BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Demi mencipatakan sumber daya yang memiliki daya saing, pendidikan mendesain proses pembelajaran yang terencana dan bertujuan. Artinya, output dalam bentuk sumber daya yang memadai merupakan keberhasilan dari rencana pendidikan yang secara sengaja disusun. Agar kesemua rencana itu dapat berjalan sebagaimana rancangan pendidikan yang hendak dicapai, setiap komponen pendidikan karena itu memiliki fungsi dan peran yang penting. Guru merupakan salah satu komponen yang disebutkan tersebut. Guru perlu merencanakan pembelajaran secara matang agar output mampu bersaing baik pada level nasional, daerah bahkan lebih lokal lagi yaitu berdasarkan kondisi yang dihadapi. Dalam pelaksanaan pendidikan melalui pengajaran, beberapa hal yang harus dirancang secara sungguh-sungguh dan serius adalah model pembelajaran. Guru perlu menjembatani proses pembelajaran yaitu pertama tentang ideal-ideal pendidikan yang terumuskan melalui berbagai peraturan, guru juga perlu dengan serius memikirkan bagaimana ideal yang dirumuskan itu dapat tercapai. Menjembatani antara ideal dan kondisi riil ini, dengan demikian maka memilih model pembelajaran sebagai salah satu aspek dalam pembelajaran menjadi memegang posisi yang sentral dan penting. Berdasarkan pengertian konseptualnya, model pembelajaran disebutkan oleh Joyce & Weil (Susilana, 2006: 139) sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas. Jika disebutkan demikian, maka model pembelajaran dengan demikian adalah sebuah perencanaan terstruktur dan sistematis tentang bagaimana menjembatani antara ideal pendidikan yang hendak dicapai dan kondisi riil siswa. Artinya model pembelajaran dengan demikian berperan sebagai penengah; dimana pada satu sisi model pembelajaran berperan sebagai pijakan menuju ideal pendidikan, disisi lain model pembelajaran menjadi pendorong menuju situasi ideal tersebut. Berdasarkan pengamatan penulis, model pembelajaran sebagai rencana pembelajaran yang diterapkan saat ini, masih lebih banyak menitik beratkan peranan dan fungsi guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Model pembelajaran ini 1
2
perlu mendapatkan perhatian serius. Disebutkan demikian, karena hadirnya teknologi informasi memberikan peluang baru bagi peserta didik untuk dapat mengakses pengetahuan yang lebih dan tidak saja terpusat hanya pada satu sumber yaitu guru itu sendiri. Artinya, dilemannya adalah, jika guru masih dijadikan sebagai pusat pengetahuan siswa, pada satu sisi beban psikologis akan ditanggung oleh guru, jika berhadapan dengan siswa yang memiliki akumulasi pengetahuan akibat sering mengakses teknologi informasi, sisi lainnya adalah jika guru jarang melakukan update informasi, maka bisa dipastikan informasi yang disajikan merupakan sesuatu yang bukan lagi mengundang rasa ingin tahu siswa untuk mengetahui informasi itu. Akibatnya adalah situasi kelas menjadi tidak nyaman, dimana hampir dipastikan siswa menjadi bosan dan jenuh dengan hal-hal yang sungguh-sungguh kurang lagi penting menurutnya. Kata lainnya, adalah bahwa model pembelajaran yang masih menjadikan guru sebagai pusat pengetahuan memiliki wajah ganda. Disebut demikian karena disatu sisi guru sendiri akan memiliki beban, namun disisi lain siswa yang menjadi peserta didik pun akan mengalami tekanan; sehingga kehadiran siswa dalam kelas semata-mata dilakukan – jika dapat dikatakan semata menghormati gurunya. Berdasarkan hasil observsasi yang dilakukan pada kelas 2 SD N 08 Salatiga, yang menunjukan siswa belum tuntas sebanyak 30 siswa dengan persentase 73% dan siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa dengan persentase 27% menunjukan hasil hasil belajar siswa kelas 2 SDN 08 sangat rendah. Pembelajaran yang diterapkan guru selalu menoton. Karena dikondisikan dengan model pembelajaran yang demikian, siswa yang cerdas akhirnya bosan dan sering mengganggu teman-temannya. Suasana kelas akhirnya tidak menjadi kondusif baik bagi guru dalam memberikan pelajaran, maupun pada siswa lain yang menerima pelajaran. Melalui penelitian ini, penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning. Secara konseptual dan hakikatnya model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memindahkan peran guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan menjadi fasilitator, dimana guru lebih banyak berperan untuk mengarahkan agar terjadi kerjasama pada sesama siswa dalam kelas dalam bentuk kelompok. Disamping itu, model pembelajaran kooperatif merupakan model yang memberikan peluang bagi siswa yang cerdas untuk berbagi pengetahuan kepada rekannya yang lain, namun sekaligus siswa ini dilatih untuk bagaimana menghargai temannya sebagai mitra kerja dalam kelompok itu. Model pembelajaran
3
kooperatif ini akan diujicobakan pada siswa kelas 2 untuk mata pelajaran IPA. Siswa kelas 2 dipilih menjadi subyek penelitian, karena secara psikologis, siswa pada usia ini sangat menuntut perhatian dimana egonya yang lebih banyak tampil daripada keinginan untuk bekerjasama. Tetapi pada sisi lain, pada kelompok usia ini, keinginan untuk mencari tahu pada dunia di sekitar dirinya sangat besar. Didasarkan pada kenyataan demikian, penulis memilih model pembelajaran kooperatif untuk diajarkan dengan pemikiran bahwa hasil akhir dari penerapan model pembelajaran ini adalah siswa belajar bekerjasama, berbagi dan menghargai, sehingga dapat mengurangi sifat individualisnya, namun disisi lain, siswa juga mendapatkan pengetahuan – karena rasa ingin tahunya. Pada penelitian ini, penulis memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Aronson (dalam Isjoni, 2007) mengatakan Esensi dari Jigsaw adalah suatu model cooperative learning dimana tiap siswa dalam kelompok memiliki satu potongan gambaran informasi khusus yang masing-masing berbeda, kemudian ia bertanggungjawab untuk mengajarkannya kepada teman satu kelompoknya. Ketika seluruh gambaran informasi ini bergabung, siswa telah memiliki satu puzzle utuh (dinamakan jigsaw). Berangkat dari esensi yang demikian, maka Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang tidak saja mendorong terjadinya kerjasama, namun mendorong bagaimana siswa menjadi kreatif, menggunakan kemampuan kognisi maupun imajinasinya demi menyatukan masingmasing potongan gambar itu. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini, dalam hipotesis penulis tepat untuk dijadikan sebagai model pembelajaran pada siswa kelas 2 berdasarkan pertimbangan yang telah disampaikan di atas. Berdasarkan pemaparan di atas, maka melalui penelitian ini penulis mengajukan judul penelitian yaitu: “Upaya Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa dengan Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas 2 SDN 08 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2013/2014.”
4
1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Motivasi Belajar Bagaimana Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dengan Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas 2 SDN 08 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2013/2014. 1.2.2. Prestasi Belajar Bagaimana Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas 2 SDN 08 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2013/2014.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Motivasi Belajar Meningkatkan
Motivasi
Belajar
Siswa
dengan
Menerapkan
Model
Cooperative Learning Tipe Jigsaw Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas 2 SDN 08 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2013/2014. 1.3.2. Prestasi Belajar Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas 2 SDN 08 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2013/2014.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian terdiri dari dua, yaitu: 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkayah khazanah keilmuan, dalam hal ini ilmu pendidikan, tentang model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
1.4.2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini kiranya bermanfaat pada: a. Guru Memberikan masukan bagi guru tentang penerapan model pembelajaran yang efektif, dimana model pembelajaran ini diharapkan efektif dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dan pada mata pelajaran lainnya khususnya mata pelajaran IPA.
5
b. Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah tentang penerapan model pembelajaran yang efektif, dimana model pembelajaran ini diharapkan efektif dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dan pada mata pelajaran lainnya khususnya mata pelajaran IPA. c. Siswa Agar siswa menjadi lebih termotivasi dan meningkatkan kerjasama demi meningkatkan prestasi belajarnya pada mata pelajaran IPA maupun pada mata pelajaran lainnya.