1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Investasi proyek TIK (teknologi informasi dan komunikasi) oleh organisasi
pada umumnya dilakukan karena melihat adanya hubungan positip antara investasi yang ditanam dengan kinerja organisasi. Investasi TIK dinilai mampu meningkatkan kinerja organisasi berupa
efisiensi dan efektifitas dari sisi
operasional dan layanan kepada stake holder. Kebutuhan investasi TIK untuk tiap organisasi memiliki tujuan
berbedabeda mulai untuk mendukung
operasional kegiatan seharihari sampai dengan dukungan bisnis atau kegiatan inti dari organisasi. Manfaat yang diperoleh dari investasi TIK disebut sebagai business value. Business value adalah kontribusi sistem informasi/teknologi informasi (SI/TI) untuk meningkatkan performasi organisasi (Au dan Kauffirtan, 2003; Ranti, 2008). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan investasi TIK adalah pemilihan metode yang tepat untuk mengukur dan mengevaluasi investasi TIK. Pemilihan metode yang tepat dapat menghasilkan investasi yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi, biaya investasi yang dikeluarkan menjadi tepat sasaran, waktu pengerjaan dan operasional menjadi lebih terukur
dan memberikan
pengaruh yang positip untuk organisasi. Alasan lain mengapa diperlukan metode untuk mengevaluasi investasi TIK karena proyek Investasi TIK memiliki karakteristik unik terutama dari sisi biaya, manfaat dan resiko (Hallikainen et al., 2002) dan menghasilkan manfaat berwujud dan manfaat tidak berwujud seperti peningkatan brands perusahaan, motivasi dan peningkatan dan peningkatan laba ( Wen dan C. Sylla, 1999; Murphy dan Simon, 2001; Parker dan Benson, 1989). Umumnya proyek investasi TIK memiliki risiko dan tingkat pengembalian yang tinggi. Pemilihan metode yang tepat mampu mengidentifikasi resikorisiko proyek TIK dan prediksi kegagalan proyek dapat diketahui lebih awal sehingga dampak terhadap biaya dapat diminimalisir (H. J. Wen dan Sylla, 1999; Hua,
2
2009). Pemilihan metode yang tepat diharapkan mampu mengungkapkan potensi yang dimiliki oleh proyek TIK (Zhang dan Huang, 2008; Hallikainen et al., 2002) mengingat struktur proyek yang kompleks, beragamnya informasi yang harus di pertimbangkan dengan tepat misalnya informasi yang terkait dengan keselamatan selama dan setelah proyek berlangsung, rekayasa sistem yang disesuaikan dengan kondisi yang ada, biaya, proses, keandalan dan implementasi dari proyek TIK (Tavana, 2003). Usaha untuk mengevaluasi kelayakan investasi TIK telah dilakukan oleh praktisi dan peneliti dengan
kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi
kelayakan proyek investasi TIK umumnya adalah kriteria manfaat (manfaat berwujud dan manfaat tidak berwujud), kriteria keuangan, risiko dan biaya. (Gunasekaran et al., 2001; Azadeh et al.,2009; Zhu,2008; Zhang dan Huang, 2008; Hallikainen et al., 2002). Variasi metode yang dihasilkanpun sangat beragam walaupun secara garis besar dikelompokkan dalam kelompok yang menggunakan pendekatan finansial, nonfinansial atau kombinasi diantara keduanya Metode metode tersebut antara lain Balanced Score Card, Value Added Economic, Information Economic dan metode metode lain. Terdapat dua (2) isu yang terkait dengan evaluasi kelayakan investasi TIK. I.
Mengidentifikasi dan mengkonversi business value dalam bentuk manfaat tak berwujud seperti peningkatan brands, peningkatan moral, peningkatan motivasi kedalam bentuk yang dapat diukur dengan nilai uang agar dapat dianalisis dengan costbenefit analysis yang akurat sulit untuk dilakukan (Peppard, J., dan Ward, 1999) karena manager atau orang bertugas melakukan evaluasi (evaluator) memiliki preferensi, cara dan penilaian sendiri untuk mengatasi hal ini.
Manager atau
mengkuantifikasi
berwujud
manfat
evaluator lebih familiar untuk
seperti
peningkatan
keuntungan,
pengurangan biaya produksi, pengurangan staf dan manfaat berwujud lain. II.
Subjektivitas penilaian dalam mengevaluasi investasi proyek TIK. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas keputusan adalah Kemampuan yang dimiliki oleh pengambil keputusan. Kemampuan dapat berupa latar
3
belakang pendidikan, pengalaman, integritas terhadap masalah yang akan dipecahkan.
dan pemahaman yang baik Kemampuan yang tidak baik
cenderung menghasilkan keputusan yang tidak berkualitas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Dari sisi efektiitas pengambilan keputusan juga
menjadi perdebatan mana yang lebih baik pengambilan keputusan secara individu atau kelompok. Kedua cara ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Evaluasi yang dilakukan individu lebih unggul dari sisi kecepatan waktu evaluasi dan menghasilkan keputusan, namun memiliki kelemahan berupa faktor subjektivitas yang tinggi jika evaluator tidak memiliki pengetahuan, pengalaman dan integritas dalam melakukukan evaluasi. Pengambilan keputusan kelompok adalah jenis proses partisipatif di mana beberapa individu yang bertindak secara kolektif, menganalisis masalah atau situasi, mempertimbangkan dan mengevaluasi program alternatif tindakan, dan memilih dari antara alternatif solusi atau solusi. Individu dalam kelompok secara demografi dapat sama atau cukup beragam (Frederick, 1976). Ketika sebuah kelompok membuat keputusan secara kolektif, penilaiannya bisa lebih tajam dari setiap anggotanya melalui diskusi, tanya jawab dan kolaborasi serta anggota kelompok dapat mengidentifikasi solusi yang lebih lengkap, kuat dan rekomendasi yang lebih baik dan cenderung lebih objektif. Berbagi informasi, pengetahuan dan pengalaman di antara anggota kelompok adalah keuntungan dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan kelompok memperhitungkan lingkup yang lebih luas dari informasi, karena masing masing anggota kelompok dapat berkontribusi memberikan informasi yang unik
berdasarkan
keahlian
yang
dimiliki.
Berbagi
informasi
dapat
meningkatkan pemahaman, mengklarifikasi isuisu dan memfasilitasi menuju keputusan kolektif. Beberapa
kelemahan dari pengambilan keputusan
kelompok dapat adalah dapat membuat difusi tanggung jawab sehingga mengurangi akuntabilitas hasil keputusan. Artinya, jika setiap orang dalam kelompok tidak bertanggung jawab terhadap keputusan maka memudahkan anggota untuk menyangkal tanggung jawab pribadi dan menyalahkan orang
4
lain atas keputusan yang buruk. Keputusan kelompok memerlukan waktu tambahan karena ada persyaratan partisipasi, diskusi dan koordinasi antar anggota kelompok. Tanpa fasilitas yang baik dan struktur, pertemuan dalam kelompok dapat terjebak dalam hal sepele yang mungkin penting untuk satu orang tetapi tidak untuk yang lain (Hinsz dan Nickell, 2004). Bagaimana dengan evaluasi investasi proyek TIK yang dilakukan oleh pemerintah republik Indonesia. Di Indonesia proyek investasi TIK yang akan dibiayai oleh pemerintah direncanakan dalam RAPBN (rencana anggaran pendapatan dan belanja negara) untuk pemerintah pusat dan RAPBD (rencana anggaran pendapatan dan belanja daerah) untuk pemerintah daerah disebut sebagai belanja proyek TIK dan termasuk dalam kelompok belanja barang dan jasa yang pengadaannya untuk setiap perangkat daerah dicantumkan dalam RKA SKPD (rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah). Dalam RKA SKPD mencakup informasi tentang uraian kegiatan, target kinerja, lokasi, pagu anggaran baik untuk belanja pegawai, belanja modal serta serta belanja barang dan jasa. Evaluasi untuk menentukan prioritas program kegiatan atau rencana kegiatan termasuk investasi proyek TIK dilakukan pada tahap penyusunan rancangan rencana kerja SKPD (satuan kerja perangkat Daerah) dan penyusunan rancangan RKPD (rencana kerja pembangunan daerah) dengan menggunakan instrumen kriteria
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
yakni: a.
Kesesuaian dengan rancangan awal RKPD provinsi
b. Mempercepat pencapaian SPM (standar pelayanan minimal) c.
Dukungan pada pemenuhan hak dasar rakyat lintas kabupaten/kota, dukungan nilai tambah lintas kabupaten/kota dan kriteria lain yang disepakati.
Instrumen seperti analisis biaya dan manfaat (cost and benefit), analisis kemiskinan, analisis gender dan traditional budget (besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya untuk menentukan layak atau tidaknya program kegiatan tersebut dilaksanakan) digunakan pada kegiatan ini.
Penggunaan traditional
5
budget acap kali bertentangan dengan kondisi nyata di masyarakat karena kegiatan yang dianggap prioritas menurut masyarakat dapat saja dianggap bukan prioritas oleh evaluator (Sulistio, 2010). Jika dicermati lebih lanjut evaluasi investasi proyek TIK di pemerintah diperlakukan sama dengan kegiatan belanja lainnya, hal ini terlihat dari instrumen kriteria yang digunakan. Instrumen manfaat, risiko dan biaya dari investasi proyek TIK di pemerintah belum atau bisa jadi bukan instrumen utama dalam menentukan prioritas dalam evaluasi kelayakan investasi proyek TIK walaupun berdasarkan paparan sebelumnya diketahui bahwa evaluasi investasi proyek TIK memerlukan perlakuan khusus dalam bentuk instrumen dan metode yang digunakan. Terdapat peluang untuk menjembatani agar mekanisme evaluasi investasi proyek TIK di pemerintah dapat diperlakukan secara khusus menggunakan metode/cara yang dipakai untuk mengevaluasi investasi proyek TIK, tapi disesuaikan dan tidak melanggar peraturan perundangan yang berlaku. Atas dasar tersebut, maka diusulkan sebuah model untuk evaluasi kelayakan investasi proyek TIK agar diperoleh investasi proyek TIK yang tepat, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode yang menjadi motivasi, basis pemikiran dan titik awal dari penelitian ini adalah AIE (Advanced Information Economic) (Ranti, 2008). Dalam penelitian ini ada beberapa kelemahan dari metode AIE yang harus diperbaiki sebelum dapat digunakan untuk mengevaluasi investasi proyek TIK di pemerintah. Kelemahan tersebut adalah : I.
Metode AIE belum memiliki referensi nilai manfaat dan nilai risiko yang dapat menuntun pengguna ketika melakukan evaluasi.
II.
Evaluasi manfaat yang dilakukan AIE hanya dapat dilakukan secara individu, sehingga potensi untuk melakukan tindakan subjektif menjadi besar yang akan berpengaruh terhadap hasil akhir evaluasi kelayakan investasi proyek TIK.
III.
AIE tidak menyediakan pilihan cara penilaian manfaat kepada pengguna
6
saat melakukan evaluasi investasi proyek TIK. Untuk menangkap profil sisi personil pembuat keputusan, kultur organisasi dan daerah, budaya, gaya dan intuisi pembuat keputusan saat melakukan evaluasi investasi TIK maka dilakukan penelitian pada di tiga (3) kabupaten kota diwilayah Provinsi Sumatera Selatan yakni: 1. Kabupaten Musi Rawas 2. Kabupaten Musi Banyu Asin 3. Kota Pagar Alam. Pemilihan ketiga daerah tersebut diharapkan dapat mewakili sisi personil pembuat keputusan, kultur organisasi dan daerah, budaya, gaya dan intuisi pembuat keputusan saat melakukan evaluasi investasi TIK. Hal ini sejalan dengan argumentasi Cukier dan Middleton (1996), Serafeimidis (1997) serta Symons (1990) yang menyatakan bahwa implementasi metode yang dibangun dapat lebih
berhasil
serta
menghasilkan
keputusan
yang
kontekstual
jika
memperhitungkan keragaman sosial budaya yang ada dalam lingkungan organisasi. Ketiga daerah tersebut juga diharapkan menjadi sumber informasi untuk memperoleh manfaat dan nilai manfaat serta risiko dan nilai risiko. Penelitian ini termasuk dalam katagori penelitian informatika sosial (social informatic). Informatika sosial adalah studi tentang aspekaspek sosial dari komputer, telekomunikasi dan teknologi lain yang berhubungan dengannya, serta mengkaji masalahmasalah seperti bagaimana TIK membentuk hubungan organisasi dan sosial dan bagaimana kekuatankekuatan sosial mempengaruhi perancangan dan penggunaan TIK. Informatika sosial juga merupakan studi sistematis mengenai perancangan, penggunaan dan konsekwensi penggunaan TIK dengan memperhatikan interaksi dalam konteks kelembagaan dan budaya. (Kling, 2000a, 2000b). Dari cara pandang informatika sosial (Sawyer dan Tyworth, 2006), penelitian ini masuk dalam lapisan kedua dimana penelitian yang dilakukan diadopsi oleh sekelompok orang dalam organisasi yang berpengaruh terhadap lingkungan baik secara internal maupun eksternal organisasi.
7
1.2 Rumusan Masalah dan Solusi yang Diharapkan Berdasarkan paparan sebelumnya secara umum terdapat dua (2) hal yang harus diselesaikan dalam penelitian ini yaitu : 1. Penggunaan metode dan instrumen yang tepat untuk melakukan evaluasi investasi proyek TIK di pemerintah. Pada bagian ini terdapat perbedaan antara metode dan kriteria yang digunakan oleh pemerintah dengan metode dan kriteria yang umum dipakai untuk melakukan evaluasi investasi TIK. Instrumen manfaat, risiko dan biaya yang umum dipakai dalam investasi proyek TIK bukan instrumen utama dalam menentukan prioritas dalam evaluasi kelayakan investasi proyek TIK di pemerintah 2. Pengembangan metode AIE pada bagian financial approach berupa pengembangan referensi manfaat dan nilai manfaat serta cara penilaian mandaat
yang
Pengembangan
dapat
digunakan
pada
bagian
oleh
DM
non-financial
(decision
maker).
approach
berupa
pengembangan untuk referensi risiko dan nilai risiko, weighted schema dan mekanisme untuk mengakomodir kelompok pembuat keputusan dari metode AIE. Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Metode apa yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kelayakan investasi proyek TIK di pemerintah daerah yang menggunakan kriteria manfaat, risiko dan biaya ? 2. Bagaimana mengembangkan metode untuk evaluasi investasi proyek TIK agar dapat menyediakan referensi manfaat dan nilai manfaat, menyediakan referensi risiko dan nilai risiko, menyediakan cara penilaian untuk evaluasi kelayakan investasi proyek TIK, dan mengakomodir kepentingan sekelompok pembuatan keputusan untuk meminimalisir subjektivitas ketika melakukan pembobotan sampai dengan pemeringkatan investasi proyek TIK ?
8
Penggunaan metode yang menggunakan basis kriteria manfaat, risiko dan biaya yang dilengkapi dengan referensi manfaat dan nilai manfaat, risiko dan nilai risiko serta cara penilaian untuk evaluasi investasi proyek TIK adalah solusi untuk mengatasi masalah yang telah dirumuskan. Solusi berikutnya adalah dengan
mengembangkan
metode
investasi
mengakomodir kelompok pembuat keputusan
proyek
TIK
yang
dapat
sehingga keputusan yang
dihasilkan lebih objektif, empiris dan dapat dipertanggungjawabkan.
1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Model yang dibangun adalah model untuk mengevaluasi kelayakan proyek investasi TIK di pemerintahan dengan berlandasan kepada tiga (3) kriteria yakni manfaat, resiko dan biaya, serta mengakomodir kelompok pembuat keputusan. 2. Yang dimaksud kelompok pembuat keputusan anggotanya terdiri dari Kepala Daerah, Sekretaris daerah (Sekda), BAPPEDA, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), Dinas terkait investasi proyek TIK yang dievaluasi, dan Asisten Daerah bidang terkait investasi proyek TIK yang dievaluasi. Kelompok ini yang terlibat pada proses pengambilan keputusan evaluasi kelayakan investasi proyek TIK di pemerintah daerah. Hal lain seperti keterlibatan masyarakat, Lembaga swadaya masyarakat, akademisi berada diluar lingkup penelitian ini. 3. Wilayah yang menjadi objek penelitian meliputi : Kabupaten Musi Banyu Asin, Kabupaten Musi Rawas dan Kota Pagar Alam. 4. Model ini akan digunakan pada tahap penyajian rancangan rencana kerja SKPD pada sub kegiatan penyusunan rancangan SKPD, belum pada tingkat akhir keputusan dimana rancangan disetujui anggarannya oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk disahkan menjadi UndangUndang.
9
5. Nilai proyek dan nilai biaya operasional investasi/belanja proyek TIK sudah diketahui berdasarkan data yang diperoleh dari BAPPEDA (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah).
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menghasilkan model Group Advanced Information Economic (GAIE) yang digunakan untuk evaluasi kelayakan proyek investasi TIK di pemerintah menggunakan tiga (3) kriteria yakni manfaat, risiko, dan biaya serta mengakomodir kepentingan sekelompok pembuatan keputusan ketika melakukan pembobotan sampai dengan daftar kegiatan investasi proyek TIK urut prioritas dan detil hasil evaluasi kelayakan investasi proyek TIK. 2. Menghasilkan referensi manfaat dan nilai manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian di kabupaten Musi Rawas, Musi Banyu Asin dan kota Pagar Alam. 3. Menghasilkan referensi risiko dan nilai risiko kabupaten Musi Rawas, Musi Banyu Asin dan kota Pagar Alam. 4. Menghasilkan cara penilaian untuk evaluasi kelayakan investasi proyek TIK.
1.5 Manfaat Penelitian Melalui hasil penelitian ini, secara umum, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi area penelitian maupun bagi para pemangku kebijakan di pemerintah daerah dalam membuat keputusan, yaitu: 1. Memberikan sebuah alternatif metode, cara pandang, pengetahuan dan pengalaman baru untuk pemerintah dalam
mengevaluasi investasi
proyek TIK. 2. Membantu para pembuat keputusan di pemerintah daerah (Kepala Daerah, Sekretaris daerah (Sekda), BAPPEDA, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), Dinas terkait investasi proyek TIK yang
10
dievaluasi, dan Asisten Daerah bidang terkait investasi proyek TIK yang dievaluasi) dalam mengevaluasi kelayakan proyek investasi/belanja TIK di pemerintah daerah sehingga setiap usulan program yang berhubungan proyek investasi/belanja TIK dapat lebih terukur, empiris
dari sisi
manfaat, resiko dan biaya serta dapat dipertanggungjawabkan. 3. Memberi kontribusi pada area penelitian informatika sosial khususnya pada bidang kajian interaksi antara masyarakat dan TIK.
1.6
Sistematika Penulisan Hasil Penelitian ini didokumentasikan dalam laporan disertasi yang
terbagi dalam tujuh (7) bab, yaitu : 1. Bab I.
Pendahuluan:
Bagian ini menjelaskan latar belakang dan
argumentasi mengapa penelitian ini dilakukan. Pemilihan metode yang dipakai beserta penjelasan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan manfaat penelitian juga dipaparkan pada bagian ini. 2. Bab II. Tinjauan Pustaka: Berisi tentang penelitian terkait informatika sosial, metode dalam evaluasi investasi proyek TIK, metode dalam pengambilan keputusan kelompok, metode Entropy dan pengujian system. 3. Bab III. Landasan Teori : Berisi teoriteori yang terkait dan digunakan dalam penelitian ini.
Secara garis besar terdiri atas : Sistem
pendukung keputusan, GDSS (Group Decision Support System), uji validitas dan reliabilitas, pengujian penerimaan sistem metode EUCS (Computing Satisfication) dan aturan perundangan yang berlaku dan terkait dengan evaluasi dan perencanaan pembangunan daerah. 4. Bab IV. Metodologi Penelitian: Berisi tentang kerangka pemikiran bagaimana penelitian ini dilakukan. Bagian ini juga menjelaskan tahapan yang dikerjakan untuk mendapatkan referensi manfaat dan risiko serta berisi mekanisme yang dilakukan untuk menguji kepuasan atau penerimaan pengguna terhadap model GAIE.
11
5. Bab V. Studi Kasus Referensi Nilai Manfaat dan Nilai Risiko Investasi Proyek TIK Pemerintah Daerah: Bagian ini menjelaskan bagaimana referensi manfaat dan risiko Musi Rawas, Musi Banyu Asin, Pagar Alam dan Sumatera Selatan dibangun menggunakan metode dalam ilmu statistik dan tahapan pengerjaannya. 6. Bab VI.
Studi Kasus Evaluasi Kelayakan Investasi Proyek TIK di
Pemerintah Daerah Menggunakan Model GAI:
Pada bagian ini
dilakukan uji kasus untuk model GAIE dengan menggunakan data perencanaan pembangunan dari Kabupaten Musi Rawas berupa 4 (empat) usulan proyek Investasi TIK serta menjelaskan tahapan tahapan model GAIE mulai dari menerima usulan sampai dengan menghasilkan urutan prioritas dan detil informasi dari usulan investasi proyek TIK yang dievaluasi. Pada bagian ini juga dilakukan uji kasus menggunakan metode AIE (Advanced Information Economic) untuk data yang sama dengan uji kasus pada model GAIE. Tujuannya adalah untuk membandingkan hasil evaluasi investasi proyek TIK di pemerintah menggunakan model GAIE dengan metode AIE. Pengujian menggunakan metode EUCS (End User Computing Satisfication) untuk mengetahui bagaimana model GAIE dapat diterima oleh pengguna. 7. Bab VII. Kesimpulan dan Saran: Bagian ini berisi kesimpulan yang dapat diperoleh selama penelitian dan saran pengembangan penelitian ini di masa mendatang.
��������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������� �����������������������������������������������������