BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Gejolak krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian
dunia. Krisis global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin dirasakan dampaknya ke seluruh dunia, termasuk negara berkembang pada tahun 2008. Sejumlah kebijakan yang sangat agresif di tingkat global telah dilakukan untuk memulihkan perekonomian. Di Amerika Serikat, sebagai episentrum krisis, kebijakan pemerintah baru yang menempuh langkah serius untuk mengatasi krisis, menjadi faktor positif yang dapat mengurangi pesimisme akan resesi yang berkepanjangan dan risiko terjadinya depresi. Sementara itu, kemauan negaranegara industri maju lainnya untuk berkoordinasi dalam kebijakan pemulihan ekonomi juga diharapkan dapat meningkatkan keyakinan pelaku pasar. Namun, proses
berbagai
lembaga
keuangan
memperbaiki
struktur
neracanya
(deleveraging) yang diperkirakan masih terus berlangsung, serta dampak umpan balik dari sektor riil ke sektor keuangan, menyebabkan risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan global masih tinggi (http://www.bi.go.id). Kini pertumbuhan ekonomi di Indonesia sudah mencapai 7% dan mungkin akan bertambah apabila semua pihak mau bekerja lebih keras lagi dalam meningkatkan pertumbuhannya (http://economy.okezone.com). Akan tetapi kita harus tetap waspada terhadap krisis ekonomi yang berasal dari luar negeri, karena krisis tidak selalu berasal dari dalam negeri tapi juga bisa berasal dari negara paling maju, seperti yang telah dialami oleh Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa (http://www.antaranews.com). Dalam mengatasi masuknya krisis dari luar negeri dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, industri perbankan memegang peranan penting dalam hal ini. Industri perbankan adalah salah satu industri yang ikut berperan serta dalam pasar modal, disamping industri lainnya seperti industri manufaktur, pertanian, pertambangan, properti dan lain- lain. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary)
1
2
antara pihak- pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran (Dendawijaya,2000:25). Pada dasarnya falsafah yang melandasi kegiatan usaha bank adalah kepercayaan dari nasabah. Sebagai lembaga kepercayaan, bank dalam operasinya lebih banyak menggunakan dana masyarakat dibandingkan dengan modal sendiri dari pemilik atau pemegang saham. Oleh karena itu, pengelola bank dalam melakukan usahanya dituntut untuk menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan kebutuhan modal yang memadai sesuai dengan jenis penanamannya. Salah satu yang harus diperhatikan oleh pengelola bank adalah tingkat kesehatan bank tersebut. Penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian hasil usaha bank dalam kurun waktu tertentu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penilaian tersebut disertai dengan pengawasan dari Bank Indonesia yang terdiri dari pengawasan tidak langsung dan pengawasan langsung (Bank Indonesia, 2010:3). Salah satu yang menjadi dasar penilaian tingkat kesehatan bank yaitu dengan melakukan analisis CAMEL. Seperti yang tertuang dalam UndangUndang No.10 Tahun 1998 bahwa penilaian tingkat kesehatan bank meliputi aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, kualitas manajemen, rentabilitas, dan likuiditas atau yang lebih dikenal dengan analisis CAMEL yaitu Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity. Analisis CAMEL merupakan faktor yang sangat menentukan predikat kesehatan suatu bank. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain, sehingga secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan. Dalam melakukan penilaian tersebut, data yang dibutuhkan adalah laporan dan
keuangan posisi
bank.
keuangan
Laporan yang
keuangan
disajikan
menunjukkan
untuk
informasi
pihak-pihak
yang
berkepentingan termasuk untuk melakukan penilaian tingkat kesehatan bank tersebut. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Tahun 2004 No 1, tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi
tentang posisi
keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna
laporan
keuangan
dalam rangka membuat
3
keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Salah satu pengguna informasi laporan keuangan adalah investor. Kepentingan pokok investor terhadap laporan keuangan perusahaan adalah untuk mengetahui seberapa menguntungkan suatu perusahaan dikaitkan dengan investasi mereka pada perusahaan tersebut. Pada dasarnya para investor tertarik untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk saham karena saham menjanjikan tingkat keuntungan yang tinggi baik finansial maupun non finansial. Keuntungan finansial yang didapat berupa dividend dan capital gain, sedangkan keuntungan non finansial berupa memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. Investasi saham selain menjanjikan tingkat keuntungan yang tinggi juga mengandung tingkat resiko yang tinggi pula sesuai dengan prinsip investasi yaitu high risk high return, low risk low return. Investor akan selalu mengharapkan mendapat keuntungan yang memadai dengan tingkat resiko yang dapat dipastikan dari investasi yang ditanamkannya. Namun, dalam dunia usaha yang sebenarnya, semua investasi mengandung ketidakpastian atau resiko. Investor tidak tahu pasti hasil yang akan diperoleh dari investasinya, akan tetapi investor dapat memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya tersebut, serta berapa jauh penyimpangan hasil yang sebenarnya dengan hasil yang diharapkan. Untuk mengurangi resiko dalam investasi saham, dibutuhkan informasi yang akurat, aktual, dan transparan berkenaan dengan perusahaan. Investor dalam melakukan jual beli saham dipengaruhi faktor makro maupun mikro perusahaan. Faktor makro merupakan faktor eksternal perusahaan, antara lain tingkat inflasi, kurs rupiah, keadaan perekonomian dan sosial politik negara. Sedangkan faktor mikro merupakan faktor internal perusahaan yang mempengaruhi perdagangan saham antara lain harga saham, tingkat resiko, tingkat keuntungan yang diperoleh serta kinerja perusahaan itu sendiri. Dengan informasi tersebut investor dapat memperkirakan tingkat keuntungan yang akan diperoleh serta dapat memilih saham dan perusahaan yang cocok dan paling menguntungkan.
4
Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik. Sebaliknya apabila semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya akan semakin bergerak turun. Harga saham sendiri adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di bursa (pasar sekunder). Harga saham pada sektor perbankan sendiri selalu mengalami fluktuasi seiring dengan perkembangan isu dan gejala ekonomi yang terjadi di dunia ekonomi. Disamping itu harga saham ditentukan juga oleh kinerja yang dicapai oleh suatu bank. Untuk menilai kinerja suatu bank dapat dilakukan melalui analisis CAMEL, yaitu analisis yang menilai lima aspek kesehatan dari suatu bank yang terdiri dari aspek Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity. Rasio keuangan pada analisis CAMEL yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) untuk aspek Capital, Non Performing Loan (NPL) untuk aspek Asset, Return On Equity (ROE) untuk aspek Earning, dan Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk aspek Liquidity. Berikut disajikan tabel CAR, NPL, ROE, LDR dan harga saham dua bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tabel 1.1 Data CAR, NPL, ROE, LDR dan Harga Saham Nama Perbankan PT. Bank Mandiri PT. Bank Rakyat Indonesia
Tahun 2006 2007 2008 2006 2007 2008
CAR (%) 25,3 21,1 15,7 18,82 15,84 13,18
NPL (%) 5,90 1,50 1,10 4,81 3,44 2,80
ROE (%) 10,0 15,8 18,1 33,75 31,64 34,50
LDR (%) 57,2 54,3 59,2 72,53 68,80 79,93
Harga Saham 2900 3500 2025 5150 7400 4575
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat pada PT. Bank Mandiri, tahun 2006 dan 2007 CAR dan NPL mengalami penurunan, dimana CAR dari 25,3% menjadi 21,1% dan NPL dari 5,9% menjadi 1,5% namun diikuti dengan kenaikan harga saham yaitu dari angka 2900 menjadi 3500. Pada PT. Bank Rakyat Indonesia, tahun 2007 dan 2008 nilai ROE dan LDR mengalami kenaikan, dimana ROE dari
5
31,64% menjadi 34,50% dan LDR dari 68,80% menjadi 79,93%, namun diikuti dengan penurunan harga saham yaitu dari angka 7400 menjadi 4575. Dengan melihat
kenyataan diatas, dimana pergerakan harga saham
terkadang bergerak positif atau bahkan sebaliknya dibanding dengan rasio-rasio yang mewakili 4 aspek kuantitatif dari penilaian tingkat kesehatan bank atau yang biasa disebut dengan analisis CAMEL, maka penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh dari rasio-rasio tersebut terhadap harga saham. Sehingga penulis mengambil judul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Harga Saham di Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2005-2009.”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) , Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2009.
2.
Bagaimana perkembangan Harga Saham pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2009.
3.
Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) , Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) baik secara parsial maupun secara simultan terhadap Harga Saham pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2009.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data,
mencari dan mendapatkan informasi serta menambah literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian khususnya dalam rangka untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan
6
(NPL) , Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap harga saham pada sektor perbankan. Selain itu, penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menempuh Ujian Sidang dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk menganalisis perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) , Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2009.
2.
Untuk menganalisis perkembangan Harga Saham pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2009.
3.
Untuk menganilisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) , Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) baik secara parsial maupun secara simultan terhadap Harga Saham pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2009.
1.4
Batasan Penelitian Penelitian mengenai pengaruh CAR, NPL, ROE dan LDR terhadap harga
saham perusahaan mengambil empat dari lima aspek penilaian tingkat kesehatan bank (Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity / CAMEL). Namun karena adanya keterbatasan data yang didapatkan dari perusahaan dan ruang lingkup bahasan penelitian yang diambil penulis adalah manajemen keuangan yang bersifat kuantitatif yaitu berupa rasio-rasio keuangan, maka penilaian tingkat kesehatan bank dari aspek manajemen tidak dapat dilaksanakan karena aspek ini bersifat kualitatif. Dengan demikian penilaian tingkat kesehatan bank ini hanya meliputi dan didasarkan pada aspek Capital yaitu dengan menggunakan CAR, Asset menggunakan NPL, Earning diukur dengan ROE, dan Liquidity diukur dengan menggunakan LDR.
7
1.5
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.
Pihak Bank, penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu pegangan dalam mengambi kebijakan yang menyangkut tingkat kesehatan bank terhadap harga sahamnya.
2.
Penulis, disamping berguna sebagai bahan penyusunan skripsi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman serta dapat menerapkan pengetahuan secara teoritis yang didapat tentang praktekpraktek dalam analisis perubahan harga saham.
3.
Pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi pembacanya terutama mengenai CAR, NPL, ROE, dan LDR yang terjadi di bank.
1.6
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian di Indonesia
sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan perekonomian selalu membutuhkan jasa bank. Secara umum bank adalah suatu badan usaha yang memiliki wewenang dan fungsi untuk menghimpun dana masyarakat umum untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana tersebut. Hal tersebut juga dijelaskan dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang menyatakan bahwa : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.” Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa bank adalah sebuah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman atau kredit.
8
Perkreditan merupakan kegiatan utama bank karena dengan menyalurkan kredit kepada debitur, bank memperoleh bunga yang merupakan sumber utama pendapatan bank. Oleh karena itu pemberian kredit harus dapat dikelola dengan baik. Di dunia perbankan, pengukuran tingkat kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan. Menggunakan laporan keuangan untuk menganalisis kinerja suatu bank akan menghasilkan interpretasi yang valid dan menggambarkan posisi keuangan yang sesungguhnya. Pengertian laporan keuangan menurut Darsono dan Ashari (2005:4) sebagai berikut: “Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang disebut dengan siklus akuntansi. Laporan keuangan menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode.” Melalui data yang terdapat pada laporan keuangan inilah penilaian kesehatan bank dilakukan. Tingkat kesehatan suatu bank merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian di suatu negara. Oleh karena itu Bank Indonesia merasa perlu menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan harapan kondisi perbankan di Indonesia selalu dalam keadaan sehat, sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Dimana definisi tingkat kesehatan bank menurut Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 sebagai berikut : “Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi/kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan/atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar.”
9
Penilaian tingkat kesehatan suatu bank dikenal dengan analisis CAMEL. Dalam CAMEL terdapat lima karakteristik penilaian, yaitu : Modal, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Rentabilitas, dan Likuiditas. Salah satu kriteria penilaian tingkat kesehatan bank adalah kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut Susilo, dkk. (2007:27), definisi CAR sebagai berikut : “Capital Adequacy Ratio yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).” Mengingat pentingnya fungsi modal bagi setiap bank, maka manajemen harus memperhatikan dengan baik penyediaan dan pengelolaan modal tersebut, prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking) yang juga dianut dalam Surat Keputusan Bank Indonesia No.23/67/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 (PakFeb’91) yang kembali dipertegas melalui Peraturan Bank Indonesia No.3/21/PBI/2001 mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank. BI menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan rasio perbandingan dari modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) sebesar 8%. Bagi bank yang memiliki CAR dibawah 8% harus segera memperoleh perhatian khusus dan penanganan yang serius untuk segera diperbaiki. Dimana menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:562), CAR merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan
kemampuan
manajemen
bank
dalam
mengidentifikasi,
mengukur,
mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap kinerja suatu bank dalam menghasilkan keuntungan, dan menjaga besarnya modal yang dimiliki. Kinerja bank yang baik akan menarik pihak investor untuk menanamkan modalnya di bank tersebut berupa saham dan otomatis akan membuat harga saham bank tersebut menjadi lebih baik. Maka semakin baik rasio kecukupan modal (CAR), semakin baik pula harga saham yang merupakan nilai dari perusahaan tersebut.
10
Selain itu, kegiatan perkreditan merupakan kegiatan utama bank karena dengan menyalurkan kredit kepada debitur, bank memperoleh bunga yang merupakan sumber utama pendapatan bank. Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menguntungkan adalah apabila kredit yang diberikan ternyata menjadi kredit bermasalah (Non Performing Loan). Hal ini disebabkan karena kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok kredit beserta bunganya yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit. Pengertian Non Performing Loan menurut Mahmoeddin (2002:2) : “Non Performing Loan adalah kredit yang tidak menepati jadwal angsuran sehingga terjadi tunggakan.” Secara luas Non Performing Loan didefinisikan sebagai suatu kredit dimana pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban minimum yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk memperoleh pelunasan atau bahkan tidak dapat ditagih. Tingkat Non Performing Loan (NPL) yang boleh dimiliki yaitu maksimal sebesar 5%. Apabila semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk likuiditas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar pula, yaitu kerugian yang diakibatkan oleh tingkat pengembalian kredit macet. Hal ini akan menyebabkan pencapaian laba perusahaan yang rendah dan secara umum akan berpengaruh terhadap ketertarikan investor dalam membeli saham bank tersebut yang akan mempengaruhi pergerakan harga saham. Tetapi dalam kenyataannya, NPL tidak berpengaruh signifikan dan hanya menjadi informasi tambahan bagi investor dalam membuat keputusan investasinya seperti yang dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fanny (2008) dan Rosdiana (2010) menyatakan bahwa NPL secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan. Penilaian tingkat kesehatan bank lainnya adalah menggunakan rasio profitabilitas. Menurut Gitman (2006:7) rasio profitabilitas merupakan tolak ukur untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dalam mengukur tingkat profitabilitas dalam penelitian ini, penulis memilih untuk
11
menggunakan rasio Return on Equity (ROE). ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat laba yang digunakan untuk investasi pemegang saham, dengan kata lain ROE mengukur seberapa efektif dari modal yang ditanamkan dalam menghasilkan laba di setiap investasi yang dilakukan oleh manajer keuangan. Dengan demikian jika ROE suatu perusahaan tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi pemegang saham yang akan menjadi daya tarik bagi investor dan akan mempengaruhi pergerakan harga saham. Pihak perbankan juga dituntut untuk menjaga likuiditas bank disamping memperhatikan ketiga aspek diatas. Untuk menjaga likuiditas bank tetap dalam kondisi sehat, maka bank diharuskan menjaga Loan to Deposit Ratio (LDR) pada kisaran 85%-110%, seperti yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Bank Indonesia No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Menurut Dunil (2004:40) Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat didefinisikan sebagai berikut : ”Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan bank dengan dana bank.” LDR ini merupakan salah satu rasio likuiditas kesehatan bank. Dimana semakin tinggi rasio ini, menunjukkan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Simorangkir (2004:147) mengatakan bahwa bagi bank yang dapat menjaga likuiditasnya, membuat perusahaan tersebut terhindar dari kondisi bermasalah sehingga memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh profitabilitas yang optimal. Bank yang dapat menjaga likuiditasnya akan terhindar dari kondisi bermasalah yang membuat citra perusahaan akan semakin baik, sehingga memungkinkan nilai perusahaan tersebut akan semakin baik pula yaitu dengan meningkatnya harga saham. Pengertian saham sendiri menurut (wikipedia.com) adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Tingkat kesehatan dan juga kinerja dari bank
12
menjadi faktor yang sangat mempengaruhi pergerakan nilai saham perusahaan disamping faktor-faktor lainnya. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut : Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Bank
Laporan Keuangan Bank
Analisis Laporan Keuangan
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Capital
Asset
CAR
NPL
Management
Earning
Liquidity
ROE
LDR
Harga Saham Keterangan : Variabel yang diteliliti Variabel yang tidak diteliti
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan oleh penulis, maka penulis mengambil suatu hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut : 1.
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) , Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada sektor perbankan.
13
2.
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) , Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada sektor perbankan.
1.7
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan metode verifikatif. Pengertian metode deskriptif menurut Nazir (2003:54), yaitu : “ Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. “ Pengertian metode verifikatif menurut Marzuki (2002:7) adalah : ” Metode verifikatif merupakan metode yang bertujuan melakukan pengujian, hipotesis, pengaruh variabel X terhadap variabel Y, yang bertujuan untuk menguji suatu pengetahuan. “ Data yang diperoleh selama penelitian kemudian akan dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih terperinci, serta untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah analisis statistik parametrik berdasarkan data yang diperoleh. Analisis statistik parametrik yang digunakan yaitu analisis regresi dan korelasi linear berganda. Sedangkan hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini berupa hubungan ada atau tidaknya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel independen (variabel X) terhadap variabel dependen (variabel Y) secara langsung. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan atau korelasi antara kedua variabel tersebut, maka perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan metode korelasi pearson product moment (PPM) untuk korelasi parsial. Sedangkan untuk menguji hubungan variabel-variabel penelitian dapat menggunakan korelasi ganda (multiple correlation). Dan untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis, digunakan
14
statistik uji-t untuk korelasi secara parsial dan uji F untuk korelasi secara simultan.
1.8
Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian terhadap perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan secara tidak langsung ke perusahaan tetapi melalui penelitian ke pojok bursa Universitas Widyatama dan pojok bursa ITB untuk mendapatkan laporan tahunan perusahaan guna memperoleh data sekunder berupa laporan keuangan selama 4 tahun yaitu periode 2005-2009. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan Januari 2011.