BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam sekolah adalah Ilmu Pengetahuan Alam yang diajarkan ditingkat pendidikan dasar dan tingkat menengah. Menurut kurikulum 2006 (Depdiknas, 2006:1) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sekolah bertujuan mengembangkan kemahiran atau kecakapan Ilmu Pengetahuan Alam yang diharapkan dicapai seperti berikut: 1.) Menunjukkan pemahaman konsep Ilmu Pengetahuan Alam yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2.) Menggunakan penalaran pada pola, sifat, atau melakukan manipulasi Ilmu Pengetahuan Alam dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan ilmiah. 3.) Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), menafsirkan, dan menyelesaikan model Ilmu Pengetahuan Alam dalam pemecahan masalah. 4.) Memiliki sikap menghargai kegunaan Ilmu Pengetahuan Alam dalam kehidupan Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) menyatakan bahwa
IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen. Mata pelajaran ini pula digunakan dalam UN dan UASBN. Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek, menggunakan metode ilmiah sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara memberi tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan
mampu
menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan
1
2
sehari-hari untuk memenuhi kehidupan manusia melalui pemecahan masalahmasalah yang dapat di identifikasikan. Mengingat pentingnya pembelajaran IPA, maka semua siswa hendaknya dapat menguasai pelajaran ini dengan baik. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Standar Kompetensi Lulusan untuk pelajaran IPA meliputi a) melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis, b) memahami penggolongan hewan dan tumbuhan serta manfaat hewan dan tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya dan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya, c) memahami bagianbagian tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan serta fungsinya dan perubahan bagi makhluk hidup, d) memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya, perubahan wujud benda dan kegunaannya, e) memahami berbagai bentuk energy, perubahan dan manfaatnya, dan f) memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan permukaan bumi dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia. Berdasarkan temuan Depdiknas (2007), dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajran IPA. Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga siswa kurang dan kreatif dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran karena merancang, mengelola dan mengevaluasi. Guru adalah orang yang mengembagkan bebas norma yang ditegakkan secara konsisten. Pada umumnya media dalam mengajar sangat berpengaruh di dalam proses pembelajaran. setiap
3
pelajaran yang diajarkan sesuai dengan kemampuan siswa sehingga mampu menguasai materi yang diterapkan. Permasalahan tersebut terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran masih sering di jumpai, sehingga siswa kurang memahami materi yang dipelajari. Kendala dalam proses pembelajaran tersebut juga dihadapi oleh para guru di SD Negeri Slungkep 02 Kayen ketika melaksanakan pembelajaran IPA. Kendala yang dihadapi adalah minat belajar dan aktifitas siswa dalam pembelajaran IPA masih sangat kurang sehingga hasil belajar juga sangat rendah. Hal itu disebabkan karena guru mengajar secara monoton, kurang menarik, siswa kurang aktif, KBM hanya menggunakan ceramah, dan media masih sangat kurang dan belum tersedia. Hasil belajar IPA yang sangat rendah merupakan suatu permasalahan yang harus segera di atasi. Untuk mengatasi masalah tersebut guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dapat tercipta bila guru menggunakan metode yang bervariasi dan penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan materi IPA yang akan diajarkan serta menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat. Siswa akan merasa tertarik mempelajari IPA, mencoba dan membuktikan sendiri, sehingga akan memperkuat kemampuan kognitifnya dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tujuan pembelajaran IPA SD dapat tercapai. Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai rata-rata ulangan harian tahun 2010/2011 siswa kelas IV SD Negeri Slungkep 02 Kec.Kayen Kab. Pati pada mata pelajaran IPA pada materi simbiosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 65. Nilai rata-rata ulangan harian tahun 2010/ 2011 siswa kelas IV SDN Slungkep 02 Kabupaten Kayen, pada mata pelajaran IPA diperoleh nilai terendah 49, nilai tertinggi 78 dan nilai rata-rata 59. Dengan hasil refleksi awal maka siswa kelas IV SD N Slungkep 02 Kayen dalam pelaksanaan pembelajaran IPA hanya mampu menyerap 27,3%. Hal ini ditunjukkan dengan dari 22 siswa yang mencapai KKM hanya 6 siswa. Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru kelas IV, memecahkan
masalah
dan
memperbaiki
proses
pembelajaran
untuk tersebut,
4
menetapkan alternatif tindakan yang dapat di ambil adalah pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Adapun metode pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture sehingga diharapkan siswa dapat meningkat prestasi belajarnya. Metode pembelajaran picture and picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Metode pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Metode Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.(Ras Eko Budi Santoso, 2011). Bertolak dari permasalahan di atas, maka peneliti mencoba untuk mengkaji tentang upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran Picture and Picture Pada Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Slungkep 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Tahun 2011/2012.
1.2 Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan KBM di kelas IV SD N Slungkep 02 Kayen : a.
Siswa kelas IV SDN Slungkep 02 Kayen kurang memahami pembelajaran IPA
pada
materi
tentang
simbiosis
mutualisme,
parassitisme
dan
komensalisme yang ditunjukkan dari 22 siswa hanya 6 siswa (27,3%) yang mendapatkan nilai diatas Kriteri Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65, sedangkan sisanya 16 siswa (72,7%) nilainya dibawah KKM (65).
5
b.
40,9 % (9 dari 22) siswa kesulitan menceritakan permasalahan sosial di daerahnya.
c.
Ada 6 dari 22 siswa (27,3%) sering membolos atau tidak mengikuti les tanpa keterangan.
1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan agar peneliti lebih efektif, efisien dan terarah. Adapun hal-hal yang membetasi dalam penelitian ini antara lain : 1) Subyek yang diteliti hanya siswa kelas IV semester I SDN Slungkep 02 kecamatan Kayen kabupaten Pati Tahun 2011/2012. 2) Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan prestasi belajar IPA pada materi simbiosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan suatu masalah penelitian tindakan kelas sebagai berikut : “Apakah metode pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Semester I pada pembelajaran IPA di SDN Slungkep 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati?”
1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian adalah : Untuk mengetahui sejauhmana metode Pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV semester I pada mata pelajaran IPA di SDN Slungkep 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati.
1.6 Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka manfaat penelitian adalah a.
Bagi siswa 1) Meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran IPA, sehingga menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswa
6
2) Meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. 3) Meningkatkan hasil belajar dan menambah pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA. b.
Bagi Guru 1) Sebagai sarana bagi guru untuk mampu mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan. 2) Menjadikan guru dapat memecahkan masalah-masalah dalam proses pembelajaran. 3) Membuat guru lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran.
c.
Bagi Sekolah Digunakan
sebagai
pertimbangan
dalam
memotivasi
guru
untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien dengan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif.