yang didirikan untuk umum sesuai dengan lingkungan dimana klub itu berdiri. Club yang didirikan dengan tujuan tertentu, seperti :
Social club, yaitu sebuah perkumpulan yang bertujuan menangani masalah sosial masyarakat tertentu.
Proffesional club, yaitu sebuah perkumpulan masyarakat dengan
tingkat
sosial
6
tertentu
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan
pengetahuan
sesuai dengan
profesi di
bidangnya masing-masing.
Political club, yaitu sebuah perkumpulan dengan anggotanya terdiri dari orang-orang yang tertarik dengan masalah politik
Womens club, yaitu perkumpulan yang anggotanya terdiri dari kaum wanita dengan tujuan meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita.
Sport club, yaitu perkumpulan yang kegiatannya khusus olahraga.
2.2 Tinjauan Interior Gaya Post Modern Menampilkan kesan dunia entertain (dunia hiburan) dalam sebuah club tentulah mencakup dalam menentukan fungsi ruang. Dalam mendukung aktifitas serta citra bahwa club dari Lavidaloca Executive Single Club merupakan gaya hidup modern, maka ditetapkan bahwa gaya yang akan diterapkan adalah gaya Post Modern Pengertian Posmodern Dalam bukunya yang berjudul “ What is Post Modern” Charles Jencks mengungkapkan “... abad modern dan sebangsanya menjadi sesuatu yang lalu, industrialisasi dengan cepat memberi jalan kepada post Industrialisasi pabrik ke rumah dan pekerjaan kantor dan didunia seni, tumbuh dasar tradisi untuk mengkombinasi unsur-unsur tradisional...” (Charles Jencks, 1987;7) Pengertian atau definisi Post-Modern seperti apa yang diungkapkan oleh Charles Jencks adalah bermuka ganda kombinasi antara modern teknik dengan sesuatu yang lainnya (biasanya tradisional). Sebagai
7
cara arsitektur brkomunikasi dengan masyarakat dan menyangkut golongan kecil (Charles Jencks, 1988;14) . Ciri-ciri Post – Modern Ada dua ciri pokok dari arsitektur post modern yakni anti rasional dan neosculpture, kedua ciri tersebut berbeda dengan pandangan dari arsitektur modern yaitu rasional dan fungsional, kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan bangunan sculpture yakni bangunan yang sangat menonjol karena dihiasi dengan ornamen zaman Barouque dan Renaisance. Sementara itu ada 10 ciri pokok arsitektur Post Modern yaitu : 1.
Mengandung unsur-unsur komunikatif yang bersifat lokal atau populer
2.
Membangkitkan kembali kenangan historik
3.
Berkontek urban
4.
Menerapkan kembali teknik ornamentasi
5.
Bersifat representasional
6.
Berwujud metaforik
7.
Dihasilkan dari partisipasi
8.
Mencerminkan aspirasi umum
9.
Bersifat plural
10.
Bersifat ekletik
Untuk dapat dikategorikan suatu karya arsitek post modern tidak harus memenuhi kesepuluh ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang mempunyai enam atau tujuh ciri di atas sudah dapat dikategorikan sebagai suatu karya arsitektur post modern (Budi Sukada, dalam Makalah Seminar, Juli 1990; 31)
8
Dalam kaitannya dengan Post Modernisme, menurut Barthes, sebuah teks (karya) “ Post Modern “ merupakan hasil interaksi dan campuran berbagai macam tulisan yang tak satu pun orisinil “... Teks adalah sebuah jaringan kutipan-kutipan yang diambil dari berbagai pusat kebudayaan yang tak terhitung jumlahnya”(Roland Barthes, ImageMusic-Text, 1977, hal 11). Dalam bukunya yang lain dia juga menyebutkan “... perspektif dari fragmen-fragmen, dari suara-suara, dari teks-teks lain, kode-kode lain”. (Roland Barthes, S/Z, 1974, hal 12) ‘ kode’ adalah cara mengangkat kembali fragmen-fragmen yang mampu menghasilkan ekspresi yang sangat kaya dan plural. Salah satu kode yang dikelompokkan Barthes adalah kode kebudayaan; suara-suara kolektif, anonim, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, legenda, agama, kekayaan dan pluralitas yang tercermin dari sebuah karya inilah merupakan ciri seni Post Modern. Di dalam masyarakat posindustri dan kebudayaan posmodern, pandangan tentang gaya sebagai satu zeitgeist yang berlaku universal menimbulkan permasalahan epistemologis tentang gaya itu sendiri. Hal ini disebabkan perkembangan posmodern itu sendiri diwarnai oleh fragmentasi kebudayaan, segmentasi kelompokkelompok sosial, dan kemajemukan gaya yang menyertainya. Pendekatan modernis terhadap gaya yang menjunjung tinggi kebaruan dan keontetikan, serta menekankan formalisme dan fungsionalisme tidak relevan lagi untuk digunakan sebagai alat untuk mengkaji karya-karya posmodernisme, yang justru cenderung brsifat ironis, skizofrenik, hibrid, bahkan sinkretis. Dalam nilai-nilai formal dan fungsional tidak lagi menjadi kandungan isi utama dalam karya posmodernisme.
Karya-karya
posmodernisme
lebih
cenderung
memiliki kandungan isi yang bersifat majemuk. Posmodernisme membuka pintu lebar-lebar bagi berinteraksi dan bersimpang siurnya
9
berbagai gaya dari berbagai seniman, periode. Kebudayaan- bahkan yang bersifat kontradiktif sekalipun- membentuk kontur-kontur gaya yang
bersifat
sinkretis,
ekletik,
atau
hibrid.
posmodernisme terhadap makna satu gaya
Pendekatan
pun cenderung
menekankan makna majemuk (polysemy) dan bukan makna tunggal (monosemy). Penolakan
pendekatan
modernis
terhadap
gaya
telah
dimanifestasikan melalui beberapa gerakan seni dan desain pada dekade 60-an. Diantara gerakan ini adalah gerakan memphis, yang diprakarsai oleh Ettore Sottsass di Milan. Gerakan yang dijuluki antiestetik
ini
merupakan
satu
gerakan
menentang
pendekatan
fungsionalisme dalam seni dan desain. Strategi yang terpenting adalah memparodi keterbatasan dan absurditas proses produksi massa; mengangkat kembali fungsi ornamen, memperkenalkan kjembali bahasa-bahasa simbolik dan metafora dalam seni dan desain. Pada tingkat seni, pendekatan posmodernisme terhadap gaya lebih berkaitan dengan penyanggahan terhadap konsep form follows function dan pendekatan formalisme, melalui pengembangan bentukbentuk yang bersifat ironik, skizofrenik, dan sinkretik. Posmodernisme mempermainkan keseriusan eksplorasi formal dan estetika produksimassa yang baku, dan skaligus menolak label genius pada sang seniman. Pendekatan
utama
posmodernisme
terhadap
gaya
adalah
memperlakukan gaya sebagai satu bentuk komunikasi yang dapat disebut sebagai komunikasi ironis-bentuk komunikasi yang di dalamnya bukan makna-makna dari pesan-pesan yang dijunjung tinggi, melainnkan kegairahan dalam permainan bebas tanda-tanda
10
dan kode-kode- plesetan, humor, kritik. Konsep seperti ini, merupakan konsep yang diwujudkan pada bahsa estetik seni posmodernisme. (Yasraf Amir Piliang,2003,hal 180) 2.2.1 Konsep
–
konsep
Posmodernisme
Menuju
Estetika
Posmodernisme Dalam
setiap
upaya
pendefinisian
posmodernisme,
tampaknya
posmodernisme adalah diskursus yang menghindarkan diri dari definisi, yang menjauhkan dirinya dari pembicaraan tentang kebenaran diri sendiri, yang melakukan parodi terhadap dirinya sendiri. Akan tetapi terlepas dari paradoks atau kontradiksi filosofis ini. Tujuan sari penggalian idiom-idiom dan bahasa estetik ini , bukanlah untuk mencari terminal akhir dari diskursus estetika posmodernismedimana bahasa estetik posmodern tidak lagi punya ruang gerak lebih jauh lagi, akan tetapi, hanya untuk pembuka wawasan, bagi penjelajah idiomidiom yang lebih kaya. Lima idiom estetik yang akan dijelaskan berikut inipastiche, parodi, kitsch, camp, dan skizofrenia, adalah sebagian saja dari kemungkinan penjelajah estetik dalam diskursus seni posmodernisme. Pastiche Pastiche didefinisikan di dalam The Concise Oxford Dictionary Of Literary Terms, sebagai : Karya sastra yang disusun dari elemen – elemen yang dipinjam dari berbagai penulis lain atau dari penulis tertentu di masa lalu.(Yasraf Amir Piliang,Hipersemiotika, hal 187) Sebagai karya yang mengandung unsur – unsur pinjaman, pastiche mempunyai konotasi negatif sebagai miskin kreatifitas, orisinalitas, keontetikan dan kebebasan. Ekstitensi karya pastiche , dalam hal ini brgantung pada ekstitensi kebudayaan masa lalu dan karya – karya
11
serta idiom-idiom estetik yang ada sebelumnya dan bertentangan dengan seni modern pada umumnya. Perbedaan antara pastiche dan parodi, terutama terletak pada model relasinya dengan teks atau karya yang menjadi rujukkan. Parodi, dalam hal ini, keanekaragamamnnya, beberapa kritikus merasa perlu membuat klasifikasinya. Umberto Eco menyebut salah satu jenis patronisasi ini realisme rekonstruksi, yaitu replika murni atau duplikasi dari kebudayaan atau dari masa lallu. Contohnya, Disneyland, dengan kantor sheriff, salon, bar, cowboy, dan lain-lain yang merupakan replika dunia cowboy pada masa lalu. Dan Las Vegas adalah contoh yang
sempurna
dari
kota
pastiche
dalam
kebudayaan
posmodernisme. Parodi Sebuah komposisi sastra atau seni yang di dalamnya gagasan, gaya, atau ungkapan khas seorang seniman dipermainkan sedemikian rupa, sehingga membuatnya tampakabsurd. Tujuan dari parodi adalah untuk mengekspresikan perasan tidak puas, tidak senang, tidak nyaman brkenaan dengan intensi gaya atau karya masa lalu yang dirujuk. Dalm kaitan ini, parodi menjadi semacam bentuk oposisi atau kontras di antara berbagai teks, karya atau gaya. Sebuah teks atau karya parodi biasanya menekankan aspek penyimpangan atau plesetan dari teks atau karya rujukkan yang biasanya bersifat serius. Oleh karena itulah, Mikhail Bakhtin menyatakan parodi sebagai satu bentuk representasi, akan tetapi representasi yang lebih ditandai oleh pelencengan, penyimpangan, dan plesetan makna- representasi palsu (false representation)
12
Kitsch Segala bentuk seni yang berkaitan dengan selera rendah, yaitu rendahnya bakuan estetik yang dimilikinya. Di dalam The Concise Oxford Dictionary Of Literary Term, kitsch didefinisikan sebagai “segala jenis seni palsu yang murahan dan tanpa selera”. Contoh, sebuah jam tangan dalam bentuk miniatur gitar, tentu tidak akan menyesetkan kita dengan menafsirkan sebagai alat musik. Tedapat banyak cara karya-karya menjadi kitsche, sebagaimana yang dijelaskan, 1. pengalihan satu elemen atau totalitas elemen dalam karya seni, sastra, atau arsitektur dari status dan konteks asalnya sebagai kebudayaan massa. Misalnya, sebuah handuk dengan bergambar monalisa, sebuah teko berbentuk patung Rodin, atau sebuah piring berukiran motif karya William Morris. 2. peminjaman elemen-elemen tertentu dari barang konsumer, yang ditanggalkan dari konteks dan status sebagai produk massa dan dialihkan dari konteks dan statusnya sebagai seni tinggi. Misalnya, patung berbentuk ikonik boto Coca Cola, bangunan berbentuk ikonik sepatu. 3. imitasi bahan , yaitu penggunaan bahan-bahan tiruan untuk memberikan efek dan kesan bahan alamiah. Misalnya, meja yang dilapis veneer serat kayu, produ-produk yang dilapis imitasi, seperti emas, perak, dan lain-lain. 4. transformasi dan idolisasi ikon, simbol atau lambang dari objekobjek subkultur dan objek kultus menjadi objek-objek seni dan barang konsumer. Misalnya, patung miniatur yesus , simbol-simbol klub olahraga. 5. objektivikasi mitos, yaitu pengabadian objek-objek atau tokohtokoh yang telah menjadi mitos dalam bentuk objek-objek seni atau barang konsumer. Dalm hal ini, ada mitos Einstein, John Lenon, Marilyn Monroe, dan lain-lani.
13
Camp Adalah satu idiom estetik, yang meskipun sering diperbincangkan, namun masih menimbulkan pengertian yang kontradiktif. Di satu pihak, sering diasosiakan dengan pembentukkan makna, di pihak lain, ia justru diasosiakan dengan kemiskinan makna. Misalnya, bentuk sehelai daun dapat dijadikan bentuk sebuah pintu, melalui distorsi. Dalam camp, dibuat secara ekstrim lebih panjang, kurus, elegan. Dan camp menjunjung tinggi ketidaknormalan dan keluarbiasaan. Skizofrenia Adalh sebuah istilah psikoanalisis, yang pada awalnya digunakan untuk menjelaskan fenomena psikis dalam diri manusia. Jacques Lacan, seorang ahli psikoanalisis, sebagaimana yang dikutip
oleh
Frdic
sebagai”...putusnya
Jameson, rantai
mendefinisikan
pertandaan,
yaitu,
skizofrenia rangkaian
sintagmatis penanda yang bertautan dan membentuk satu ungkapan atau makna.” Makna tersebut semata merupakan hubungan logis antara penanda dengan petanda. ( Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika,2003)
2.2.2 Perancangan Interior Teori-teori
yang
dikategorikan
di
menjadi
pakai
sebagai
beberapa
bagian
landasan dan
perancangan
diarahkan
pada
penyusun program kebutuhan. a. Ruang dan Dimensi Ruang Ruang-ruang yang dibutuhkan bagi tempat perkumpulan bagi orang-orang yang melajang (executive single club berdasarkan
14
urutan penggunaan adalah :1. Reception area, 2. lobby, 3. X Lounge, 4.Cafe dan Bar, 5. La Oma Restoran, 6. Dance room, 7. Karaoke, fariasi urutan-urutan ditunjukkan untuk pencapaian kenyamanan (Interior Graphich and Desaign Standar, hal 480) b. Sirkulasi Sirkulasi dari ruang ke ruang mengikuti urutan aktivitasnya. c. Lay Out Dasar
pertimbangan
penataan
perabot
(lay
out)
pada
Lavidaloca Executive Single Club, mengikuti aspek penataan pada umumnya yaitu fungsi dan estetika. Fungsi - Pengelompokan fungsional furniture -
Ukuran-ukuran dan jarak yang sesuai
-
Jarak sosial yang sesuai
-
Privasi akustik dan pandangan yang tepat
-
Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan yang memadai
-
Fasilitas pencahayaan. Elektrik dan mekanik yangmencukupi
Estetika -
Skala terhadap ruang
-
Pengelompokan visual, kesatuan dan variasi
-
Figur dan latar belakang yang jelas
-
Komposisi tiga dimensi : ritme, harmoni, dan keseimbangan
-
Orientasi yang sesuai terhadap cahaya, pemandangan atau fokus di dalm ruang
(DK.Ching, hal 131)
15
d. Furniture Dalam
merancang
atau
memilih
fasilitas
perabot
harus
mempertimbangkan beberapa hal antara lain : antropometri, sifat bahan dan estetika. Pemilihan fasilitas perabot didasarkan pada prinsip fungsional, nyaman, ekonomis, ergonomis, antropometris dan mudah dalam perawatan serta estetis (Suprapto, 1962, hal 60) Setiap bahan punya kekuatan dan kelemahan yang harus dikenali jika menginginkan sebuah furniture yang kuat, stabil, dan awet dalam pemakaian (DK. Ching, hal 37) Manusia adalah faktor pokok dalam merancang furniture karena bentuk ( antropometri), dan kenyamanan pada waktu kita menjalankan tugas. Furniture harus didesain sesuai dimensi, jarak yang dibutuhkan oleh pola pergerakan dan sifat kegiatan dimana kita terlibat. e. Elemen Pembentuk Ruang Lantai Penggunaan warna-warna pada penutup lantai dapat memberi kesan tertentu terhadap ruang , misalnya warna hijau memberi kesan sejuk, warna merah memberi kesan panas ( Pamudji Suptandar, 1982, hal 8) Pembuatan perbadaan lantai berfungsi sebagai pembatas semu dari ruang(Pamudji Suptandar, 1982, hal 8) Lantai
suatu
ruang
harus
fungsional
maupun
dekoratif,
pemilihan pelapis lantai mempengaruhi program pembersihan dan perawatan. Finishing lantai harus sesuai dengan karakter dan kualitas dinding, perabot dan feauture lainnya. (pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan, hal 280)
16
Dinding Supaya ruang yang kecil terlihat besar digunakan warna-warna sejuk pada dinding (Pamidji Suptandar, hal 38). Kerap kita butuh perlindungan juga terhadap bunyi atau suarasuara yang mengganggu. Disinipun dinding berfungsi sebagai penutup ataupun pembatas ruang pendengar (auditif). (Pasalpasal Pengantar Fisika Bangunan, hal 341) Plafon Dengan warna terang keras plafon terasa tinggi dan ringan, dengan warna gelap terasa pendek dan menekan (Pamudji Suptandar, 1982 hal 60) Perbedaan tinggi dan bentuk ceilling dapat menunjukan perbedaan visual atas zona-zona dan orang dapat merasakan adanya perbedaan aktivitas dalam ruang tersebut (Pamudji Suptandar, 1982, hal 60) f. Kondisi (Kualitas Ruang) Pencahayaan Kebutuhan kuat peneranganyang dianjurkan pada masingmasing ruang menurut jenis aktivitasnya menjadi dasar bagi perencanaan jumlah lampu dan penempatannya. Akustik Permukaan lunak, porous dan bersifat pegas bersifat menyerap bunyi,
sedangkan
permukaan
keras
memantulkan bunyi.(DK. Ching, hal 727)
17
dan
padat
dapat
Suasana Pencapaian suasana dan kesan ruang dapat dicapai dengan cara pengolahan warna dan kombinasi dengan cahaya, garis dan tekstur.
2.2.3 Gaya Interior Post Modern Dengan mengacu pada ciri-ciri umum gaya post modern, rancangan interior
secara
keseluruhan
merupakan
terjemahan
sifat
atau
karakteristik dari gaya tersebut antara lain : kitsch Segala bentuk seni yang berkaitan dengan selera rendah, yaitu rendahnya bakuan estetik yang dimiliki nya. Dalam kitsch ini diberikan pada bentuk furniture. Skizofrenia Kekacauan struktur bahasa (dan psikis), yakni putusnya rantai pertandaan, dimana penanda (bentuk) tidak dikaitkan dengan satu pertanda(makna) dengan cara yang pasti, sehingga menimbulkan kesimpang siuran makna. Seperti pada bentuk bangunan dan bentuk ruangan-ruangan. Ekletik Beberapa gaya yang dipadukan dan diterapkan dalam rancangan interior juga merupakan ciri lain dari post modern. Gaya yang dimaksud adalah natural, tradisional sunda, gaya modern.
18
Dalam postmodern, terdapat ribuan kontur topografis yang saling tumpang tindih dan saling bertabrakan satu sama lain; ribuan jalan yang berliku-liku dan saling silang dengan ribuan titik-titik balik dihadapannya, berbagai konsep , pemikiran, gagasan yang saling bertemu dan bersinggunagn satu sama lain yang membentuk indeterminansi: ribuan tanda dan kode-kode yang berasal dari berbagai zaman , tempat , dan kebudayaan saling berinteraksi , yang muncul dan menghilang dalam kecepatan tinggi, membentuk jaringan skizofrenik; ribuan idiom dan gaya-gaya masa lalu dan masa kini saling berdialog dan menghasilkan sintesis-sintesis baru yang kaya warna, kaya nuansa, penuh permainan, penuh keriangan, sekaligus penuh kontradiksi.
2.3Tinjauan Lavidaloca 2.3.1Deskripsi Proyek Kasus proyek
: Lavidaloca Executive Single Club
Status proyek
: Fakta
Pemilik
: Ibu Susy Gunawan
Lokasi proyek
: Jln. Cijeruk no: 62 Lembang – Bandung
Kategori kelompok
: Club
2.3.2 Visi dan Misi Club Visi Meningkatkan sarana pariwisata daerah dari lingkungan sekitar proyek dan meningkatkan pendapatan daerah
19
MISI Bahwa Lavidaloca Executive Single Club ini diperuntukan sebagai sarana bersosialisasi yang ditujukan kepada kalangan menengah keatas.
2.3.3 Struktur Organisasi Executive klub dimiliki oleh pengusaha perorangan. Pengelolanya dipercayakan kepada seorang operasional manager.
20
STRUKTUR ORGANISASI LAVIDALOCA EXECUTIVE SINGLE CLUB DIRECTUR
OPERASIONAL MANAGER SUPERVISOR
CHEF ADM
CASHIER HEAD WAITER SECURITY
STORE WAITER
HEAD BAR
CDP
BAR
COOK
COOK GARDENER
CLEANER
DISHWASHER
EDR
Gambar 1. Diagram Struktur 2.3.4 Deskripsi Kerja dan Tanggung Jawab Deskripsi kerja dan tanggung jawab masing-masing divisi atau bagian adalah sebagai berikut : 1. Operasional Manager (1 orang) Mengelola, bertanggung jawab dan mempunyai wewenang atas operasional fasilitas club secara umum, melakukan koordinasi antara divisi dalam operasional, pengembangan club, pembagian tugas, rapat kerja, avaluasi, dan pertanggung jawaban.
21
2. Supervisor (1 orang) Membantu
tugas
operasional
manager
dalam
melakukan
koordinasi antar divisi dalam organisasi, pengembangan club, pembagian tugas, rapat kerja, dan evaluasi. 3. Account Manager (1 orang) Mengepalai dan mengawasi urusan administrasi, pengadaan biaya, registrasi anggota dan kepegawaian. Account Manager membawahi :
Ka. Divisi Administrasi (1 orang) Menangani teknis sirkulasi pemasukan dan pengeluaran dana sub
kegiatan
utama
dan
penunjang
club. Ka. Divisi
Administrasi membawahi staff administrasi bagian : 1. Keanggotaan dan fasilitas club (2 orang) 2. Gallery (1 orang) 3. Pub dan Cafe (2 orang) 4. Restoran (2 orang) 4. House Manager (1 orang) Menangani urusan operasional pemeliharaan dan pelaksanaan fasilitas. House Manger membawahi :
5
Bagian Front Office (3 orang)
Bagian Cleaning service (7 orang)
Bagian Pemeliharaan (2 orang)
Bagian Keamanan (4 orang)
Food & Beverage Manager (1 orang) Menangani urusan makanan dan minuman dalam menu, mengawasi para koki, serta mengawasi para bartender dan waiter, membawahi :
Bagian Chief Cook (7 orang)
Bagian Bartender dan Waiter (12 orang)
22
6 Public Relation Manager (1 orang) Menangani pelaksanaan program kerja dan kegiatan club, membawahi : Bagian Entertainment (3 orang)
Menangani dan menjalankan program-program kegiatan rutin dan temporer club. Total jumlah seluruh staf yang bekerja pada Executive Single Club adalah 50 orang. Dalam konsep interior tidak semua staff diberikan ruangan, yang mempunyai ruangan hanya direktur dan menejemen seperti pada front office, dan kitchen untuk koki. 2.3.5 Keanggotaan Pengguna executive club, dibagi menjadi dua : 1. Owner, yaitu pemilik 2. User,pengguna di bagi lagi menjadi dua kelompok : - Karyawan - Pengunjung
Anggota,
yaitu
orang-orang
yang
mendaftar
menjadi
anggota club yang masih berstatus single. Anggota dibagi lagi menjadi dua, yaitu : 1. Anggota kehormatan, yaitu masyarakat atau tokoh yang dianggap berjasa bagi lembaga dan diangkat menjadi anggota sebagai bentuk penghargaan. 2. Anggota biasa, yaitu masyarakat yang mendaftar sebagai anggota club untuk mendapatkan kemudahan dalam menggunakan fasilitas yang disediakan oleh club.
23
Non Anggota, yaitu masyarakat umum yang menggunakan fasilitas ini tidak mendaftar sebagai anggota
2.3.6 Program Kegiatan Program kegiatan berdasarkan jenis fasilitas pada bangunan, dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Utama
Mengadakan acara dansa bersama dan karaoke.
2. Pendukung
Hiburan, sepeti live music
Restoran
Cafe dan bar
Lounge
Pengelolaan, berupa fasilitas bagi pengelola bangunan. Seperti
kantor
pengelolaan,
area
service
dan
sebagainya. Program kegiatan berdasarkan sifat kegiatan, yaitu :
Komersial, berupa kegiatan dengan menjual sesuatu kepada konsumen yang diakhiri pembayaran dengan uang, seperti food and beverage, dan lain-lain.
2.3.7 Program Kebutuhan Ruang penyusunan program kebutuhan didasarkan pada informasai dari literatur, owner, studi banding, analisa terhadap pemakai ruang dan aktifitas. A. Ruang Organisasi
ruang
harus
memenuhi
syarat
bagi
kebutuhan
hubungan antar ruang dan sirkulasi yang terbentuk oleh rangkaian
24
aktivitas. Dimensi ruang yang sudah ditentukan dalam pembagian keluasannya harus memenuhi standar minimal. Kebutuhan ruang berdasarkan program kegiatan utama dan pendukung Kebutuhan Ruang NO 1
PELAKU OWNER
AKTIVITAS
KEB. RUANG
MENGAWASI
DAN
KAPASITAS (ORANG)
RUANG ISTIRAHAT
1
LOCKER
1
MENCARI INFORMASI
RECEPSIONIST
1
REGISTRASI
FRONT OFFICE
1
MENUNGGU
LOBBY
10
BAR
12
RESTORAN
36
LOUNGE
18
KARAOKE
20
BALLROOM
100
HALL
13
MENGIKUTI
ACARA
MEMBER MENYIMPAN
BARANG
(TAS, DLL)
2
PENGUNJUNG 1.MEMBER
MAKAN
&
MINUMAN
RINGAN
SAMBIL
BERSANTAI.ATAU MENUNGGU BERKARAOKE MAKAN DENGAN
&
MINUM
MENU
YANG
VARIATIF ROMANTIS NGOBROL
DAN DENGAN
SANTAI BERNYANYI MENARI
(DANSA
CLUBBING) SANTAI (NGOBROL)
25
/
2.NON MEMBER
OUTBOUND
TAMAN
60
MEMBAYAR
CASHIR
1
MENCARI INFORMASI
RECEPTIONIST
1
MENUNGGU
LOBBY
10
CAFE & BAR
30
RSTORAN
18
CASHIER
1
RECEPTIONIST
3
MEMBER MELAYANI REGISTRASI
FRONT OFFICE
2
BAGI MEMBER MELAYANI
CASHIER
1
PEMBAYARAN MEMASAK HIDANGAN
DAPUR
17
MAKAN DAN MINUM TEMPAT ISTIRAHAT
LOUNGE
10
CLEANING SERVICE
GUDANG
MAKAN
&
MINUM
RINGAN SAMBIL SANTAI MAKAN & MINUM DENGAN
MENU
BERVARIASI
DAN
ROMANTIS MEMBAYAR
3
KARYAWAN
MELAYANI MEMBER
ANGGOTA &
NON
Tabel 1. Kebutuhan Ruang
26
BAB III KONSEP PERANCANGAN
3.1Dasar Konsep Sebagai sumber pembentukan konsep atau ide dasar desain dari Lavidaloca Executive Single Club adalah dimana bangunan tersebut berada, yaitu dilingkungan pegunungan Lembang Bandung, maka dengan mengambil konsep gaya postmodern, bangunan dan visual dari Lavidaloca Executive Club ini dibuat kontras dengan keadaan yang ada di sekitar. Kekontrasan ini mengacu pada suasana laut yang luas dan bebas dengan penuh warna-warna cerah, dimana seperti seorang lajang yang bebas tiada batas yang mengalir seperti air, tetapi tetap memberikan suasana yang romantis dan natural. Dengan demikian suasana diluar dan didalam terasa sangat berbeda atmosfernya dengan adanya kekontrasan tersebut.
Sesuai dengan kutipan dari bab dua yaitu, posmodernisme, terdapat banyak kontur topografis yang saling tumpang tindih dan saling bertabrakan satu sama lain. Club merupakan tempat dimana para anggotanya adalah kalangan executive sebagai pejabat / pengusaha yang diantara mereka tidak semata-mata ingin menikmati atau menginginkan fasilitasnya saja, melainkan lebih mengacu pada kenyamanan tempat dan selain itu juga untuk kepentingan hiburan, bisnis dan pertemanan. 3.1.1 Konsep Desain Dari dasar konsep diatas, maka ditentukan pengembangan ke dalam tema dan gaya yang diterapkan pada rancangan interior.
27
3.1.1.1. Tema Tema rancangan diambil dari kehidupan executive muda saat ini yaitu “NIGHT LIFE UNDER THE SEA”. NIGHT LIFE adalah kata lain dari kehidupan malam, yang pada saat ini banyak masyarakat luas umumnya dan para executive muda maupun tua khususnya menikmati hiburan malam hari dikarenakan kesibukan yang terlalu padat. Secara imajinatif digambarkan sebagai sebuah tempat istana hiburan malam yang romantis dan berada di bawah laut, didukung lampu remang-remang dengan hembusan angin pegunungan yang dingin dan memiliki
suasana yang tenang dan
cozy. Lavidaloca adalah tempat untuk menjalin persahabatan, percintaan. Hiburan dan bersenang-senang, seperti layaknya ikan yang lepas dilaut yang bebas. Tema ini diimplementasikan pada pandangan antara lain dengan penerapan warna merah yang dominan sebagai simbol kemesraan dan warna biru untuk memperkuat suasana laut dan warna-warna cerah yang diambil dari beraneka ragam warna di laut. Pengolahan cahaya untuk menciptakan kesan romantis, akrab dan tenang, penerapan materi yang dapat terlihat natural seperti parquette, kayu dengan finishing kasar (rustic), marmer, dan lain-lain. Selain itu juga diterapkan pendukung yang berhubungan dengan night life seperti lampu disko, dan lain-lain.
Unsur-unsur di dalam laut, antara lain : 1. Berbagai macam bentuk ikan hias 2. ikan paus 3. ikan lumba-lumba
28
4. ikan hiu 5. ikan pari 6. ular laut 7. cumi-cumi 8. gurita 9. karang 10. rumput laut 11. bintang laut 12. kuda laut 13. pasir laut 14. kerang laut 15. kepiting 16. keong 17. ganggang laut 18. ubur-ubur 3.1.1.2.Gaya Postmodern. Untuk menerapkan kesan laut di dalam Lavidaloca Executive Club, gaya postmodern dapat di lihat dari lay out dengan bentuk yang dinamis dan furnitur yang memiliki desain dengan bentuk yang aneh tetapi dengan tetap memperhatikan segi ergononis, walaupun lebih mementingkan gaya daripada fungsi. Tuntutan fungsi ruang serta karakteristik sebuah fasilitas hiburan menjadi alasan untuk memilih gaya posmodern sebagai konsep desain.
29
3.2 Penjabaran Konsep 3.2.1 Organisasi Ruang 3.2.1.1 Zoning Pembagian zoning pada Lavidaloca Executive Single Club dibagi menjadi dua bagian , antara lain : 1. Private area private ini digunakan hanya untuk pengguna kartu anggota atau members only. Pada area ini pengunjung yang bukan member tidak diperbolehkan untuk memasuki ruangan, terkecuali karyawan dan owner 2.Semi public area semi public ini digunakan bagi pengunjung yang bukan anggota club. Dengan demikian para member club Lavidaloca tetap dapat memasuki area tersebut. Fasilitas yang diberikan terbatas tidak sama dengan fasilitas yang diberikan untuk para member. Bagi para pengunjung biasa hanya dapat menggunakan fasilitas tertentu, seperti cafe, bar dan restoran. 3.2.1.2 Sirkulasi Alur sirkulasi pada Club Lavidaloca dibuat mengikuti konsep zoning yang alurnya membedakan antara member dan non member sehingga para pengunjung yang non member tidak dapat melihat kegiatan para member club. Dan alur sirkulasinya dibuat bebas, seperti air mengalir. 3.2.2 Lay Out Susunan perabot dalam ruang dapat dikelompokkan menurut jenis aktivitasnya
ke
dalam
zona-zona.
Agar
luas
ruang
dapat
dimanfaatkan secara optimal, maka jarak antar perabot atau perabot
30
dengan elemen ruang (dinding, pintu) diminimalkan dengan tetap mempertimbangkan
kebutuhan
zona
bebas
untuk
lalu
lintas
pengunjung dan karyawan. Furniture Furniture sebagai fasilitas untuk melakukan aktivitas di rancang berdasarkan analisa terhadap aktivitas dan pelaku serta disesuaikan dengan konsep atau tujuan ruang. Sesuai dengan ide dasar pada unsur laut, maka ide dasar furniture yang digunakan antara lain : 1. kerang dan mutiara : digunakan sebagai sofa pada lobby dan lounge. 2. keong : digunakan sebagai stool pada bar, ruang dance floor, hall (ruang billiar). 3. ganggang laut : dipakai sebagai meja pada ruang lounge 4. karang : digunakan sebagai meja pada ruang dance floor 5. kerang : digunakan sebagai armatur pendant lamp pada meja billiar (hall) 6. ubur-ubur : dipergunakan sebagai ide dasar dari bentuk elemen estetik yang diletakkan pada ceilling yang ditambah dengan menggunakan blower, agar dapat bergerak sehingga dapat terlihat seperti ubur-ubur sungguhan. 7. cumi-cumi : digunakan sebagai ide dasar untuk pintu pada restoran. 8. bintang laut : digunakan sebagai ide dasar pada meja makan pada restoran, dikarenakan warnanya yang merah serta dari perilaku pada bintang laut tersebut, yaitu binatang yang dapat menempel.
31
Gaya dari furniture–furniture yang digunakan bermacam-macam, sebagian mengadopsi dari gaya tradisional sunda, yaitu alat musik gendang, bentuk ini diberikan khusus pada ruang front office agar pengunjung baik member maupun non member tidak lupa akan ciri khas akan Jawa Barat – Bandung itu sendiri.
Konsep Furniture Desain furniture memenuhi tuntutan fungsi dan estetik. TUNTUTAN DARI
NILAI FUNGSIONAL
SEGI I. DESAIN
Tidak
kompetitif
NILAI ESTETIK
satu Perulangan
dengan yang lain. bentuk Memenuhi syarat konservasi : Bebas debu, suhu dan temperatur tetap, aman
II. MANUSIA
dari pencurian Perawatan mudah Memperhatikan
(pengunjung)
ergonomi
Dinamis dan organik
anthopometri Memperhatikan kenyamanan III. OBJEK
orang
cacat Mempertimbangkan
Simple
bentuk, dimensi, warna, tekstur objek Fleksibel untuk berbagai dimensi objek Tabel 2. Karakteristik Fungsi dan Estetika 3.2.4 Elemen Pembentuk Ruang
32
elemen-elemen yang menyatu membentuk ruang, baik lantai, dinding, plafon dirancang bukan hanya sebagai pembatas atau pelingkup ruang secara fisik, tetapi juga untuk menciptakan suasana dan kondisi ruang melalui pemilihan material, pengolahan warna, garis dan tekstur. Suasana dan kondisi yang diciptakan berbeda-beda dari setiap ruang, tergantung dari tujuan aktivitas yang dilakukan. 3.2.4.1 Lantai dari segi fungsinya, pemilihan bahan finishing lantai dari ruang yang ada memiliki kriteria yang berbeda sesuai dengan aktivitas dan kebutuhannya. Seperti halnya pada furnitur, dalam pemilihan pola atau material pada lantai dilihat dari ide dasar pada kehidupan di laut yang ada, antara lain : 1. clown fish (ikan badut) : ikan hias ini digunakan sebagai ide dasar yang sesuai dengan karakter yaitu, ikan yang lucu dan warnanya yang ceria (orange). Digunakan sebagai aksesoris pada pola lantai di ruang hall ( billiar). 2. bintang : sebagai biatang yang suka menempel dan berdiam di dasar laut, maka bintang di gunakan sebagai elemen pada pola lantai ruang lobby, hall, ruang dance floor, bar dan restoran. 3. kerang.
Lantai lobby, foyer
33
Bahan finishing lantai lebih diprioritaskan untuk memberi kesan mewah dan eksklusif, untuk itu dipilih bahan marmer dan parquette, batu alam dan karpet. Lantai cafe&bar,restoran,lounge Bahan penutup lantai dipilihkan bahan yang mudah dibersihkan (dirawat) dan memberi kesan natural Lantai ballroom Bahan yang digunakan adalah marmer dan parquette dengan finishing glossy, agar para penari dapat menari denga lincah tanpa takut untuk tersandung. Lantai karaoke Finishing
lantai
memakai
parquette
untuk
memberi
kesan
kenyamanan bernyanyi tanpa harus terganggu atau mengganggu yang lain. Lantai dapur dan toilet Bahan penutup lantai pada ruang dapur dan toilet dipilih bahan yang bersih dan tidak licin. 3.2.4.2Dinding sebagian besar dinding diberi cat semprot bertekstur halus dengan bergambar suasana laut dengan adanya matahari. Pada area lobby menggunakan partisi denganbahan gypsumboard. Umumnya pada dinding dalam Lavidaloca ini menggunakan partisi, agar bentuk dapat di rubah tanpa harus membuang material yang sudah permanen seperti batu batu dan semen, terkecuali bentuk bangunan luar yang sudah permanen.
34
Pada bentuk kusen pintu pada restoran di buat seperti bentuk binatang laut cumi-cumi. Bentuk jendela pada Lavidaloca ini adalah berbentuk kaca jendela pesawat terbang yang dihiasi dengan paint glass bergambar ikanikan kecil di dalam laut. Yang ditempatkan di sekeliling ruang dance floor. Yang seolah-olah pesawat terbang yang jatuh ke dasar laut. Karaoke Penutup dinding pada karaoke di lapisi glasswoll yang dapat menyerap suara. 3.2.4.3 Plafon seluruh
langit-langit
(suspension
system).
dipasang
dengan
Sebagian
besar
kerangka menggunakan
gantung bahan
penutup dari gypsum board, dan multiplex. Pada beberapa ruang langit-langit dihias dengan memberikan balutan multiplex yang di buat seperti gelombang untuk memberi kesan sepert air mengalir, sehingga mendukung tema rancangan interior, yaitu laut.
3.3 Tata Kondisi 3.3.1 Pencahayaan Konsep pencahayaan pada club ini umumnya menggunakan pencahayaan alami untuk siang hari dan beberapa sistem pencahayaan buatan yang dikombinasikan untuk menciptakan suasana ruang-ruang, untuk tugas kerja seperti pada front office hanya memanfaatkan pencahayaan buatan, dengan ketentuan kuat cahaya yang dipancarkan memenuhi kebutuhan yang telah disyaratkan.
35
Berbagai jenis lampu dan armatur juga dikombinasikan untuk menghasilkan efek pencahayaan yang baik. 3.3.2 Penghawaan Penghawaan sebagian besar menggunakan udara alam yang segar, tetapi ada beberapa ruang yang menggunakan AC split dengan distribusi udara segar merata ke seluruh ruangan. Dengan menggunakan AC split, temperatur udara dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dan dapat dimatikan sewaktu-waktu dari dalam ruangan. Pada beberapa ruang penghawaan hanya memanfaatkan lubang ventilasi (jendela) sebagai jalan udara. Hal ini dimaksudkan untuk memasuki udara segar alami dari lingkungan sekitar. Kondisi udara yang paling nyaman adalah : o Temperatur 18 C– 20 C (65 F – 68 F) o Tingkat perubahan udara 25m3/jam o Relatif kelembaban udara 40%- 60%
3.3.3 Akustik perhatian secara khusus tentang penanganan dan pengolahan suara hanya diberikan pada beberapa ruang saja, yaitu ruang karaoke dan ruang dance floor.untuk ruang-ruang yang lain, masalah bunyi akan diatasi dengan penggunaan material seperti : kayu, gypsum board, dan lain-lain yang memang sudah umum digunakan.
36