BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses interaksi bertujuan, interaksi ini terjadi antara guru dan siswa, yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri. Secara imum dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan satuan tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan siswa bergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang dimiliki oleh siswa sejak lahir, dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan berkembang ( Hamalik,2003:3). Keberhasilan pendidikan di Indonesia terutama di sekolah dasar dapat dicapai apabila kegiatan belajar mengajar di kelas dapat berlangsung dengan baik, efektif, dan efisien. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka peran kedudukan dan keberadaan guru sangatlah menentukkan. Berdasarkan standar dan kompetensi dasar tingkat SD/MI dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Pendidkan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan YME. Tujuan IPA secara umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya 1
2
dalam kehidupan sehari-hari. Memiliki keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar maupun menerapkan berbagaikonsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang harus dibuktikan kebenarannya di laboratorium, dendan demikian IPA tidak saja sebagai produk tetapi juga sebagai proses. Untuk iyu ada tiga hal yang berkaitan dengan sasaran IPA di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut : (1) IPA tidak semata berorientasi kepada hasil tetapi juga proses, (2) Sasaran pembelajaran IPA harus utuh menyeluruh, dan (3) Pembelajaran IPA akan lebh berarti apabila dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan siswa secara aktif. Setiap proses pembelajaran pasti menampakkan keaktifan orang yang belajar atau siswa. Setiap kegiatan belajar dengan sendirinya melibatkan keaktifan peserta didik, meskipun keaktifan mereka berada pada derajat yang berbeda-beda. Dalam hal ini keaktifan siswa akan sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa yang juga mempengaruhi hasil belajar siswa nantinya. Peran guru diharapkan mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan metode yang bervariasi, pendekatan pembelajaran yang tepat, dan media pembelajaran yang relevan dengan materi IPA yang akan diajarkan. Sehingga siswa belajar IPA dengan mencoba dan membuktikan sendiri, sehingga siswa akan merasa tertarik dan dapat menumbuhkan keaktifan siswa serta tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat tercapai. Permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran adalah penggunaan model pembelajaran oleh guru yang kurang tepat. Guru kurang bervariasi dalam mengajarkan pelajaran IPA di sekolah. Pada umumnya , model pembelajaran yang dikembangkan guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah konvensional yang lebih banyak mengandalkan ceramah. Dimana guru lebih memfokuskan pemindahan pengetahuan ke dalam diri siswa tanpa memperhatikan bahwa ketika siswa memasuki kelas, siswa mempunyai bekal kemampuan dan pengetahuan yang tidak sama. Siswa hanya ditempatkan sebagai obyek sehingga siswa menjadi pasif dalam kondidsi belajar yang kurang merangsang aktivitas belajar yang kurang optimal. Proses pembelajaran yang berpusat pada guru tersebut, akan membuat siswa cenderung
3
ramai, mengantuk, tidak ada siswa yang mau bertanya, dan siswa tidsak mampu menjawab dengan sempurna pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan kondisi yang seperti ini maka banyak waktu yang terbuang sia-sia, sedangkan materi yang ingin disampaikan guru tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SD Negeri Padaan 02, guru masih banyak menggunakan metode ceramah daripada melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti halnya mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Siswa tidak melewati proses penemuan pengetahuan, namun secara langsung diberikan materi secara utuh oleh guru. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa tidak tercapai secara maksimal yang berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan belajar. Dari hasil observasi di SD Negeri Padaan 02 kelas V yang berjumlah 19 siswa, ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran IPA hanya 21,05% atau 4 siswa dari jumlah total 19 siswa. Sedangkan rata-rata keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA hanya 26,98%. Dengan demikian, nilai hasil belajar dan keaktifan yang diperoleh siswa SD Negeri Padaan 02 dapat dikatakan kurang baik. Guna mengatasi masalah yang telah dikemukakan salah satunya adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik adalah dengan menggunakan pembelajaran Quantum Teaching. Pembelajaran Quantum Teaching merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan bersemangat dalam belajar. Terkait belum berhasilnya pembelajaran IPA di SD Negeri Padaan 02, peneliti berupaya untuk menerapkan pembelajaran Quantum Teaching sebagai salah satu pembelajaran bermakna yang bermuara pada kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta berpusat pada siswa. Pembelajaran Quantum Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat direkomendasikan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar IPA. Model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai subyek yang aktif baik secara fisik maupun mental dalam mempelajari ilmu pengetahuan alam. Siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri menjadi sebuah konsep
4
IPA sehingga konsep yang dikuasai siswa dapat bertahan lama. Guru mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengalaman nyata dan aplikasinya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Quantum Teaching memiliki keunggulan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Model pembelajaran Quantum Teaching merupakan bentuk inovasi pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar yang efektif yang dapat mempengaruhi kesuksesan siswa (Bobbi DePorter, 2007: 5). Pembelajaran Quantum sebagai salah satu alternatif pembaharuan pembelajaran, menyajikan petunjuk praktis dan spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, bagaimana merancang pembelajaran, menyampaikan bahan pembelajaran, dan bagaimana menyederhanakan proses belajar sehingga memudahkan belajar siswa. Pembelajaran Quantum Teaching memusatkan perhatian siswa pada interaksi yang bermakna, menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran dan mengutamakan keberagaman dan kebebasan dalam pembelajaran. Model pembelajaran Quantum ini diharapakan mampu menjadi solusi yang tepat untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA khususnya pada siswa kelas V Semester II SD Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V Semester II SD Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014”
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1.
Kegiatan belajar mengajar masih satu arah sehingga keaktifan siswa kurang
berkembang secara optimal.
5
2.
Model pembelajaran yang efektif dan inovatif belum dilakukan di SD Negeri
Padaan 02 sehingga pembelajaran Quantum Teaching perlu diterapkan agar siswa tidak cepat bosan dan mempunyai daya ingat yang tinggi. 3.
Kurangnya partisipasi guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi, situasi, dan kondisi peserta didik. 1.3 Pembatasan Masalah Fokus penelitian ini terbatas pada Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SD Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1.
Apakah Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan
keaktifan belajar IPA pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang? 2.
Apakah Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan
hasil belajar IPA pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1.
Meningkatkan keaktifan siswa melalui penerapan pembelajaran Quantum
Teaching pada mata pelajaran IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. 2.
Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran Quantum
Teaching pada mata pelajaran IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
6
1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dua aspek sebagai berikut: a.
Manfaat Teoretis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan pembelajaran
pembelajaran Quantum Teaching. Dengan adanya penelitian ini, pembelajaranpembelajaran yang di dasarkan melalui penerapan pembelajaran Quantum Teaching menjadi mudah dikembangkan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. b.
Manfaat Praktis
1.
Manfaat bagi siswa a.
Untuk dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPA.
b.
Untuk memperoleh suasana pembelajaran yang menyenangkan.
c.
Untuk memperoleh manfaat dari pelaksanaan model Quantum Teaching yang efektif dan berhasil guna sehingga kualitas siswa dapat meningkat lebih baik.
2.
Manfaat bagi guru Memberikan informasi mengenai pembelajaran Quantum Teaching yang
efektif relevan agar siswa lebih aktif dan menyukai pelajaran IPA. 3.
Manfaat bagi sekolah Sebagai masukan dalam usaha untuk memperbaiki dan merumuskan sistem
pendidikan yang lebih baik dan kualitas lulusan yang handal. 4.
Manfaat bagi penulis Diharapkan dapat melatih dan mengembangkan kemampuan dalam bidang
penelitian serta dapat menembah wawasan serta pengetahuan penulis.