BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Palembang sebagai kota metropolitan berskala internasional, merupakan kota yang memiliki banyak potensi aset wisata budaya. Kota yang sudah berusia 13 abad lebih ini banyak meninggalkan jejak-jejak sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Sejumlah objek pariwisata yang mampu memanjakan setiap wisatawan lokal maupun manca negara yang berkunjung ke kota Palembang. Keindahan kota Palembang sebagai kota tertua di Indonesia menyimpan berbagai bukti sejarah yang hingga sekarang masih tersusun rapi di dalam hati masyarakat kota Palembang. Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang adalah kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota Palembang memiliki luas wilayah 358, 55 km² yang dihuni 1,7 juta orang dengan kepadatan penduduk 4.800 per km².
Secara geografis, Palembang terletak pada 2°59′27.99″LS
104°45′24.24″BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 358,55 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak Palembang cukup strategis karena dilalui oleh jalan Lintas Sumatera yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatera. Jauh sebelum Republik Indonesia berdiri, masyarakat sudah menetap di tepian sungai Musi yang mengalir di Kota Palembang. Puluhan kampung terbentuk bersama tradisi dan budaya nya. Kota Palembang sendiri dipisahkan oleh sebuah sungai yang membagi kota Palembang menjadi dua wilayah yaitu Palembang Ilir dan Palembang Ulu. Salah satu nya adalah Kawasan Seberang Ulu yang letaknya berada di pusat pemerintahan Kota Palembang. Dulu, kawasan ini merupakan perkampungan yang nyaman dengan masyarakat yang makmur, sekarang kondisi perkembangannya sangat kontradiktif dengan apa yang berkembang di wilayah daratan di Palembang dan menjadi kawasan yang memprihatinkan. Sulit mengakses air bersih dan sanitasi yang buruk meski mereka bersentuhan langsung dengan Sungai Musi. Sanitasi yang ada di kampungnya sangat buruk, tidak ada parit, tidak ada bak sampah, sehingga limbah sampah dan cairan membaur di sekitar
1
pemukiman Indikasinya, menurut Hermawan, tokoh masyarakat Kawasan Seberang Ulu, Palembang, Sumatera Selatan. Selama ini, penanganan sampah di Kawasan Seberang Ulu sifatnya hanya temporer. Pemerintah Palembang pernah menyediakan bak sampah di jalan raya depan pemukiman warga. Sayangnya, hal ini tak berkelanjutan karena pihak petugas lebih memprioritaskan pengelolaan sampah di wilayah perumahan masyarakat menengah ke atas. Masyarakat Kawasan Seberang Ulu merasa terpinggirkan meskipun keberadaan kawasan mereka yang tak jauh dari objek wisata Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak dan plasanya, serta Kampung Kapitan, menurut Hermawan, tokoh masyarakat Kawasan Seberang Ulu. Hal ini menjadikan sebuah pemandangan yang kontras mengingat kampung Seberang Ulu berada di dekat Ikon Kota Palembang namun diabaikan oleh pihak pemerintahan dan menjadi suatu tempat yang tertutup aksesnya oleh pembangunan cafe yang tepat berada didepan Kawasan Seberang Ulu. Kawasan Seberang Ulu pun akhirnya seperti tertinggal jauh dan menjadi kawasan yang tidak diperhatikan lagi keberadaannya. Masyarakat pun seolah acuh dengan keadaannya dan merasa tidak peduli lagi dengan apa yang menimpa mereka dan hal ini pun didukung dengan kurangnya sarana media yang mampu menyampaikan pengaruh emosional masyarakat Kawasan Seberang Ulu. Salah satu dari media perancangan yang mampu untuk menyampaikan pengaruh emosional dan menyampaikan pesan secara efektif adalah Film. Film merupakan media perancangan yang memiliki unsur pembentuk yaitu naratif dan sinematik (Pratista, Himawan, 2008:1). Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Menurut buku yang berjudul ”5 Hari Mahir Membuat Film” dijelaskan bahwa film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita atau juga bisa disebut Movie atau Video (Javandalasta, 2011: 1). Ada banyak sekali keistimewaan media film, beberapa diantaranya adalah film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, film dapat mengilustrasikan kontras visual secara langsung, film dapat berkomunikasi dengan para penontonnya tanpa batas menjangkau, film dapat memotivasi penonton untuk membuat perubahan. Film juga dapat ditampilkan sebagai kritik sosial untuk menyampaikan kritik yang baik dalam kehidupan sosial 2
masyarakat. Kritik sosial salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap sebuah sistem sosial dan proses bermasyarakat. Berbagai tindakan sosial ataupun individual yang menyimpang dalam kehidupan maupun nilai sosial dalam masyarakat dapat dicegah dengan memberikan pengertian mengenai kritik sosial. Secara umum film dibagi menjadi tiga jenis yaitu dokumenter, fiksi dan eksperimental. Film dokumenter adalah film yang mengambil kenyataaan yang objektif sebagai bahan dasar utamanya, namun kenyataan itu tadi ditampilkan melalui interprestasi pembuatnya, karena itu seringkali kenyataan yang tadinya biasa saja menjadi suatu hal yang baru dan menarik bagi penonton, bahkan dapat membuka sudut pandang baru dan lebih memperlihatkan kenyataan yang bisa dipelajari secara mendetail. Dari sini dapat kita paham, film dokumenter ada dan diakui keberadaannya, karena film ini mempunyai tujuan dalaam setiap kemunculannya. Tujuan-tujuan tersebut adalah penyebaran informasi, pendidikan dan tidak menutup kemungkinan untuk propaganda bagi orang atau kelompok tertentu (Heru Effendy,2002:12). Film merupakan media yang kuat untuk bercerita, Film yang baik dan menarik terbentuk karena adanya cerita dan skenario yang baik dan menarik. Sebuah film yang baik terwujud dari adanya sebuah skenario yang baik. Untuk dapat mengerti dasar-dasar skenario – premis, karakter, struktur, dan segala sesuatu yang mendukung dramatisasi cerita – diperlukan pemahaman seorang Scriptwriter tentang cara penyampaian sebuah cerita, apa kaitannya dengan kehidupan nyata, dan bagaimana cerita tersebut dapat atau gagal mempengaruhi penonton (Clara Natalie: 2014). Scriptwriter bertugas sebagai penulis yang menginterpretasikan sebuah cerita menjadi sebuah bentuk skenario. Sebuah naskah yang ditulis scripwriter terbagi menjadi : Kerangka Naskah, Semi Naskah dan Naskah Penuh. Skenario merupakan acuan dalam proses produksi sehingga Scriptwriter harus memahami ide yang ingin disampaikan dan diceritakan. Dalam proses pembuatan film adanya struktur umum yang dapat membangun isi cerita. Struktur dialektik adalah salah satu struktur umum yang digunakan dalam pembuatan film dokumenter. Struktur dialektik adalah struktur dengan kontruksi kekuatan dramatik karena menyuguhkan suatu tanda tanya yang langsung diberi jawabannya. Apabila 3
ada aksi, maka langsung diikuti reaksi. Didalam struktur dialektik terdapat variasi menarik pada cara bertutur yang kontras. Dalam peristiwa ini penulis dapat menempatkan kontradiksi secara bersamaan, skenario dapat ditulis oleh sutradara, ataupun dibantu oleh Scriptwriter. Berdasarkan fenomena tentang permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk menerapkan penuturan struktur dialektik dalam sebuah film dokumenter dengan tema Kawasan Seberang Ulu di Palembang.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah pada fenomena Kawasan Seberang Ulu Palembang yaitu : 1. Palembang merupakan kota tua yang banyak meninggalkan jejak sejarah dan menjadi kota metropolitan berskala Internasional yang banyak potensi asset wisata budaya. 2.
Salah satu Kawasan Seberang Ulu mengalami kondisi kontradiksi yang mana dulunya kawasan yang nyaman dan makmur menjadi kawasan yang memprihatinkan.
3. Kawasan
Seberang
Ulu
mengalami
kondisi
memprihatinkan
dikarenakan masalah sanitasi air yang buruk, dan penanganan sampah yang bersifat temporer dikarenakan pihak petugas hanya memilih kawasan menengah ke atas. 4. Masyarakat Kawasan Seberang Ulu merasa terpinggirkan meskipun kawasan mereka terletak diantara objek wisata Benteng Kuto Besak dan hal ini menjadikan pemandangan yang kontras. 5. Masyarakat merasa tidak peduli dengan kondisi mereka karena minimnya media yang mampu menyampaikan pengaruh emosional. 6. Salah satu media penyampaian pengaruh emosional yang menarik adalah film.
4
7. Film juga dapat disampaikan sebagai kritik sosial dalam mengontrol proses bermasyarakat. 8. Kritik sosial salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap sebuah sistem sosial dan proses bermasyarakat. 9. Film dokumenter adalah film yang menyajikan fakta bukan menciptakan peristiwa tetapi merekam peristiwa. 10. Film dokumenter kontradiksi dengan kritik sosial dapat dijadikan salah satu pilihan dalam menyampaikan pesan cerita. 11. Sebuah film yang baik terwujud dari adanya skenario yang baik didukung dengan penyusunan struktur film dan segala hal yang dapat menggambarkan keseluruhan isi cerita dalam film tersebut.
1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penyusunan struktur dialektik film dokumenter kontradiksi sebagai kritik sosial yang mengangkat tentang Kawasan Seberang Ulu ? 2. Bagaimana perancangan naskah film dokumenter kontradiksi yang tepat untuk menyampaikan pengaruh emosional masyarakat Kawasan Seberang Ulu ?
5
1.4 Ruang Lingkup Dari latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah yang telah ada agar pembahasan lebih terarah, maka penulis memberikan ruang lingkup masalah pada penelitian ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah. 1. What (Apa) Memilih film dokumenter kontradiksi sebagai kritik sosial dengan menggunakan struktur dialektik mengenai kontradiksi Kawasan Seberang Ulu dulunya nyaman dan makmur menjadi wilayah yang memprihatinkan. 2. Who (Siapa) Film dokumenter kontradiksi sebagai kritik sosial untuk Kawasan Seberang Ulu dengan menggunakan struktur dialektik ini ditujukan untuk masyarakat Kawasan Seberang Ulu dari usia 18-40 tahun. 3. Where (Dimana) Tempat penelitian untuk pembuatan film dokumenter ini dilakukan didaerah Kawasan Seberang Ulu Palembang. 4. When (Kapan) Penelitian serta observasi dilakukan untuk menetapkan daerah Kawasan Seberang Ulu sebagai tempat pembuatan film dokumenter mulai dari bulan Februari sampai bulan Mei hingga penyelesaian pembuatan film dokumenter itu sendiri selesai. 5. Why (Mengapa) Memilih film dokumenter kontradiksi sebagai kritik sosial masyarakat Kawasan Seberang Ulu dengan menggunakan struktur dialektik karena menarik untuk dibahas dan dilihat dari fenomena yang mendukung tentang kehidupan masyarakat Kawasan Seberang Ulu yang mengalami kontradiksi dibanding Kawasan Seberang Ilir.
6
6. How (Bagaimana) Dalam pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara dan terlibat langsung dengan masyarakat Kawasan Seberang Ulu, sehingga dapat dijadikan sebuah konsep dan data yang kuat untuk menunjang perancangan film dokumenter kontradiksi sebagai kritik sosial dengan menggunakan struktur dialektik untuk masyarakat Kawasan Seberang Ulu. 1.5 Tujuan Setelah meninjau dari keseluruhan rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut.
1. Untuk memahami penyusunan struktur dialektik dokumenter kontradiksi sebagai kritik sosial yang mengangkat tentang Kawasan Seberang Ulu. 2. Untuk memahami penyusunan naskah film dokumenter kontradiksi yang mampu menyampaikan pengaruh emosional masyarakat Kawasan Seberang Ulu
1.6 Manfaat 1.6.1 Bagi Daerah 1. Membuat Kawasan Seberang Ulu lebih dikenal masyarakat Indonesia. 2. Dapat membuat masyarakat Kawasan Seberang Ulu sadar atas kondisi mereka sendiri. 3. Menggali potensi-potensi baru dari Kawasan Seberang Ulu Palembang.
7
1.6.2 Bagi Penulis
1. Meningkatkan kemampuan penulis dalam hal penulisan struktur cerita dialektik dalam sebuah film dan bagaimana kondisi Kawasan Seberang Ulu dapat tersampaikan melalui struktur film tersebut. 2. Menambah wawasan bagaimana merancang sebuah naskah film dokumenter yang mampu menyampaikan pengaruh emosional masyarakat Kawasan Seberang Ulu.
1.7 Metode Perancangan Untuk membuat sebuah perancangan dan scriptwriter yang tepat maka dibutuhkan sebuah penelitian terlebih dahulu dengan cara pengumpulan data dan analisis data. Maka dari itu metode dalam penyusunan konsep perancangan ini menggunakan metode kualititatif dengan analisis etnografi.
1.7.1 Metode Pengumpulan Data Teknik atau suatu cara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya untuk dapat ditarik kesimpulan dari fenomena yang sebenarnya terjadi. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Moh Nazir: 1988: 211). Dari paparan diatas secara tidak langsung peneliti harus mempunyai persiapan yang matang, adapun metode pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk memperoleh data atau mengumpulkan data dalam penelitian adalah sebagai berikut. a. Studi Literatur Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988: 111). Berdasarkan pengertian tersebut maka penulis :
8
Mempelajari data-data yang dikumpulkan berdasarkan buku-buku mengenai
film
dokumenter, cara pembuatan skenario dan
metodologi.
Mempelajari
film-film
dokumenter
sejenis
seperti
National
Geographic dan The Slum.
b. Observasi Observasi merupakan salah satu teknik yang paling banyak dilakukan dalam penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif, baik sosial maupun humaniora. Menurut Adler dan Adler (2009: 523) semua penelitian dunia sosial pada dasarnya menggunakan teknik observasi. Faktor terpenting dalam teknik observasi adalah observer (pengamat) dan orang yang diamati yang kemudian juga berfungsi sebagai pemberi informasi yaitu informan. Dari fenomena tentang Kawasan Seberang Ulu, observasi dilakukan dengan meninjau Kawasan Seberang Ulu untuk melihat situasi sebenarnya.
c. Wawancara Wawancara menurut I Nyoman Kutha Ratna (2010:222) adalah cara-cara memperoleh data dengan berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok. Menurut Morse (2009:289) bagian paling sulit dalam pengumpulan data adalah pada saat pertama kali turun ke lapangan memasuki lokasi sekaligus menemui para narasumber tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut maka penulis membutuhkan sebuah data percakapan dengan tujuan membahas fenomena Kawasan Seberang Ulu. Maka wawancara tersebut dilakukan kepada tokoh masyarakat Kawasan Seberang Ulu dan masyarakat Kawasan Seberang Ulu.
9
1.7.2 Analisis Data a. Etnografi Dalam perancangan ini juga perancang menggunakan pendekatan etnografi, dimana pendekatan tersebut mendeskripsikan suatu kebudayaan dengan tujuan memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli (Spradley, 1997). Dalam pendekatan etnografi ini penulis menggunakan alur penelitian maju bertahap yang mana menunjuk suatu aktifitas “Menetapkan Informan”; “Mewawancarai Informan”, “Membuat Catatan Etnografis”, dan seterusnya. Tahap-tahap ini dapat menghasilkan suatu deskripsi etnografi yang orisinal. b. Analisis Domain Domain merupakan unit analisis pertama dan terpenting dalam penelitian etnografis yang mengarahkan pada penemuan jenis-jenis domain lain. Dalam upaya untuk memulai langkah-langkah “Alur Penelitian Maju Bertahap” berikutnya, maka kita perlu melakukan semua analisis domain yang sistematik dengan mengumpulkan data yang sampai saat ini telah terkumpul. Analisis ini harus diulang begitu ada data baru yang terkumpul lewat wawancara (Spradley, 1997). Dengan menggunakan analisis tersebut diharapkan dapat memperkuat data tentang Kawasan Seberang Ulu Palembang. c. Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis). Analisis Taksonomi adalah analisis yang tidak hanya penjelajahan secara umum, melainkan analisis yang memusatkan perhatian pada domain tertentu yang sangat berguna untuk menggambarkan fenomena atau masalah yang menjadi sasaran studi. d. Analisis Komponensial Dalam analisis taksonomi, yang di urai adalah domain yang telah ditetapkan menjadi fokus. Melalui taksonomi, setiap domain di cari elemen yang serupa atau serumpun. Ini diperoleh melalui observasi dan wawancara serta dokumentasi terfokus.
10
e. Analisis Tema Kultural Analisis tema kultural sesungguhnya merupakan upaya mencari “benang merah” mengintegrasikan lintas domain yang ada.
1.7.3 Perancangan Setelah mendapat analisis yang akan dijadikan ide besar, maka aka nada pengembangan konsep film dengan metode kreatif. Metode ini meliputi beragam cara, yakni : inventarisasi, asosiatif, provokatif, konfrontasi, intuitif dan analisis sistematis ( Annemiek Van Boeijien Dkk, 2014). Dalam perancangan ini, ide cerita berasal fenomena Kawasan Seberang Ulu Palembang. Untuk teknik perancangan bermula dari konsep yang dihasilkan dari penelitian. Perancang berperan sebagai Scriptwriter yang lebih memfokuskan dalam perancangan naskah dalam film dokumenter yang telah dijelaskan pada rumusan masalah sebelumnya. Adapun tugas Scriptwriter pada tahap pra produksi, produksi dan pasca produksi yaitu : a. Tahap pra produksi :
Riset dan survey mengenai ide cerita yang akan di tulis.
Melakukan penyampaian gagasan naskah dengan produser dan sutradara.
Melakukan revisi naskah sesuai dengan hasil gagasan baik dari produser, sutradara dan kru film.
b. Tahap Produksi
Bekerja sama dengan sutradara dalam pengimplementasian dari naskah.
Mendistribusikan naskah yang dibutuhkan pemain dan kru.
c. Tahap Pasca Produksi
Evaluasi tahap akhir seperti mencocokan isi naskah pada saat proses editing
Menyiapkan naskah narasi jika untuk narrator jika memang diperlukan.
11
1.8 Kerangka Perancangan
Skema 1.1 Kerangka Perancangan Sumber : Data Pribadi
12
1.9 Pembabakan Pembabakan berikut ini berisi gambaran singkat mengenai pembahasan di setiap bab penulisan laporan.
BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan gambaran secara umum mengenai latar belakang permasalah dalam fenomena yang dikaji oleh penulis, serta mengidentifikasi masalah yang terjadi dan merumuskan masalah tersebut kedalam beberapa poin rumusan yang dibatasi melalui ruang lingkup masalah. Serta menentukan tujuan perancangan yang dilakukan melalui metode – metode pengumpulan data dan kerangka perancangan.
BAB II DASAR PEMIKIRAN Menjelaskan dasar pemikiran dari teori-teori yang relevan untuk digunakan sebagai pijakan untuk proses perancangan.
BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH Menjelaskan berbagai hasil data yang telah didapatkan dan menjelaskan analisis masalah untuk menentukan proses perancangan.
BAB IV KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN Menjelaskan konsep desain dan hasil perancangan yang dibuat berdasarkan data yang telah didapatkan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dan saran dari penulis.
13