BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pemborosan menjadi suatu hal yang hampir selalu terjadi di setiap perusahaan, baik perusahaan logistik, perusahaan manufaktur, perusahaan jasa, ataupun perusahaan lainnya. Salah satu divisi yang mengalami pemborosan yaitu divisi produksi, dimana produksi yang berjalan secara kontinyu untuk memenuhi permintaan konsumen dapat menyebabkan adanya pemborosan misalnya kelebihan produksi, waktu menunggu yang cukup lama, produk cacat yang dihasilkan, dan transportasi. Hal tersebut dapat terjadi pada setiap perusahaan yang bergerak dalam memproduksi suatu barang. Saat ini banyak perusahaan berlomba-lomba untuk meminimalisir tingkat pemborosan dalam memproduksi suatu barang agar barang yang diproduksi sesuai dengan permintaan konsumen dan pemborosan dapat diminimalisir.
Kepuasan konsumen menjadi salah satu penentu pada saat memproduksi barang, apakah barang yang dibuat dapat diterima dengan baik atau tidak. Setiap perusahaan mengutamakan hal tersebut yang membantu dalam inovasi suatu produk yang dibuat. Selain itu, kualitas menjadi penentu apakah produk yang dihasilkan dapat memberikan keuntungan baik kepada konsumen maupun kepada perusahaan dan mampu bersaing dengan produk lainnya. Persaingan pasar saat ini yang semakin pesat memacu setiap perusahaan melakukan inovasi dan mencari cara agar produk yang dihasilkan dapat menarik perhatian konsumen.
Banyak hal yang menyebabkan pemborosan, salah satunya kerusakan produk pada saat produksi misalnya cacat atau gagal produksi, dan produksi yang berlebihan. Namun hal tersebut dapat diminimalisir dengan mencari penyebab atau akar masalah yang menjadi salah satu penyebab adanya pemborosan pada saat produksi. Beberapa
1
cara yang dapat dilakukan untuk menentukan akar permasalahan misalnya dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) yang berfungsi untuk mengidentifikasi kerusakan suatu produk dan peluang terjadinya kerusakan (Blanchard, 2004) dan dapat menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dengan menentukan nilai Risk Priority Number (RPN) dari setiap proses yang dialami suatu produk.
PT. PINDAD (Persero) merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dalam bidang Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan) dan produk komersial. PT. PINDAD (Persero) memproduksi berbagai produk yang digunakan untuk mendukung sarana dan prasarana kereta api atau yang biasa disebut praska. Produk yang dibuat untuk kereta api dikerjakan oleh divisi tempa dan cor, divisi ini bertugas membuat produk yang dibutuhkan untuk mendukung sarana dan prasarana kereta api. Dalam setiap proses produksi, tidak luput dari adanya barang cacat atau barang gagal dan tidak dapat digunakan lagi karena produk tersebut sudah rusak dan mempengaruhi kualitas dari produk itu sendiri. Hal tersebut terjadi pada produk Fish Bolt R.54 yang digunakan sebagai penyambung antar rel dan dapat digunakan untuk penyambung bantalan rel kereta api. Dikatakan bahwa dalam proses pembuatan produk tersebut terdapat produk cacat yang mengakibatkan produk tidak dapat digunakan dan tidak dapat melanjutkan proses selanjutnya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan adanya cacat pada Fish Bolt R.54, misalnya setting awal mesin yang berubah-ubah, kurangnya pengetahuan operator dalam mengoperasikan mesin, atau terjadi karena kesalahan manusia itu sendiri (human error).
Kecacatan dari Fish Bolt R.54 menjadi masalah untuk divisi praska karena dengan banyaknya kecacatan yang dihasilkan sebesar 1,3% pada saat produksi menyebabkan banyaknya produk yang tidak dapat digunakan dan ongkos pembuatan menjadi mahal (Kosim, 2015) dan melebihi dari toleransi yang ditetapkan perusahan sebesar 1%. Minimasi kecacatan pada saat pembuatan Fish Bolt R.54 perlu dilakukan agar produk cacat dapat berkurang dan ongkos yang dikeluarkan menjadi lebih murah. Hal
2
tersebut dapat dilakukan dengan mencari akar permasalahan untuk setiap proses dalam pembuatan Fish Bolt R.54.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA). Digunakan metode tersebut karena metode FMEA dapat memastikan produk akhir sesuai dengan spesifikasi dan membantu untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi atau mengendalikan cara kegagalan yang berbahaya. Sedangkan metode FTA dapat menampilkan desain proses secara rinci, penyebab dan efek ditampilkan secara visual, mengikuti alur kesalahan dalam batasan sistem, dan mudah dipelajari.
Produk gagal produksi atau cacat menjadi suatu hal yang pasti ada dalam setiap produksi suatu produk. Apabila cacat yang dihasilkan merupakan cacat mayor, harus dilakukan perbaikan baik dari segi proses pembuatannya maupun dari segi operator yang mengoperasikan mesin. Lalu apabila cacat yang dihasilkan merupakan cacat minor, langkah perbaikan dapat dilakukan apabila produk tersebut masih dalam batas toleransi yang diijinkan. Melalui adanya langkah perbaikan diharapkan produk cacat dapat diminimalisir dalam setiap proses produksi yang dilakukan.
1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan diatas, maka dilakukan sebuah kajian yang secara operasional akan diarahkan untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut ini: a. Apa yang menyebabkan adanya kecacatan dalam proses produksi Fish Bolt R.54 di PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor? b. Bagaimana mengurangi kecacatan dalam proses produksi Fish Bolt R.54 dengan menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA)?
3
1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengidentifikasi kecacatan dan penyebabnya pada proses produksi Fish Bolt R.54 yang dilakukan oleh PT. PINDAD (Persero) Divisi Tempa dan Cor. b. Memberikan usulan perbaikan dengan menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA) agar produk cacat dapat diminimalisir.
1.4 BATASAN PENELITIAN Penelitian ini dibatasi oleh : a. Penelitian ini dilakukan di PT. PINDAD, Jalan Gatot Subroto No. 517 Bandung. b. Penelitian ini dilakukan pada Divisi Tempa dan Cor. c. Produk yang dibahas dalam penelitian ini yaitu Fish Bolt R.54 yang digunakan sebagai penyambung antar rel dan penyambung antara rel dengan bantalan pada rel kereta api.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan sebagai acuan dalam penelitian yang dilakukan. BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori yang berisi teori-teori yang mendukung dalam pembuatan skripsi ini. Selain itu, berisi tentang metode yang digunakan untuk pemecahan masalah yang ada di PT. PINDAD yang membantu dalam penyelesaian skripsi. Dalam hal ini metode
4
yang digunakan yaitu Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA). BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang langkah-langkah penelitian mulai dari awal sampai akhir yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah dan mendapatkan solusi melalui pendekatan dan metode yang digunakan sesuai dengan studi literatur. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAH DATA Bab ini berisi data-data hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan serta digunakan untuk pengumpulan data. Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah yang telah ditentukan. BAB V ANALISIS Bab ini membahas analisis hasil yang didapat dari pengolahan data dengan menggunakan metode yang sudah ditentukan dan disesuaikan dengan studi literatur yang digunakan sebagai landasan pemecahan masalah. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan dapat digunakan oleh PT. PINDAD (Persero) dalam melakukan minimasi cacat dari produk Fish Bolt R.54. Berdasarkan kesimpulan yang didapat, tujuan yang telah ditentukan tercapai atau tidak. Setelah itu memberikan saran yang dapat diberikan baik kepada perusahaan maupun untuk penelitian selanjutnya.
5