BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu berdasarkan pengertian tersebut ada dua dimensi kurikulum, yang petama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut. Kurikulum
2013
diadakan
untuk
dapat
memiliki
kompetensi
dan
keterampilan untuk melakukan pembangunan dan dapat memenuhi delapan standar nasional pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Pembelajaran adalah salah satu aspek dari kegiatan manusia secara kompleks yang tidak sepenuhnya bisa dijelaskan atau dijabarkan. Lebih lanjut, pembelajaran merupakan produk dari interaksi yang berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman. Secara umum, pembelajaran ialah usaha yang dilakukan secara sadar yang dilakukan seorang pendidik untuk membelajarkan siswa dengan memberikan arahan sesuai dengan sumber-sumber belajar lainnya untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan (Trianto 2010: 17). Standar penilaian pendidikan nomor 66 tahun 2013, menjelaskan bahwa dalam prisip penilaian harus objektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel dan edukatif. Sedangkan untuk melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri dan penilaian antar peserta didik adalah
1
daftar cek atau skala penilaian yang disebut rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Delapan standar nasional pendidikan adalah standar penilaian yang bertujuan menjamin perencanaaan penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, dan pelaksanaan penilaian peserta didik secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, sesuai dengan konteks sosial budaya serta pelaporan hasil penilaian secara objektif, akuntabel dan informatif. Penilaian peserta didik mencakup penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional dan ujian sekolah. Dan dalam penilaian peserta didik pada jenjang pendidikan mempunyai beberapa prinsip yaitu harus objektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel dan edukatif. Penilaian hasil belajar peserta didik dalam kurikulum 2013 mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam penilaian sikap, pendidik melakukan penilaian melalui observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Peniaian pengetahuan pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan dan penugasan. Penilaian keterampilan, pendidik menilai kompetensi melalui penilaian kinerja. Pendidik menuntut peserta didik agar dapat mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes, praktik, projek dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian yang dilegkapi dengan rubrik. Penilaian sikap dalam kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai wujud eksistensi kesadaran
2
dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan. Kenyataan yang terjadi pada SD di Salatiga masih memiliki kesulitan dalam melakukan penilaian sikap, terutama sikap sosial, diantaranya: 1. Hasil nilai afektif sikap sosial siswa 95% mendapatkan nilai B, dikarenakan penilaian guru terhadap siswa tidak menggunakan instrumen penilaian sikap yang sesuai. Penilaian hanya berdasarkan siswa yang rajin mengumpulkan tugas dan pandai saja yang mendapatkan penilaian sikap yang baik dan bagus. 2. Masih jarang ditemukan penelitian instrumen aspek afektif tentang tema 8 subtema 2 kelas 4 semester 2. 3. Kurangnya pemahaman dan kompetensi guru dalam membuat instrumen ranah sikap sosial. 4. Belum seragamnya cara pemaparan buku teks dan kualitas buku teks pembelajaran. Guru selalu memakai buku teks sebagai acuan dalam pembelajaran, namun buku yang dipakai biasanya tidak mendukung dalam penilaian sikap sosial, sehingga tetap dibutuhkan instrumen penilaian sikap sosial. 5. Perbedaan
lingkungan
pembelajaran.
Perbedaan
lingkungan
pembelajaran menjadikan beragamnya pula sikap siswa. Sehingga guru mengalami kesulitan dalam mengukur sikap sosial siswa jika dilakukan tanpa menggunakan instrumen penilaian sikap sosial. Permasalahan yang telah dijabarkan di atas memiliki dampak baik guru maupun terhadap siswa. Dampak yang terjadi terhadap guru adalah kesulitan dalam menuliskan nilai afektif siswa dalam laporan akhir semester. Guru juga akan kesulitan jika ingin meningkatkan nilai afektif siswa saat guru tidak memiliki instrumen penilaian yang baik. Siswa yang sebenarnya memiliki nilai afektif yang baik, tidak mendapatkan hasil yang sesuai, karena tidak obyektif dan tidak adanya instrumen yang dugunakan untuk mengukur sikap sosial siswa oleh guru. Guru membutuhkan instrumen yang dapat menilai sikap dalam proses pembelajaran, praktis dan mudah dilakukan. Instrumen yang baik adalah yang
3
dapat mengukur sikap sosial peserta didik yang sesungguhnya dapat diimplementasikan dalam pengukuran sikap secara objektif. Untuk itu perlu pengembangan instrumen pengukuran sikap sosial dengan menggunakan model skala guttman. Skala guttman dikembangkan guna mengatasi problem yang dihadapi likert maupun thurstone. Babbie (dalam Sukardi, 2012) menyatakan is based on the fact that some items under consideration may prove to be harder indicators of the variable than others. Teknik tersebut dilihat dari sifat-sifatnya sebagai skala yang memiliki dimensi tunggal. Dengan skala yang memiliki dimensi tunggal akan memudahkan siswa dalam mengisi instrumen serta guru nantinya dalam melakukan pengukuran sikap dan dalam melakukan penilaian.
1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah mengembangkan instrumen aspek sikap sosial pada pembelajaran tematik siswa kelas 4 dengan tema 8 subtema 2 berdasarkan kurikulum 2013. 2. Bagaimana tingkat validitas
instrumen aspek sikap sosial pada
pembelajaran tematik siswa kelas 4 dengan tema 8 subtema 2 berdasarkan kurikulum 2013.
1.3. Alternatif Pemecahan Masalah Kesenjangan atau masalah terutama pada penilaian sikap sosial diatas, serta masalah tidak adanya instrumen penilaian yang dipakai untuk mengukur sikap sosial siswa dapat diatasi dengan mengembangkan instrumen penilaian aspek sikap sosial. Instrumen yang dapat dipakai untuk mengatasi kesenjangan adalah dengan melakukan visibilitas penggunaan instrumen aspek sikap sosial di lapangan dan mengetahui tingkat validitas instrumen aspek sikap sosial. Faktor penghambat yang dimungkinkan muncul adalah apabila tidak terjadi koordinasi antara peneliti dengan sekolah tentang sustansi yang akan digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan faktor pendukungnya pihak sekolah memberikan kesempatan yang memadai dan terbuka sebagai tempat penelitian. Subyek yang
4
akan dilibatkan dalam penelitian adalah siswa kelas 4 dengan usia antara 10-12 tahun, sehingga diharapkan siswa dapat menjawab pertanyaan yang ada dalam instrumen, maka instrumen penilaian harus mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa.
1.4. Tujuan Pengembangan Tujuan pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Menghasilkan produk instrumen aspek sikap sosial pada pembelajaran tematik siswa kelas 4 dengan tema 8 subtema 2 berdasarkan kurikulum 2013. 2. Menentukan tingkat validitas instrumen sikap sosial pada pembelajaran tematik siswa kelas 4 dengan tema 8 subtema 2 berdasarkan kurikulum 2013.
1.5. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Spesifikasi produk dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Mampu membuat pengembangan instrumen aspek sikap sosial pada pembelajaran tematik kelas 4 tema 8 subtema 2 keunikan daerah tempat tinggalku berdasarkan kurikulum 2013. 2. Instrumen aspek sikap sosial disusun berdasarkan materi tema 8 subtema 2 keunikan daerah tempat tinggalku dalam kurikulum 2013 3. Instrumen aspek sikap sosial terdiri dari 30 butir pernyataan dengan 2 alternatif jawaban.
1.6. Pentingnya Pengembangan Pengembangan ini dilakukan untuk: 1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pembelajaran tematik. 2. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pengembangan instrumen penilaian sikap sosial siswa kelas 4.
5
3. Memberikan kemudahan kepada guru kelas dalam melakukan penilaian aspek sikap sosial dalam pembelajaran tematik kelas 4 semester 2 tema 8 subtema 2 berdasarkan kurikulum 2013. 4. Memperoleh dan mengembangkan instrumen aspek sikap sosial pada tema dan subtema yang lain.
6