BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan
meningkatnya kemampuan siswa, situasi, dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk mengkomunikasikan berbagai macam maksud dan tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Penguasaan bahasa mengandung makna yang sangat penting bagi kecakapan hidup (life skill) ataupun untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia implikasinya adalah bahwa pembelajarannya diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dengan
baik dan benar, secara lisan maupun tertulis sesuai dengan tingkat
perkembangan kemampuan membaca dan menulisnya. Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia. Keterampilan berbahasa bagi siswa SD merupakan dasar untuk mengembangkan dirinya dalam menghadapi kehidupan sehingga dibutuhkan banyak keterampilan, salah satu di antaranya adalah keterampilan berbahasa untuk memperlancar komunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Ada empat keterampilan berbahasa yang mempunyai hubungan erat satu sama lain, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis untuk dunia pendidikan sangat berharga, sebab menulis membantu seseorang berpikir lebih mudah. Menulis adalah suatu keterampilan yang mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Tarigan (2008:1) mengemukakan: Keterampilan menulis (writing skills) memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan tiga komponen keterampilan bahasa yang lain, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), dan keterampilan membaca (reading skills). Hal itu disebabkan
1
2
keterampilan menulis memerlukan penguasaan terhadap unsur kebahasaan dan unsur di luar kebahasaan yang akan menjadi isi karangan. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai melalui teori saja, tetapi dilaksanakan melalui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun dengan baik. KBBI (2002:1079) mengemukakan “menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan”. Sehingga bisa dilihat dari konsep, kegiatan menulis merupakan kegiatan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Menulis dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan reseptif, yaitu aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosakata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan, dan tanda baca. Tulisan sebagai hasil dari kegiatan menulis mempunyai beberapa jenis. Seperti yang diungkapkan oleh Sirait (1985:15): Berdasarkan tujuan penulisan, secara tradisional karangan dapat dibagi dalam empat jenis, yaitu: eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan), narasi (cerita), dan argumentasi. Karangan deskripsi, yaitu jenis tulisan atau karangan yang melukiskan suatu objek sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, merasakan, mencium secara imajinatif apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dicium oleh penulis tentang objek yang dimaksud. Pada saat ini, perbaikan dalam bidang pendidikan terus diadakan, dalam bentuk penyempurnaan sistem pendidikan nasional, antara lain pembaharuan kurikulum pada semua tingkat pendidikan. Wujud nyata yang dilakukan pemerintah adalah tenaga pengajar dituntut untuk lebih profesional, agar lulusan siswa yang dihasilkan sesuai dengan standar kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. Richard, (2001:2) mengemukakan: “Pengembangan kurikulum sangat tergantung pada kemampuan profesional tenaga pengajar dalam memahami, membuat perencanaan, melaksanakan, menentukan pengukuran, dan penilaian bagi siswa”. Nursito (2000:37) juga mengemukakan: Lemahnya kemampuan menulis salah satunya disebabkan oleh kurang minatnya guru atau siswa untuk menajamkan kepekaan diri sendiri sehingga potensi untuk mengembangkan fantasi, daya kreasi, ataupun menyusun rangkaian kalimat menjadi tidak berkembang. Permasalahan tersebut diatasi dengan menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan
3
siswa belajar lebih aktif, kreatif, menyenangkan, dan bermakna dalam kegiatan belajar-mengajar. Model pembelajaran kreatif merupakan suatu model pembelajaran yang sangat menarik untuk melatih menulis atau mengarang dengan menerapkan konsep learning society (masyarakat belajar). Menurut Sriyono, (http://prabareta.blogspot.com/2009/modelpembelajaran-mapel bahasa. html, 25 Februari 2009). Melalui model masyarakat belajar, sistem kerja sama
di dalam kelas dan kreatifitas masing-masing individu akan
ditingkatkan, dan memungkinkan pembelajaran menjadi lebih efektif. Hasil prasiklus yang dilakukan peneliti di SD Negeri Trangkil 04 diketahui bahwa pembelajaran menulis pada kompetensi dasar menulis karangan deskripsi berbahasa Indonesia, pada kelas V kompetensinya masih di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal). Nilai rata-rata ketuntasan perorangannya 51 di bawah KKM 75, dan rata-rata ketuntasan klasikalnya 3% di bawah 80%. Dari hasil pengamatan dan penilaian karangan yang dihasilkan siswa dalam prasiklus tersebut siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide dan gagasan dalam bentuk karangan, siswa kesulitan dalam menggunakan ejaan dan pilihan kosa kata, dan keterampilan siswa dalam menulis deskripsi masih kurang. Dari wawancara dengan guru juga terungkap bahwa pembelajaran yang dilakukan masih cenderung tradisional dengan banyak memanfaatkan metode ceramah dan siswa kurang dirangsang secara aktif dalam pembelajaran. Menurut beliau pula bahwa kesulitan yang muncul pada siswanya secara umum, yaitu lemahnya dalam mengembangkan ide atau gagasan yang dimiliki dalam penggunaan ejaan dan tata tulis yang juga sering salah. Berdasarkan masalah rendahnya hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas V SD Negeri Trangkil 04 tersebut, maka peneliti berkolaborasi dengan guru merencanakan tindakan perbaikan pembelajaran yang dimungkinkan dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa, yaitu dengan menerapkan “model pembelajaran kreatif (creative learning)”. Model pembelajaran kreatif memungkinkan siswa dapat bekerja sama di dalam kelas dan mengembangkan kreatifitas individu secara lebih aktif, menyenangkan, dan bermakna sehingga kompetensi menulis deskripsinya pun akan meningkat.
4
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah
yang muncul antara lain sebagai berikut: 1)
Siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan.
2)
Siswa kesulitan dalam menggunakan ejaan dan pilihan kosa kata.
3)
Keterampilan siswa dalam menulis deskripsi masih kurang.
4)
Metode pembelajaran yang dilakukan guru bahasa Indonesia masih tradisional.
1.3
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah yang akan
diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah, apakah dengan menerapkan model pembelajaran kreatif dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi berbahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Trangkil 04 pada semester I tahun pelajaran 2011/2012. 1.4
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini untuk meningkatkan
keterampilan menulis deskripsi berbahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri Trangkil 04 dengan menerapkan model pembelajaran kreatif . 1.5
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1)
Secara teoritis penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai model pembelajaran kreatif (creative learning) dalam pembelajaran menulis, sekaligus memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teori pembelajaran bahasa Indonesia, terkait keterampilan menulis deskripsi.
2)
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi guru dan siswa. Manfaat bagi guru bahasa Indonesia, yaitu untuk meningkatkan
profesionalisme
dalam
menilai
dan
memperbaiki
kualitas
pembelajaran yang dikelola terkait dengan topik menulis deskripsi. Manfaat bagi
5
siswa, yaitu untuk memperbaiki hasil belajarnya sekaligus untuk meningkatkan motivasi belajarnya secara aktif sehingga tidak merasa bosan dan jenuh dalam belajar.