BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi di Indonesia saat ini sangatlah pesat, sehingga memudahkan kita untuk mendapatkan akses informasi dengan cepat. Sekarang semua informasi dapat diakses dalam hitungan detik dengan menggunakan media internet. MarkPlus Insight Netizen Survei menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet di indonesia telah mencapai 61 juta orang pada tahun 2012. Jumlah itu membuat persentase pengguna internet dibanding jumlah penduduk adalah 23,5%, jumlah pengguna internet di Indonesia akan terus meningkat menurut penelitian dari Boston Consulting Group, sampai dengan angka tiga kali lipat di tahun 2015 dibandingkan tahun 2010. Pengguna internet bukan hanya orang dewasa, namun anak-anak dan remaja sekarang dapat dengan mudah mengakses internet. Menurut data terbaru dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), saat ini sedikitnya ada 30 juta anak dan remaja di Indonesia yang menggunakan internet. Handphone menjadi sumber akses internet terbesar kedua setelah warnet bagi anak usia 15-19 tahun yakni sebesar 19 persen, sedangkan mengakses di rumah hanya sebesar 13 persen. Mengakses internet di sekolah sebesar 10 persen dan sisanya adalah mengakses menggunakan WiFi dari laptop menurut penelitian dari Yahoo dan Taylor Nelson Sofres (TNS ) pada tahun 2009. Jumlah pengguna internet terbanyak terpusat pada kota-kota besar di Indonesia seperti DI Yogyakarta, Jakarta, dan Banten, dengan persentase mencapai hampir 90 persen. UNICEF bekerja sama dengan Kemkominfo, Berkman Center for Internet and Society, dan Harvard University mengadakan survei mengenai perilaku digital generasi muda di Indonesia, studi yang melibatkan 400 orang anak dan remaja berusia 10-19 tahun ini mengungkap adalah bahwa separuh dari anak dan remaja pengguna internet mengaku pertama kali belajar menggunakan internet bukan dari orang tua, tapi dari teman sebayanya. Struktur media di Indonesia juga telah berubah, khususnya
setelah meluasnya penggunaan ponsel di kalangan anak dan remaja. Internet semakin dekat dengan anak dan remaja, sehingga mereka tidak harus pergi ke warung internet atau menggunakannya di laboratorium komputer sekolah, untuk dapat terhubung ke dunia maya. Penelitian dari UNICEF bekerja sama dengan Kemkominfo, Berkman Center for Internet and Society, dan Harvard University ini juga menyoroti pihak orang tua dan guru sebagai orang dewasa, yang dinilai mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan anak-anak mereka, dalam hal penguasaan dan penggunaan media digital. Ini menyebabkan anak-anak tidak berada dalam pengawasan penuh orang tua ketika mereka terjun di dunia maya. Tampaknya, masih sedikit orang tua di Indonesia yang menyadari risiko internet bagi buah hati mereka. Anak-anak telah menjadi digital native, atau anak yang lahir di tengah-tengah kemajuan teknologi digital, sehingga telah akrab dengan dunia itu sejak dini. (Kominfo.go.id. (2014, 19 Februari). Kemkominfo: Kesenjangan Digital di Kalangan Anak dan Remaja Masih Tinggi .Diperoleh 18 Maret 2014, dari http://www.mizan.com/news_det/kemkominfokesenjangan-digital-di-kalangan-anak-dan-remaja-masih-tinggi.html) Menurut penelitian diatas, mereka masih belum mendapatkan sosialisasi atau pendidikan secara utuh mengenai penggunaan serta keamanan di dunia maya, yang kini menjadi tugas penting bagi seluruh pihak, baik itu pemerintah, orang tua, ataupun guru, untuk melindungi generasi penerus bangsa. Dibalik manfaat dari penggunaan internet, terdapat juga sisi negatif terkait dengan mudahnya akses internet yaitu terpaparnya pornografi pada anak dan remaja. Anak menurut Undang Undang no 32 tahun 2002 tentang perlindungan anak adalah “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”, sedangkan arti Pornografi dalam UU No. 44 tahun 2008 diartikan sebagai “gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. (Supeno, Hadi, Kriminalisasi Anak : tawaran gagasan radikal peradilan anak tanpa pemidanaan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010). Materi pornografi tidak perlu diakses, namun produk-produk materi tersebar luas di seantero negeri melalui berbagai media yang ada. Banyak isi
media elektronik dan cetak yang bisa diakses anak-anak, tetapi sebenarnya mengandung unsur pornografi. Pornografi bisa ‘mendatangi’ anak anak kita melalui games, internet, majalah, internet, komik, TV dan DVD. (Edy, Ayah, Membangun indonesia yang kuat dari keluarga, Renungan untuk ayah dan bunda, Penerbit PT. Tangga Pustaka, 2012). Menurut studi "Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia" dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama UNICEF, lebih dari separuh responden (52%) menemukan konten pornografi via iklan vulgar maupun situs yang tidak mencurigakan. Penelitian ini berlangsung pada 2011 dan 2012 dan melibatkan 400 anak dan remaja usia 10-19 tahun di daerah perkotaan dan pedesaan di 11 provinsi. (Nanien Yuniar, (2014, 18 Februari), Mayoritas anak tak sengaja buka situs porno. Diperoleh 19 Maret 2014, dari http://www.antaranews.com/berita/419716/mayoritas-anak-tak-sengaja-buka-situsporno) Berdasarkan riset yang dilaksanakan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati sejak tahun 2008 hingga 2010, terdapat sebanyak 67 persen dari 2.818 siswa sekolah dasar (SD) kelas 4, 5, dan 6 di wilayah Jabodetabek mengaku pernah mengakses konten pornografi. Sekitar 24 persen mengaku melihat pornografi melalui media komik. Selain itu, sekitar 22 persen melihat pornografi dari situs internet, 17 persen dari games, 12 persen melalui film di televisi, dan enam persen lewat telepon genggam. Paparan pornografi yang diterima oleh anak sangat berbahaya, anak bisa menjadi penasaran lalu bukan tak mungkin yang akan terjadi adalah anak sampai pada tahap meniru dan mempraktekannya. Anak-anak mudah sekali meniru. Mereka akan bertingkah laku sesuai dengan apa yang mereka lihat dan mencontoh dari orang dewasa. (Manai, Evi, Kak Seto Sahabat anak anak, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2001)
Bahaya pornografi tidak sampai disini saja, Ahli bedah otak dari Amerika Serikat, dr Donald Hilton Jr, mengatakan bahwa pornografi sesungguhnya merupakan penyakit karena mengubah struktur dan fungsi otak, atau dengan kata lain merusak otak. (Hasto Prianggoro/Tabloid Nova, (7 November 2012), Bagaimana Pornografi merusak otak anak?,
Diperoleh
20
Maret
2014,
dari
http://female.kompas.com/read/2012/11/07/09592136/Bagaimana.Pornografi.Merusak .Otak.Anak.). "Banyak orang yang mengabaikan dampak pornografi, padahal efek
negatifnya lebih besar daripada narkoba dalam hal merusak otak. Tak hanya itu, pecandu pornografi juga lebih sulit dideteksi ketimbang pecandu narkoba," ujar Dr Mark B. Kastlemaan, pakar adiksi pornografi dari USA, dalam acara 'Seminar Eksekutif Penanggulangan Adiksi Pornografi' di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Senin (27/9/2010).
Pornografi dapat menyebabkan kecanduan dan yang tidak diketahui banyak orang, jika mengkonsumsi narkoba hanya merusak tiga bagian otak saja, sementara jika menonton film porno akan ada lima bagian otak yang terserang (Edy, Ayah, Membangun indonesia yang kuat dari keluarga, Renungan untuk ayah dan bunda, Penerbit PT. Tangga Pustaka, 2012). “Anak dan Remaja yang kecanduan pornografi akan mengalami gangguan perilaku dan kemampuan intelegensia, merasa senang bila melihat materi pornografi”, kata Ketua Divisi Neurologi Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Yetti Ramli. Ahli bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton Jr., menjelaskan, kecanduan mengakibatkan otak bagian tengah depan (ventral tegmental area) mengecil. Kecanduan pornografi sama prosesnya dengan kecanduan kokain dan zat adiktif
lain.
Paparan
pornografi
menyebabkan
perubahan
konstan
pada
neurotransmitter dan melemahkan fungsi kontrol. Seseorang yang kecanduan pornografi tak bisa mengontrol perilaku seksnya dan mengalami gangguan memori. Kondisi ini tidak terjadi segera, tetapi melalui tahapan dan ditandai tindakan impulsif kecanduan perubahan perilaku.
Kerusakan otak akibat kecanduan ini lebih berat dibandingkan dengan jenis kecanduan lain karena kecanduan pornografi tidak hanya memperngaruhi fungsi luhur otak, tetapi juga merangsang tubuh, fisik dan emosi diikuti perilaku seksual. Penyusutan sel otak yang memproduksi dopamin, zat kimia pemicu rasa senang, itu mengacaukan kerja neurotransmitter, pengirim pesan. (Adji, Nur, Menyayangi otak, menjaga kebugaran, mencegah penyakit, memilih makanan, Penerbit Buku Kompas, 2011). Bagian otak yang pertama dirusak adalah prefontal cortex yang letaknya dikanan atas mata, Bagian tersebut merupakan bagian otak yang mengontrol moral dan nilai, pengontrolan diri, dan pengambilan, yang baru matang pada usia 25 tahun. Bagian inilah yang membedakan antara manusia dan binatang. Hanya manusia yang memiliki prefontal cortex ini, karena hewan tidak dapat memegang teguh nilai moral
dan nilai. Pornografi membuatnya menciut dan merusak. (Elly Risman, M.Psi., Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati).
Mark Kastleman, penulis buku The Drugs of the New Millenium, memberi nama pornografi sebagai visual crack cocaine atau narkoba lewat mata. Pada pecandu pornografi, otak akan merangsang produksi dopamin dan endorfin, yaitu suatu bahan kimia otak yang membuat rasa senang dan merasa lebih baik. Dalam kondisi normal, zat-zat ini akan sangat bermanfaat untuk membuat orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik. Tapi dengan pornografi, otak akan mengalami hyper stimulating (rangsangan yang berlebihan), sehingga otak akan bekerja dengan sangat ekstrem kemudian mengecil dan rusak. "Pada dasarnya orang yang kecanduan pornografi merasakan hal yang sama dengan pecandu narkoba, yaitu ingin terus memproduksi dopamin dalam otak. Tapi pecandu pornografi bisa memenuhi 'kebutuhan' barunya itu dengan lebih mudah, kapan pun dimanapun, bahkan melalui handphone. Akhirnya, ini akan lebih sulit dideteksi dan diobati ketimbang adiksi narkoba," Kastleman yang juga merupakan Kepala Edukasi & Training Officer for Candeo, perusahaan riset, teknologi dan pelatihan untuk penyembuhan adiksi secara online yang berpusat di Amerika Serikat juga menyebutkan bahwa adiksi pornografi pada anak tidak terlepas dari bisnis pornografi yang memang menyasar anak-anak sebagai target pasar. (Merry Wahyuningsih, (2010, 10 September), Kecanduan pornografi lebih merusak otak daripada
narkoba,
Diperoleh
19
Maret
2014,
dari
http://health.detik.com/read/2010/09/27/141945/1449452/763/2/kecanduanpornografi-lebih-merusak-otak-daripada-narkoba).
Kerusakan
otak
orang
yang
kecanduan (adiksi) pornografi jika dilihat dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging) sama persis dengan kerusakan otak orang yang mengalami kecelakaan ferrari dengan kecepatan sangat tinggi (Dr.Donald Hilton Jr, Psikoterapis dan Ahli Neurosurgical dari University of Texas).
Sudah banyak sekali kasus pornografi yang terjadi di Indonesia, seperti kasus perkosaan di Tasikmalaya anak berumur belasan tahun perkosa ayam sampai ratusan dan belasan domba, kasus PSK berumur 60 tahun yang pelanggannya adalah anak SD dan SMP dan salah satunya adalah kasus yang sedang marak adalah kasus video mesum yang dilakukan oleh murid SMPN 4 yang dimana pelakunya adalah langganan juara fisika dan penonton videonya adalah anggota OSIS dan Rohis. Berdasarkan
fakta diatas, bisa dilihat bahwa pelaku video mesum tidak bodoh, hanya mereka sudah terpapar pornografi dan sudah masuk kedalam tingkatan mempraktikkan (acting out). Berdasarkan pembahasan diatas, peranan orang tua sangat lah penting dalam pengawasan anak agar tidak terpapar pornografi, karena rata-rata anak usia belia mengakses lewat media yang ada di sekitarnya seperti komik, internet, game, tv, film, majalah, koran dan handphone. Banyak orang tua yang memberi anak fasilitas handphone berspesifikasi tinggi tetapi
gagap teknologi, membelikan anak
gadget/perangkat teknologi tanpa tahu dampak negatifnya, tanpa penjelasan, dan tanpa persyaratan untuk anak. (Edy, Ayah, Membangun indonesia yang kuat dari keluarga, Renungan untuk ayah dan bunda, Penerbit PT. Tangga Pustaka, 2012). "Paparan konten pornografi itu terutama ketika muncul secara tidak sengaja atau dalam bentuk iklan yang bernuansa vulgar ketika mereka membuka internet, pihak orangtua mungkin ketinggalan dari anak-anak mereka dalam hal menguasai dan menggunakan media digital, sedikit dari orangtua yang mengawasi anak-anak mereka ketika mengakses internet, dan sedikit yang menjadi 'teman' anaknya dalam jejaring sosial," kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenkominfo Gatot S Dewa Broto di Jakarta, Selasa (19/2). (Antara, (2014, 19 Februari), Mayoritas anak akses situs porno
tanpa
sengaja,
Diperoleh
17
Maret
2014,
dari
http://www.republika.co.id/berita/trendtek/internet/14/02/19/n17e9w-mayoritas-anakakses-situs-porno-tanpa-sengaja ). Orang tua harus mengarahkan kepada anak bahwa teknologi itu penting, tetapi anak harus tahu manfaat dan mudharatnya, harus bisa memelihara pandangan dan anak harus tahu hukuman dan akibat dari membuka hal tersebut (Elly Risman. M.Psi., Psikolog Yayasan Kita dan Buah Hati). Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan perancangan dan mengambil judul “Perancangan kampanye peranan orang tua terhadap pencegahan pornografi pada anak”
1.2
Identifikasi Masalah Penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1.
Banyaknya anak anak yang tanpa sadar sudah terpapar pornografi sejak usia dini.
2.
Orang tua masih belum mendapatkan sosialisasi atau pendidikan secara utuh tentang bahaya pornografi.
3.
Kurangnya peranan dan kesadaran orang tua dalam pengawasan kepada anak agar tidak terpapar pornografi.
1.3
Rumusan Masalah Dari pengidentifikasian masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan berupa sebuah pertanyaan yaitu sebagai berikut
1.
Bagaimana cara yang tepat untuk meningkatkan kesadaran orangtua mengenai pentingnya memberikan pendidikan seksual usia dini guna mencegah terpaparnya pornografi pada anak?
2.
Bagaimana cara yang tepat untuk menginformasikan kepada orangtua mengenai bahaya pornografi dan pentingnya pendidikan seksual usia dini melalui kampanye sosial?
1.4
Ruang Lingkup Dalam pengerjaan tugas akhir ini, ruang lingkup dari penelitian dan perancangan kampanye sosial ini adalah : 1. Apa Kampanye sosial peranan orang tua terhadap pencegahan pornografi pada anak melalui pendidikan seks usia dini yang akan dilakukan pada orang tua. 2. Bagian Mana Perancangan kampanye sosial berupa kegiatan penyuluhan kepada orangtua serta media-media pendukung seperti poster, flyer, mug, stiker, dan media sosial Facebook & website. 3. Siapa Segmen dari kampanye ini yaitu orang tua karena orangtua adalah orang yang paling utama dan pertama bertanggung jawab terhadap perkembangan anak.
4. Tempat Kampanye ini akan diadakan dalam waktu 6 bulan mulai dari tanggal 1 Juli 2014 hingga 31 Desember 2014, kampanye ini akan dilaksanakan melalui seminar di seluruh wilayah dki jakarta yang bertempat pada pusat perbelanjaan setiap akhir pekan selama 1 bulan 2 kali dan selanjutnya kampanye akan dilakukan secara digital. Penyelanggara kampanye ini adalah KPAI dan bekerja sama dengan Yayasan Kita dan Buah Hati dan Aliansi Selamatkan Anak Indonesia. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan januari - april 2014, sedangkan perancangan kampanye dilaksanan mulai juli - desember 2014. Pelaksanaan kampanye sosial ini akan dimulai pada bulan Juli 2014 hinggga desember 2015 yang mana dengan kata lain dilaksanakan dalam periode 6 bulan. 1.5
Tujuan perancangan Untuk meningkatkan kesadaran pada orangtua akan pentingnya peranan orang tua terhadap pencegahan pornografi pada anak dan untuk menginformasikan kepada anak mengenai pencegahan pornografi melalui pendidikan seksual pada usia dini.
1.6
Cara pengumpulan data dan analisis 1. Pengumpulan data Data Primer 1. Wawancara dengan psikolog & ASA Indonesia (Aliansi Selamatkan Anak Indonesia), dan Yayasan Kita dan Buah Hati 2. Kuesioner yang diberikan kepada orangtua berumur 25-35 tahun. 3. Observasi melalui Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Data Sekunder 1.Studi Kepustakaan 1.
Studi kepustakaan merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data yang dilakukan penulis, dengan mempelajari buku-buku, literatur dan catatan perkuliahan yang berhubungan dengan topik laporan tugas akhir.
2. Data yang diambil dari website sebagai tambahan.
2. Analisis data
Penulis melakukan analisis melalui teori AIDA dan analisis matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) I.7
Kerangka Perancangan Kurangnya peran orang tua dalam pencegahan pornografi pada anak Kampanye sosial
Ide Media Komunikasi yang tepat dan efektif
Kampanye sosial pencegahan pornografi pada anak melalui pendidikan seks usia dini
Kurangnya kesadaran orang tua dalam pentingnya memberikan pendidikan seks sejak dini guna mencegah anak dari bahaya pornografi Sponsor: Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Orangtua semakin sadar pentingnya memberikan pendidikan seks usia dini guna mencegah bahaya pornografi
Bagan 1 Kerangka Perancangan Sumber : Dokumen Pribadi
1.8
Pembabakan Penulisan laporan perancangan tugas akhir ini terbagi atas lima bab yang secara umum di uraikan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN Pendahuluan dari topik yang diangkat dalam makalah tugas akhir ini. Dimulai dari latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan, hingga pembabakan BAB II : DASAR PEMIKIRAN
Dasar pemikiran dari teori-teori yang relevan untuk digunakan untuk melakukan permasalahan yang dibahas yaitu perancangan strategi kampanye, konsep strategi kampanye, pengertian kampanye. BAB III : DATA DAN ANALISIS MASALAH Bab ini menjelaskan sumber data dan analisis yang diuraikan sebagai berikut : Data : -
Data tentang pornografi, bahaya pornografi
-
Data Khalayak Sasaran : Demografis, Psikografis, Perilaku Target Audience
-
Data hasil observasi, wawancara, dll.
Analisis BAB IV : KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN Bab ini berisikan : -
Konsep Pesan/ ide besar, konsep kreatif (pendekatan), konsep strategi
kampanye, konsep media (perencanaan media), konsep visual. -
Konsep Strategi Kampanye yang digunakan.
-
Hasil perancangan mulai dari sketsa hingga penerapan pada media.
BAB V : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran untuk hasil perancangan yang telah dilakukan.