BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Berlangsungnya suasana belajar mengajar di dalam kelas, mencerminkan model pembelajaran yang dianut oleh guru. Pemilihan model pembelajaran, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh filosofi guru sendiri mengenai siswa. Dapat dipastikan, bahwa dalam model pembelajaran tradisional – dimana penekanannya pada model pembelajaran ceramah, pusat pengetahuan hanya pada guru, didasarkan atas asumsi filosofis bahwa siswa adalah kertas kosong, siswa tidak memiliki pengetahuan apa-apa, dan karena itu siswa harus diisi dengan sejumlah pengetahuan. Filosofi ini mengandung masalah. Disebut mengandung masalah, karena filosofi ini, paling tidak mencerminkan beberapa hal. Pertama, siswa tidak pernah ditanya oleh guru apa yang hendak dia ingin ketahui atau hendak ingin dia pelajari. Kedua, guru mengasumsikan bahwa pengetahuan yang ditransfer kepada siswa, merupakan pengetahuan yang juga menjadi kebutuhan siswa – padahal, belum tentu juga demikian. Kedua masalah ini akhirnya menghasilkan empat hal, terkait dengan proses belajar mengajar: belajar dipahami oleh siswa sebagai mencatat materi yang disampaikan guru, dan menghafal materi tersebut. Sedangkan dari posisi guru, mengajar dipahami sebagai pemberian materi dengan ceramah, sementara siswa cukup mendengarkan ceramah itu. Belajar, bukan lagi pada hakikatnya sebagai sebuah proses menjadi, sebuah proses berubah dan sebuah proses menghasilkan makna. Kenyataan ini juga terjadi pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri Salatiga 09. Pembelajaran yang berlangsung dimana guru memberikan materi dengan berceramah, siswa mendengarkan dengan pasif, hanya mencatat materi, jarang sekali terjadi tanya jawab baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, sehingga siswa menjadi bosan dan enggan untuk belajar IPA. Akibatnya, banyak siswa belum
1
2
tuntas KKM dalam pelajaran IPA. Hasil belajar IPA siswa saat diterapkan model pembelajaran ceramah, disajikan dalam tabel berikut ini:
No
Tabel 1. 1 Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Salatiga 09 Nilai Kelas 4 SD Keterangan Jumlah Siswa
(%)
1
< 70
28
73.7
Belum tuntas
2
≥ 70
10
36.3
Tuntas
38
100
Jumlah Rata-rata
62.9
Nilai tertinggi
85
Nilai terendah
45
Sumber: Data Primer, 2013. Berdasarkan pada fakta hasil belajar siswa ini, diperlukan sebuah penelitian tindakan kelas untuk megupayakan meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi perubahan kenampakan benda langit. Menghasilkan belajar sebagai proses menjadi, sebagai proses berubah, juga menghasilkan makna, menuntut perubahan proses belajar mengajar itu sendiri. Dalam dunia pendidikan, sebenarnya ada model pendidikan yang mengarahkan siswa untuk benar-benar mengalami belajar. Model ini dibangun atas dasar filosofis bahwa siswa sebagai subyek belajar merupakan subyek yang menjadi. Karena itu, siswa tidak perlu dijejali dengan berbagai materi (konsep), apalagi dikondisikan menghafal konsep itu, dengan berpikir bahwa ketika siswa mampu menghafal konsep itu, pemahamannya pada konsep itu sama dengan apa yang dipahami oleh guru. Guru, karena itu cukup memberikan rangasangan dengan menghadirkan sebuah atau beberapa konsep misalnya. Selanjutnya, biarkan siswa memberikan makna pada konsep-konsep itu, dengan menemukan padanannya melalui fenomena atau fakta-fakta empiris di sekitar dirinya. Inilah sesungguhnya penemuan. Dan itulah belajar. Model pembelajaran dengan pendekatan proses belajar mengajar semacam itu, disebut inkuiri.
3
Berdasarkan asal katanya, inkuiri berarti menemukan. Supaya terjadi proses penemuan, guru hanya perlu mendesain langkah-langkah atau perencanaan pembelajaran, dimana siswa diminta untuk terlibat dalam rencana pembelajaran itu. Guru terbatas hanya mendesain prosedur-prosedur tertentu, dimana prosedur ini digunakan sebagai pedoman dalam penemuan. Prosedur-prosedur ini, lebih bermaksud sebagai alat bantu untuk mencapai kebenaran yang hendak ditemukan oleh siswa. Konsep, dalam model pembelajaran inkuiri, benar-benar diperlakukan sebagai hipotesis yang perlu diujikan lagi. Apa yang diajarkan, diketahui, bukanlah sebuah kebenaran mutlak. Ia adalah kebenaran sementara yang perlu dibuktikan. Pada titik ini, proses penalaran logis siswa yang benar-benar berperan. Artinya, apa yang ditemukan, setelah melalui prosedur-prosedur untuk menemukan, dan apa yang ditemukan, itulah kebenarannya: kebenaran bagi siswa tersebut. Guru karena itu, berperan untuk menguatkan kebeneran temuan siswa bersangkutan. Karenanya, agar kebenaran yang ditemukan ini kuat, guru bersama dengan siswa, menelusuri kembali proses logis dan sistematika serta langkahlangkah penemuan yang dilakukan oleh siswa, hingga siswa sampai pada kesimpulannya. Jika, menurut guru, terdapat kejanggalan dalam pengambilan kesimpulan, guru bukan menghakimi dan mengatakan itu keliru, tetapi, guru perlu membuka pikirannya sendiri, dan mengajak siswa dalam dialog, dan bertanya, mengapa siswa menggunakan cara ini dan bukan cara itu untuk mengambil kesimpulan? Guru perlu mengetahui jalan pikiran siswa, karena hanya melalui cara itu, guru mengerti cara atau alur berpikir siswa sesungguhnya. 1.2. Batasan Masalah Berdasarkan pada ragam yang disajikan di atas, maka masalah penelitian ini dibatasi pada beberapa hal, yaitu: Pertama, penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Kedua, mata pelajaran yang dipilih untuk diterapkan model pembelajaran terbimbing adalah mata pelajaran IPA materi perubahana kenampakan benda langit KD: “Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari”. Ketiga, subyek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN Salatiga 09. Keempat, penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran
4
2012/2013. Kelima, penelitian ini dilaksanakan dalam rangka upaya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa. Dengan batasan masalah seperti yang disebutkan, maka judul penelitian ini adalah “ Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA KD: “Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari” Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas 4 SDN Salatiga 09 Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”.
1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan pada judul penelitian di atas, maka rumusan masalah atau pertanyaan penelitian ini adalah: apakah penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 4 SDN Salatiga 09 Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013?
1.4. Tujuan Penelitian Dengan rumusan penelitian yang dipaparkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA KD :“Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari” menggunakan model pembelajaran Inkuiri terbimbing pada Siswa Kelas 4 SDN Salatiga 09 Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian dilakukan karena ada masalah yang hendak dikaji, bahkan diselesaikan. Karena itu, penelitian tentu membawa manfaat. Dalam penelitianpenelitian, manfaat itu terutama adalah pada ilmu itu sendiri, dan manfaat berikutnya adalah pada praktisi atau pengambil kebijakan terkait dengan penelitian ini. Karena penelitian ini adalah penelitian dalam bidang pendidikan, maka pada aspek teoritis keilmuan, penelitian ini tentu memberikan manfaat dalam memperkaya pengembangan ilmu, terutama ilmu pendidikan, dan lebih khusus pada model pembelajaran.
5
Sisi praktisnya, penelitian ini tentu menyumbangkan model pembelajaran baru bagi sekolah, dimana model pembelajaran ini selanjutnya dapat diterapkan setelah penelitian ini dilakukan, baik itu diterapkan pada mata pelajaran IPA, tetapi juga terbuka untuk diterapkan pada mata pelajaran lain. Disamping itu, penelitian ini memberikan manfaat bagi siswa, karena penerapan model pembelajaran ini memberikan manfaat dimana siswa dikondisikan aktif belajar, paling tidak belajar untuk menjadi penemu.