BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pengalaman merupakan hal yang penting bagi generasi muda, bukan hanya
sekedar diingat tetapi juga sebagai cara bagi anak-anak untuk berkenalan dengan nilai-nilai umum, sikap dan cita-cita yang termasuk dalam karakter nasional. Pengenalan dan penerapan nilai-nilai umum merupakan suatu kebutuhan penting bagi kehidupan sosial dalam suatu masyarakat. Proses tersebut tentu saja dimulai dari rumah, kemudian dilanjutkan dan diperpanjang di sekolah, terutama melalui mata pelajaran IPS. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD 2006 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global. Selanjutnya Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 menjelaskan pula bahwa di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk pengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut Nursid Sumaatmadja (2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”.
1
2
Siswa merupakan subjek dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik menerapkan keaktifan siswa dalam belajar. Namun, terkadang proses tersebut tidak dapat terlaksana dalam proses kegiatan belajar mengajar disebabkan beberapa faktor baik yang berasal dari guru maupun yang berasal dari siswa. Hal tersebut selaras dengan hasil evaluasi kurikulum IPS SD tahun 1994 dalam Depdikbud (1999) menggambarkan adanya kesenjangan kesiapan siswa dengan bobot materi sehingga materi yang disajikan terlalu dianggap sulit bagi siswa, kesenjangan antara tuntutan materi dengan fasilitas pembelajaran dan buku sumber, kesulitan menejemen waktu serta keterbatasan kemampuan melakukan pembaharuan metode mengajar. Dalam implementasi materi Muchtar, SA (1991) menemukan IPS lebih menekankan aspek pengetahuan, berpusat pada guru, mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai serta hanya membentuk budaya menghafal. Dalam pelaksanaan Soemantri, N (1998) menilai pembelajaran IPS sangat menjemukan karena penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris sehingga siswa kurang antusias dan mengakibatkan pelajaran kurang menarik. Fenomena pelaksanaan pembelajaran tersebut, merupakan gambaran yang terjadi di SD Negeri Kluwan 01 Kabupaten Grobogan. Berdasarkan refleksi awal dengan guru kelas 4 menunjukkan kegiatan siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, hal tersebut terlihat siswa hanya diam saja, kurang berani mengemukakan pendapat saat pembelajaran, mudah bosan dan mengantuk. Situasi tersebut dikarenakan guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan guru (teacher centered) yaitu masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga kurang melibatkan siswa terutama dalam kegiatan proses berfikir, baik berfikir secara individu maupun secara berkelompok, kurang melibatkan siswa untuk mengajukan pertanyaan maupun pendapat dalam menanggapi materi pembelajaran sehingga siswa kurang dapat mengembangkan kreativitas dan pengetahuannya dan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal itu didukung dari data hasil observasi dan evaluasi siswa kelas 4 SD Negeri Kluwan 01 pada mata pelajaran IPS dengan KKM Kriteria Ketuntasan
3
Minimal (KKM) ≥65. Dari 30 siswa terdapat 10 siswa (33,33%) yang dapat mencapai KKM. Sementara itu 20 siswa (66,67%) yang mendapat nilai di bawah KKM dengan skor maksimal 78 dan skor minimal 26. Hal ini masih jauh dari harapan karena KKM ≥65, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar siswa mata pelajaran IPS masih rendah. Berikut ini hasil pengolahan data nilai evaluasi pra siklus disajikan pada tabel 1 di bawah ini: Tabel 1 Hasil Evaluasi IPS Pra Siklus No
Nilai
1 2 3 4 5 6
71-79 62-70 53-61 44-52 35-43 26-34 Jumlah Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah
Pra Siklus Jumlah Persentase Siswa (%) 5 16,67% 9 30% 12 40% 1 3,33% 1 3,33% 2 6,67% 30 100% 60,56 78 26
Pada tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa hasil evaluasi siswa pada pra siklus menunjukkan hasil belajar siswa sebagian besar masih di bawah Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) ≥65 dengan nilai tertinggi 78 dan nilai terendah 26. Rata-rata yang diperoleh 60,56. Sedangkan destribusi ketuntasannya dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini: Tabel 2 Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Pra Siklus No Nilai Pra Siklus (Kondisi Awal) Keterangan Jumlah Siswa Prosentase 1. <65 20 66,67% Tidak Tuntas 2. ≥65 10 33,33% Tuntas Jumlah 30 100% Rata-rata 60,56 Nilai Tertinggi 78 Nilai Terendah 26
4
Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar mata pelajaran IPS dengan KKM ≥65 tercatat 10 siswa atau 33,33% dinyatakan tuntas dan 20 siswa atau 66,67% tidak tuntas. Selanjutnya masalah tersebut adalah ketika guru menjelaskan materi dari 30 siswa yang mendengarkan penjelasan guru hanya 2 siswa yang berani bertanya tentang materi yang disampaikan. Sedangkan siswa yang lain cenderung bosan, mengantuk dan tidak mendengarkan penjelasan guru. Kondisi pembelajaran yang berpusat pada guru seperti ini membuat siswa pasif terhadap pembelajaran sehingga siswa kesulitan mengembangkan kreativitas dan pengetahuannya. Data hasil kreativitas yang didapat pada pra siklus yaitu 16% atau 18 siswa termasuk kategori tidak kreatif, 40% atau 12 siswa termasuk kategori kurang kraetaif dan 0% atau belum ada siswa yang dikategorikan kreatif. Dengan melihat data hasil belajar dan krreativitas tersebut perlu adanya suatu perubahan strategi pembelajaran diantaranya pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada siswa (student centered). Guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, agar dalam proses pembelajaran siswa dapat terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa dapat
mengembangkan kreativitasnya dalam belajar sehingga siswa mampu
mengembangkan pengetahuannya dan meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas 4 SD Negeri Kluwan 01 untuk memecahkan masalah tersebut, tim peneliti menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS, mendorong keaktifan berpikir siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kreativitas guru serta menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, maka peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran inovatif yaitu model group investigation. Penggunaan model group investigation menekankan pada kegiatan belajar yang berfokus pada siswa, siswa menginvestigasi materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan kehidupan yang ada disekitarnya sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik. Adapun kelebihan model group investigation dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri kesimpulannya. Pembelajaran
5
yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat. siswa dilatih untuk menyajikan suatu presentasi yang menarik yang dapat mengembangkan keterampilannya. Dengan demikian mereka akan lebih terlatih untuk mengembangkan keterampilannya, sehingga pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama. Melihat kelebihan model group investigation mendorong peneliti berupaya melakukan perbaikan terhadap strategi pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas belajar dan hasil belajar siswa SD Negeri Kluwan 01. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul : “Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar IPS melalui Model Group Investigation Siswa Kelas 4 SD Negeri Kluwan 01 Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan observasi dan wawancara dari beberapa pihak, peneliti
mendapatkan beberapa temuan yang menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Kluwan 01 Kabupaten Grobogan memiliki beberapa permasalahan antara lain : 1.
Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan guru (teacher centered) yaitu masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran.
2.
Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, hanya diam saja, kurang berani mengemukakan pendapat maupun pertanyaan saat pembelajaran, mudah bosan dan mengantuk sehingga siswa kurang dapat mengembangkan kreativitasnya dan berdampak pada hasil belajar siswa rendah.
3.
Dari 30 siswa terdapat 10 siswa (33,33%) yang dapat mencapai KKM. Sementara itu 20 siswa (66,67%) yang mendapat nilai di bawah KKM dengan skor maksimal 78 dan skor minimal 26.
6
1.3
Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah apakah melalui model group investigation dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Kluwan 01 Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.
1.4
Cara Pemecahan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas cara
pemecahan masalah yang akan dipecahkan adalah sebagai berikut : melalui model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Kluwan 01 kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
1.5
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPS melalui model group investigation siswa kelas 4 SD Negeri Kluwan 01 semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. 1.5.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Manfaat
teoretis
penelitian
adalah
memberikan
sumbangan
bagi
pengembangan, peningkatan dan perbaikan pembelajaran IPS. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi sekolah dan guru agar mampu menangani masalah-masalah dalam pembelajaran IPS yang bersifat hafalan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1)
Sebagai
bahan
masukan
guru
untuk
menerapkan
model
pembelajaran selain yang dilakukan guru (konvensional) 2)
Memberikan dorongan kepada guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
merencanakan,
pembelajaran
menerapkan,
dan
memilih
model
7
b. Bagi Siswa 1)
Adanya semangat belajar siswa sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar terutama pada mata pelajaran IPS
2)
Dapat membantu siswa untuk mengembangkan kreativitas dan meningkatkan hasil belajarnya
c. Bagi Sekolah 1)
Memperbaiki proses belajar mengajar yang ada di sekolah dan membantu sekolah untuk mengembangkan kreativitas dalam menghadapi inovasi pendidikan.
2)
Memberikan informasi kepada sekolah dengan menggunakan model Group Investigation ternyata dapat menciptakan siswa untuk kreatif dalam belajar dan bekerja sama dalam pembelajaran melaui kelompok-kelompok kecil.