BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilatari oleh perasaan terhina, keinginan tidak tercapai, persaingan hidup yang kian ketat membuat kita semakin tertekan dan akhirnya berujung munculnya tindakan emosional. Ada beberapa macam pengungkapan tindakan emosional, salah satunya adalah marah Kadang-kadang marah menimbulkan situasi yang kontradiktif. Pada satu sisi, jika marah itu dilampiaskan mencerminkan seseorang tak dapat mengontrol dirinya sendiri dan bisa menimbulkan penyakit. Sebaliknya jika marah itu ditahan (tidak dilampiaskan) ia justru bisa menjadi penyebab munculnya depresi atau tekanan batin akibat tidak tersalurnya dorongan batin. Sebuah penelitian yang dilakukan Institute For Mental Health Initiave AS mengungkapkan bahwa marah berarti sehat, bahkan lebih sehat daripada memendam perasaan marah. Pengekangan kuat terhadap keinginan untuk "meledak" mengakibatkan depresi serta mengurangi motivasi dan kreativitas. Sebaliknya, kalau kemarahan tidak dikelola secara benar, korbannya adalah hubungan kita dengan orang lain. Lebih lanjut Al-Ghazali menjelaskan bahwa marah merupakan suatu sistem ‘pertahanan’ yang dimiliki oleh manusia (Al-Ghazali : 1982). Selain sebagai bentuk pembebasan batin, marah juga merupakan satu bentuk komunikasi. Adakalanya orang lain baru mengerti maksud yang ingin kita sampaikan ketika kita marah. Tanpa marah, orang lain seringkali menganggap kita main-main atau tidak serius. Pada momentum tersebut, marah bisa menjadi katalisator agar maksud yang kita sampaikan itu direspons secara lebih serius oleh orang lain. Katarsis menurut Kamus Filsafat, berarti pembebasan, penggantian emosi seseorang khususnya emosi yang merusak. Dalam dunia kesenian hubungan seni dan katarsis itu terjadi pada saat seni merupakan aktivitas yang lebih banyak melibatkan rasa atau emosi. Seni merupakan ekspresi emosi yang paling bebas dari kehidupan bermasyarakat dan pribadi. Secara psikologis olah rasa atau seni
1
2
adalah katarsis yaitu suatu proses pembebasan emosi yang terkurung karena pengendalian. Esensi dari katarsis itu sendiri sebenarnya adalah mengekspresikan emosi, dorongan atau kebutuhan untuk mendapatkan sikap dan pandangan yang menyeluruh. Dari segumpal rasa marah yang terpendam dalam dunia yang abstrak tersebut ingin diekspresikan menjadi suatu sumber ide dalam menciptakan karya seni visual dua dimensi yang menggunakan media fotografi digital. Penggubah meyakinkan diri untuk mendudukkan marah sebagai tema dalam penciptaan karya. Mengapa penulis tertarik dengan marah sebagai tema sentral adalah karena di dalam marah penulis menemukan berbagai ekspresi baik itu mimik ataupun gesture (gerak tubuh) yang sangat menarik jika di visualisasikan. Titik tolak karya tugas akhir ini berawal dari ketertarikan penggubah pada objek visual kemudian dimaknai sebagai ide yang dapat diolah menjadi karya seni dengan capaian nilai estetis tertentu yang sangat subjektif mewakili penggubah. Dari paparan di atas kiranya penulis ingin mencari bagaimanakah memvisualisasikan ekspresi marah sebagai media katarsis dalam bentuk sebuah karya seni rupa dengan media seni yang penggubah anggap baru.
1.2 Batasan Masalah Agar dalam pembahasan tidak menjadi luas, maka penulis membatasi masalah pada marah sebagai salah media katarsis yang dialami oleh manusia sebagai sumber ide karya seni rupa. Khususnya seni visual dua dimensional dengan pilihan fotografi digital sebagai medianya.
1.3 Rumusan Masalah Adapun masalah pokok yang akan dikaji dalam pembahasan tugas akhir ini adalah : 1. Bagaimana melihat marah sebagai media katarsis menjadi karya seni rupa? 2. Bagaimana batasan visualisasi karya seni rupa dengan konsep marah sebagai sumber idenya?
3
3. Subjek apa yang dianggap mewakili tema marah dalam karya yang digarap Apakah media fotografi digital cocok untuk mewakili tema marah sebagai sumber ide? 4. Bagaimana cara mengemas karya lukis dengan media fotografi digital dengan tema marah sebagai sumber ide?
1.4 Tujuan Sesuai dengan rumusan yang disampaikan di atas, terdapat beberapa tujuan dari penulisan ini, yaitu: − Menggambarkan ekspresi marah dalam wujud karya seni rupa. − Mengekplorasi media fotografi menjadi karya seni dua dimensional, dengan tema ekspresi marah. − Menciptakan wacana karya seni rupa dengan sumber ide marah. 1.5 Manfaat Seluruh proses penciptaan karya seni rupa ini tidak dapat dipisahkan dari wacana keilmuan seni rupa secara umum, khususnya ilmu yang berhubungan dengan program studi seni lukis. Berdasarkan asumsi itu penciptaan karya yang penggubah lakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi keilmuan seni rupa dan disiplin ilmu lain yang terkait, bagi masyarakat dan pencipta karya sendiri. Adapun manfaat itu antara lain yaitu : Manfaat bagi institusi Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia sebagai tolok ukur penilaian karya seni rupa dengan fotografi digital sebagai medianya. Bagi Ilmu Pengetahuan : hasil-hasil penelitian ini diharapkan bisa menempatkan dasar teoritis yang dapat dijadikan referensi bagi penciptaan karya lebih lanjut tentang penerapan karya fotografi digital sebagai media penciptaan karya seni lukis. Manfaat bagi masyarakat umum yakni penggubahan ini dapat menjadi sumber inspirasi dalam proses pemaknaan atas diri dan lingkungan sosialnya,
4
serta pencerminan atas apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Manfaat bagi pribadi penggubah yakni, di harapkan dapat memperkaya sudut pandang penggubah dalam memaknai dan menghadapi berbagai persoalan sosial yang ada di dalam lingkungannya.
1.6 Metode Penggubah a.
Metode Pengumpulan Data 1) Dilakukan dengan cara eksplorasi terhadap ekspresi marah pada perilaku, kata-kata dan sikap melalui eksplorasi diri dalam hidup sehari-hari yang berkaitan dengan pengungkapan rasa marah. 2) Pengambilan gambar melalui sarana fotografi digital yang akan dijadikan sebagai media untuk menganalisis ekspresi marah.
b.
Metode Analisis 1) Dilakukan dengan memberi pemaknaan secara simbolik terhadap fenomena keragaman bentuk amarah. 2) Dilakukan eksperimen olah digital untuk menghasilkan karya seni rupa yang memiliki keunikan dan kreatifitas visual tersendiri.
1.7 Pemahaman Judul Tugas Akhir Marah adalah salah satu bentuk katarsis yang dialami oleh manusia. Menurut kacamata psikologi, marah adalah bagian dari emosi. Di antara sekian banyak emosi, seperti gembira dan sedih, marah dikategorikan sebagai emosi yang negatif. Penyebab marah berbeda-beda pada tiap orang, tapi umumnya terjadi karena frustasi, tersinggung, atau memang karena temperamen. Warna bisa menjadi media kita untuk menkomunikasikan sesuatu. Kemampuan warna menciptakan impresi/kesan, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Efeknya berpengaruh terhadap pikiran, emosi, tubuh, dan keseimbangan. Secara psikologis, warna dapat mempengaruhi kelakuan,seperti yang diuraikan oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur tentang warna, “Warna memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan
5
bermacam-macam benda”. .Merah, adalah warna yang saya anggap dapat merepresentasi
amarah, warna
merah
mampu
memacu
detak
jantung,
meningkatkan tekanan darah, menstimulasi energi, menstimulasi orang untuk cepat mengambil keputusan, amarah, sentuhan perlindungan dari ketakutan. Imam Ja’far ash-Shadiq pun berkata, “Sesungguhnya marah itu adalah bara api dari setan yang dinyalakan dalam hati keturunan Adam dan sesungguhnya salah seorang di antara kamu apabila marah maka merahlah matanya dan berdetak cepat jantungnya, lalu masuklah setan (menguasai) ke dalam (diri) nya.” Hadirnya media baru, membawa banyak pengaruh bagi dunia kesenian. Baik itu penggunaan media baru untuk sebuah karya atau pemaknaan media baru bagi seni.Oleh sebab itu,saya mengekspresikan seni melalui digital fotografi Semangat persenyawaan antar medium dengan passion fotografi sangat kental pada karya tugas akhir ini.