BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan (Permendiknas, 2006:486. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta tujuan pengembangan
lebih lanjut dalam
menerapkanya didalam kehidupan sehari- hari . Proses pembelajaranya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
melalui penemuan dan
pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Witherington dalam Marno (2008:37), Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa proses mengajar oleh guru menghadirkan proses belajar pada pihak siswa yang berwujud perubahan tingkah laku, meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Sehingga tampak bahwa titik berat peran guru bukan saja sebagai pengajar melainkan sebagai pembimbing belajar, pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Untuk mencapai tujuan pengajaran guru harus mempunyai cara atau strategi dalam memilih metode pengajaran yang tepat. Hal ini sangat penting karena dengan penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran akan memaksimalkan dalam proses dan hasil belajar.
1
2
Berdasarkan pengamatan rata- rata nilai IPA kelas V SDN Banyumudal 2 Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo tahun ajaran 2011/2012 semester 1 pada ulangan harian IPA masih rendah dibawah KKM yang ditentukan yaitu 64, hal ini menunjukkan kurangnya penerimaan materi ajar yang disampaikan oleh guru kurang baik, daya serap siswa masih dibawah rata-rata. dikarenakan dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah, sehingga hanya guru yang aktif. Siswa bersifat pasif karena hanya mendengarkan guru ceramah dan mencatat dibuku. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa hasil nilai dari ulangan harian dari 32 siswa ada 10 siswa yang nilainya memenuhi standar KKM, 22 siswa yang lain mendapat nilai dibawah KKM yaitu ± 59. Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu : penggunaan metode ceramah yang sering diterapkan dalam proses pembelajaran, siswa bersifat pasif dan pasrah, kurang termotivasinya siswa untuk belajar, suasana pembelajaran yang monoton. Sejalan dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), salah satu upaya yang dilaksanakan di sekolah ini adalah penggunaan media pembelajaran dan strategi pembelajaran. Hal ini harus dilakukan agar kebutuhan peserta didik dapat terlayani dengan baik sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas peneliti ingin memeperbaiki proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas dengan menerapkan metode NHT (Numbered Heads Together). Dengan metode NHT (Numbered Heads Together) ini, diharapkan siswa sepenuhnya dapat terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dan hasil nilai lebih meningkat. 1.2 Identifikasi Masalah Permasalahan yang peneliti temukan penyebab rendahnya nilai hasil belajar siswa IPA kelas V SDN Banyumudal 2 kabupaten Wonosobo, dikarenakan :
3
a. Metode pembelajaran IPA yang diterapkan guru kurang menekankan keaktifan siswa. kurang memberi kebiasaan pada pengalaman dan latihan pada siswa untuk lebih aktif. b. Metode pembelajaran IPA yang diterapkan guru masih cenderung mengarahkan siswa untuk menghafal informasi saja dan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa melibatkan langsung siswa sehingga metode pembelajaran IPA lebih cenderung ke arah ceramah akibatnya metode pembelajaran terkesan tidak menarik bagi siswa. c. Penyampaian materi pelajaran yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran IPA masih kurang dipahami oleh siswa sehingga materi masih kurang dipahami oleh siswa sehingga hasil belajar siswa rendah. d. Tingkat pemahaman siswa dalam menerima materi masih rendah. e. Kemampuan belajar siswa berbeda- beda akibatnya daya serap siswa terhadap materi yang disampakan juga berbeda- beda. f. Siswa kurang terampil dalam mengungkapkan gagasan dalam kegiatan tanya menyatakan
jawab sehngga siswa kurang
berani dalam
pendapatnya jika dalam kegiatan tanya jawab dan
diskusi. g. Nilai hasil ulangan
harian siswa kelas V yang mendapat
nilai
dibawah KKM 22 siswa dari 32 siswa. Dan nilai KKM di SDN Banyumudal 64 .
Yang perlu dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi dalam pembelajaran IPA agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan, yaitu:. a.
Dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat membantu dalam memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan serta tidak membosankan bagi siswa.
4
b.
Dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga tidak terkesan monoton dan membosankan bagi siswa.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah dengan penggunaan metode NHT (Numbered Heards Together) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa Kelas V SD Negeri Banyumudal 2 Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012? ”.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
dengan
penggunaan metode NHT ( Numbered Heards Together) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
IPA siswa Kelas V SD Negeri Banyumudal 2
Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, adapun manfaat yang diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis serta manfaat praktis pada masyarakat luas, khususnya dibidang pendidikan:
A. Manfaat teoritis Penelitian diharapkan
memberi sumbangan
bagi
pengembangan,
peningkatan dan perbaikan praktik pembelajaran IPA. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberi manfaat bagi sekolah dan guru agar mampu menangani masalah-masalah dalam pembelajaran IPA.
5
B. Manfaat praktis 1) Bagi kepala sekolah a. Memberikan masukan kepada sekolah di daerah agar lebih tanggap jika ditemui masalah yang berkaitan proses pembelajaran berlangsung. b. Memberi masukan kepada sekolah agar menyediakan alat- alat peraga/ kit IPA. 2) Bagi Guru a. Meningatkan kreativitas guru untuk menciptakan metode pembelajaran yang menarik dalam proses pembelajaran. b. Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru sekolah dasar untuk memperoleh metode pembelajaran yang tepat dalam mata pelajaran IPA. 3) Bagi Siswa a. Pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa mempunyai gambaran tentang konsep mata pelajaran IPA. b. Siswa dapat mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. c. Siswa lebih aktif dan tidak takut lagi untuk menggungkapkan apresiasi yang ada.