BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun perkembangan perindustrian di Indonesia banyak terjadi persaingan yang ketat dalam segala bidang, baik yang bergerak dalam bidang usaha manufaktur maupun dalam bidang usaha jasa. Peningkatan efisiensi berarti
perusahaan
dalam
memproduksi
suatu
produk
harus
berusaha
meminimumkan penggunaan sumber daya yang dimiliki sehingga dapat meminimumkan biaya yang harus dikeluarkannya. Peningkatan efektivitas perusahaan berarti perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus seefektif mungkin. Semakin banyak perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam dunia perindustrian khususnya yang berhubungan dengan produk mesin, mulai dari mesin yang memiliki performance sederhana sampai yang terbaik. Harga dari produk tersebut juga bermacam-macam mulai dari yang murah sampai dengan yang mahal. Dengan mutu atau kualitas produk yang berbeda-beda maka konsumen diharapkan panda-pandai dalam menilai dan memilih produk yang berkualitas. Karena banyak perusahaan yang mempromosikan produknya dengan slogan-slogan, sehingga membuat konsumen tertarik untuk membelinya. PT. APM Surabaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan mebel, di perusahaan ini banyak mengunakan mesin-mesin untuk proses produksi. Seringnya terjadi cacat pada proses mesin sanding, ini merupakan salah satu penyebab proses tidak dapat berjalan continue. Hal ini disebabkan mesin sanding yang kurang memiliki performance yang handal. Dengan melihat permasalahan yang ada di PT. APM khususnya pada mesin sanding, maka peneliti ingin menganalisa dengan jalan bagaimana cara memilih mesin sanding yang handal agar proses produksi dapat berjalan secara continue dan menghasilkan produk yang berkualitas dan tidak banyak cacat
Tabel 1.1. Kecacatan Mesin Sanding Mesin Type
Jenis Kerusakan Dispet
I
Dispet terkikis
II
Dispet gembos
III
Dispet gupil
1.2. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu permasalahan yang dihadapi dalam penelitian yaitu bagaimana memilih mesin sanding yang memiliki performance terbaik.
1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisa dan mengevaluasi performance mesin sanding yang mempunyai value terbaik. 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan mesin sanding 2. Untuk memperoleh alternatif produk mesin sanding yang memiliki performace value terbaik.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : a) Bagi Konsumen 1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam memilih produk mesin sanding 2. Dapat memberikan hasil yang terbaik dalam proses pemilihan alternatif mesin sanding dengan nilai (value) yang tinggi dan biaya yang lebih rendah b) Bagi Penulis Untuk pendalaman sekaligus penerapan ilmu-ilmu yang diperoleh dibangku kuliah, sehingga penulis bisa mengetahui secara langsung tentang kegunaan dan manfaat ilmu yang diperoleh dibangku kuliah
c) Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapakan
penelitian
ini
dijadikan
bahan
pertimbangan
dalam
menyelesaikan masalah sejenis
1.5. Batasan Masalah Agar hasil penelitian dapat lebih terarah dan tidak melebar dari tujuan semula sehingga pemecahannya bisa berfokus, dilakukan pembatasan masalah antara lain : a) Responden adalah para ahli dari beberapa disiplin ilmu khususnya pada bidang mesin sanding b) Mesin yang akan dibandingkan adalah mesin sanding type I, II, dan III
1.6. Asumsi - Asumsi Beberapa asumsi yang dapat penulis berikan dalam penelitian ini adalah : a) Para ahli yang bertindak sebagai responden meliputi : 1. Pengguna atau pemakai mesin sanding 2. Pakar atau orang ahli dalam mesin sanding 3. Mekanik atau tukang service mesin sanding 4. Dealer yang menjual mesin sanding b) Selama penelitian proses produksi berjalan normal
1.7. Sistematika Pembahasan Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah : BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi-asumsi dan sistematika penyusunan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Menguraikan teori dan konsep yang dijadikan sebagai dasar atau landasan dalam penelitian, selain itu diuraikan pula rumusan-rumusan teoritis yang digunakan dalam pengolahan data
BAB III
METODE PENELITIAN Bab ini menerangkan tentang kerangka penelitian, identifikasi variabel, metode pengumpulan data, pengujian data, metode pengolahan data dan langkah-langkah penyelesaian masalah
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab
ini
berisi
data-data
yang
dibutuhkan
untuk
menjawab
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI Bab ini merupakan pembahasan dari data-data yang dikumpulkan pada BAB IV dan digunakan sebagai dasar/landasan untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
BAB VI
PENUTUP Dalam bab ini menjelasakan tentang kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan yang dilakukan sebelumnya sekaligus merupakan jawaban dari permasalahan yang ada serta berisi saran-saran yang diberikan kepada obyek penelitian tentang hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rekayasa Nilai Salah satu teknik yang terkenal dan memiliki potensi keberhasilan cukup besar dalam mengendalikan biaya adalah rekayasa nilai (value engineering). Metode ini menggunakan pendekatan dengan menganalisis nilai terhadap fungsinya. Proses yang ditempuh adalah menekankan pengurangan biaya sejauh mungkin dengan tetap memelihara kualitas serta reliabilitas yang di inginkan. Konsep rekayasa nilai di kembangkan pada awal perang dunia II oleh Lawrence D. Miles (purchasing manager) tahun 1947 dari perusahaan General Electric–USA, sewaktu melayani keperluan peralatan perang dalam jumlah yang besar. Di tujukan pertama–tama untuk mencari biaya yang ekonomis bagi suatu produk, pada saat itu mengalami kesulitan untuk mendapatkan asbes (suatu bahan tahan api), kemudian muncul gagasan apakah fungsi asbes tersebut bisa digantikan oleh sejenis kertas yang sulit terbakar. Dari hasil penelitiannya ternyata asbes bisa digantikan oleh kertas yang sulit terbakar.
2.1.1. Perkembangan Rekayasa Nilai ( RN ) a. Tahun 1954 departemen pertahanan USA memperkenalkan konsep rekayasa nilai. Pada saat itu departemen pertahanan USA harus membeli peralatan/persenjataan yang lebih baik dengan anggaran yang sangat terbatas b. Selanjutnya dalam Armed Service Procurement Regulation yang di keluarkan oleh departemen pertahanaan USA setiap pihak yang terikat kontrak harus menerapkan konsep rekayasa nilai c. Tahun 1959 Society of American Value Engineering (SAVE) didirikan d. Tahun 1960 rekayasa nilai di perkenalkan di Jepang dan menjelang tahun 1964 telah diterapkan oleh lebih dari 100 perusahaan e. Tahun 1965 didirikan Society of Japanese Value Engineering
f. Tahun 1970 rekayasa nilai di sebarluaskan di Eropa, khususnya di Jerman Barat dimana rekayasa nilai di standarisir menjadi DIN standard g. Di Indonesia aplikasi rekayasa nilai pertama kali di terapkan di departement
pekerjaan
umum
tahun
1973
yaitu
pada
saat
pembangunan jalan layang lawang di Jakarta.
2.1.2. Pengertian Rekayasa Nilai Ada beberapa definisi tentang rekayasa nilai antara lain : a. Rekayasa nilai adalah suatu pendekatan yang bersifat kreatif dan sistematis dengan tujuan untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak diperlukan b. Rekayasa nilai merupakan suatu penerapan yang sistematis dari sejumlah teknik untuk mengidentifikasikan fungsi–fungsi suatu benda atau jasa denagn memberi
nilai
terhadap
masing–masing
fungsi
yang
ada
serta
mengembangkan sejumlah alternatif yang memungkinkan tercapainya fungsi tersebut dengan biaya total maximum c. Rekayasa nilai adalah usaha yang sistematis yang diarahkan untuk mencapai keseimbangan fungsional terbaik antara biaya, kendala dan penampilan dari suatu sistem atau produk. d. Rekayasa nilai adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan mengaplikasikan suatu teknik yang telah di akui yaitu teknik meng identifikasi fungsi produk atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan dengan harga yang terendah (paling ekonomis). Dengan kata lain, rekayasa nilai bermaksud memberikan sesuatu yang optimal bagi sejumlah uang yang di keluarkan dengan memakai teknik yang sistematis untuk menganalisis dan mengendalikan total biaya produk. Rekayasa nilai akan membantu membedakan dan memisahkan antara yang di perlukan dan yang tidak diperlukan dimana dapat di kembangkan alternatif yang memenuhi keperluan dengan biaya terendah.
2.2. Cost Reduction Lewat Pendekatan Value Engineering/Rekayasa Nilai Prinsip penurunan biaya dalam konsep rekayasa nilai yaitu menggunakan pendekatan yang terpusat pada desain dan membutuhkan waktu untuk mencapai hasil nyata lewat analisis fungsi dan desain kembali produk. Keberhasilan penurunan biaya lewat rekayasa nilai membutuhkan keseimbangan pendekatan rekayasa nilai yang tepat dengan berbagai teknik rekayasa nilai lainnya dan juga jenis teknologi dari produk.
2.2.1. Pendekatan Berorientasi Konsumen Nilai (value) adalah sesuatu yang di terapkan oleh konsumen yang memakai produk atau jasa. Produk dibeli atas dasar kegunaannya atau fungsinya, dengan kata lain konsumen membayar bukan sekedar bendanya tetapi untuk performasi yang diharapkan, bila suatu produk yang di beli tidak nyaman dipakai atau mudah rusak barang tersebut tidak mempunyai nilai (valueles). Awal proses penyelesaian masalah dengan rekayasa nilai adalah memikirkan jenis nilai atau fungsi apa yang dibutuhkan untuk suatu produk. Rekayasa nilai berusaha memenuhi menemukan fungsi yang diminta oleh konsumen dengan biaya yang lebih rendah.
Anggaran
Biaya + Profit
Harga Pasar
Produk Jasa
Fungsi
Kompas
Menunjuk Arah
Kulkas
Menjaga Suhu
Menyimpan makanan
Tape
Memutar kaset
Mendengarkan musik
( Konsumen )
Kebutuhan Keinginan Mengetahui arah
( Manufaktur )
Gambar 2.1. Contoh Pendekatan yang Berorientasi Pada Konsumen
2.2.2. Pendekatan Berorientasi Pada Fungsi
Profit bisa ditambah dengan cara menaikkan harga produk, meningkatkan volume penjualan, mengurangi biaya produk. Karena persaingan yang ketat menaikkan harga produk sulit diterapkan. Meningkatkan volume penjualan atas dasar penurunan biaya lewat produksi massal juga terbatas. Alternatif yang dimungkinkan adalah mengurangi biaya produk, pengurangan biaya produk yang terdiri dari ongkos bahan dan biaya tenaga kerja lewat analisis konvensional tidak akan memberikan hasil yang memadai. Konsep rekayasa nilai menggunakan pendekatan fungsional untuk manghadapi keadaan tersebut. Biaya produk dikelompokkan menjadi : 1. Biaya utama (primary cost) yaitu biaya yang diperlikan untuk menegakkan fungsi utama (primary function) dari suatu produk 2. Biaya yang diperlukan untuk melakukan fungsi sekunder. Fungsi–fungsi sekunder terdiri dari fungsi–fungsi yang dituntut oleh para pemakai dan yang ditambahkan oleh konsep desain guna mencapai fungsi–fungsi utama, selain itu masih banyak fungsi yang tidak perlu diberikan untuk spesifikasi–spesifikasi yang berlebihan, misalnya faktor keselamatan yang berlebihan atau selera (preferensi) para perancang. Dengan adaptasi pendekatan berorientasi fungsi, pertama–tama rekayasa nilai membuang fungsi–fungsi yang tidak diperlukan kemudian dapat ditiadakan dengan merubah konsep desain (termasuk penggantian material, proses produksi, metode inspeksi, transportasi dan lain–lain). Pendekatan berorientasi fungsi meliputi definisi, pendekatan kembali dan evaluasi fungsi–fungsi dari produk, komponen yang merupakan ciri utama rekayasa nilai. Target biaya bisa dicapai lewat ide–ide cerdik dan ukuran yang kongkrit.
Harga Pasar
Profit
Produksi
Ditentukan Oleh Pasar
Direncanakan Oleh Manufaktur
Biaya Yang Ditargetkan
Gambar 2.2. Hubungan antara Biaya produksi dengan Harga pasar.
2.3. Apa Yang Disebut Nilai (Value) Ada beberapa macam nilai (value) : 1. Esteem Value/Nilai Kebanggaan Adalah suatu nilai yang ditentukan oleh besarnya pengeluaran (price) untuk mencapai suatu keinginan (desire) dalam sutu proyek. Esteem Value ( V ) =
desire( D ) price( P)
Tinggi rendahnya keinginan sangat subjektif, tiap individu tidak sama, oleh karena itu nilai sulit ditangani rekayasa nilai. 2. Use Value/Nilai Guna Nilai pakai ditentukan oleh besarnya biaya yang diperlukan untuk mencapai fungsi suatu produk. Bila nilai produk bisa dicapai dengan biaya murah, maka dikatakan produk bernilai tinggi. Use Value ( V ) =
Fungsi ( F ) Cost (C )
3. Cost Value/Nilai Biaya Nilai ini merupakan jumlah biaya material. Ongkos personil, biaya overhead dll yang diperlukan untuk memproduksi dan menjual produk 4. Exchange Value/Nilai Tukar Nilai yang dihasilkan karena membandingkan produk yang satu dengan produk lain. Nilai (Value) dapat dirumuskan sebagai ratio (perbandingan) antara performasi yang ditampilkan oleh suatu fungsi terhadap biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan fungsi. Value =
Performance Biaya
Dimana : Performance
= keuntungan manfaat yang diperoleh dari fungsi– fungsi atau produk
Biaya
= biaya total yang dikeluarkan untuk mendapatkan semua fungsi yang diinginkan.
Dalam lingkungan industri pengertian nilai adalah use value, esteem value dan cost value yang merupakan gabungan dari keduanya. Total nilai suatu produk merupakan jumlah use value dan esteem value. Use value terkait dengan aspek fungsional, sedangkan esteem value berkaitan dengan penampilan, keindahan suatu produk.
2.4. Peningkatan Nilai (Value) Dalam VE Suatu produk dibeli karena fungsinya, dan nilai suatu produk ditentukan oleh fungsi dan biaya. Value (V) =
Fungsi ( F ) Biaya(C )
Bila dua produk mempunyai fungsi yang sama. Produk dengan biaya lebih rendah mempunyai nilai yang lebih tinggi. Bila biaya sama dialokasikan ke tiap produk. Produk yang mempunyai fungsi lebih baik akan mempunyai nilai yang lebih tinggi. Ada beberapa cara untuk menambah nilai :
Biaya
Fungsi
1. Turun
Konstan
F/C F
Nilai Bertambah
C 2. Konstan
Naik
F
Bertambah
3. Naik
Naik
C
Bertambah
F C 4. Turun
Bertambah
Naik F
5. Turun
Turun
C
Tidak terpakai
F
dalam
C
Nilai
Rekayasa
2.5. Teknik Rekayasa Nilai Agar rekayasa nilai memperoleh hasil yang diharapkan perlu digunakan teknik–teknik yang didasarkan atas pengertian bahwa rekayasa nilai banyak berurusan langsung dengan sikap dan perilaku manusia, juga dengan masalah– masalah pengambilan keputusan dan pemecahan persoalan. Teknik ini terutama digunakan untuk pekerjaan desain–engineering pada awal proyek, dimana para ahli semula berpendapat bahwa proyek tersebut sudah merupakan alternatif yang terbaik. Diantara teknik–teknik mengenai rekayasa nilai, teknik yang terpenting adalah sebagai berikut : 1. Bekerja atas dasar spesifik Mengarahkan analisis persoalan kepada bagian–bagian atau area yang spesifik. Pilih suatu area tertentu untuk dipelajari secara mendalam, konsentrasikan kepada persoalan ini sampai menjumpai inti masalah, kemudian disusun suatu usulan atau alternatif. Usulan yang bersifat umum akan mudah dibantah atau disanggah. Sebaliknya bila masalah khusus didukung oleh fakta–fakta akan mengundang tanggapan yang positif
2. Dapatkan informasi dari sumber terbaik
Tidak mudah mengetahui dan mendapatkan sumber informasi yang tepat dan terbaik. Untuk maksud tersebut diusahakan dari berbagai sumber, kemudian dikaji dan disaring. Dewasa ini, dengan tingkat perkembangan ilmu dan teknologi yang demikian tinggi, para spesialislah yang dianggap mengetahui hal yang bersifat khusus. Oleh karena itu, mereka dapat dianggap sebagai sumber terbaik untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan 3. Hubungan antar manusia Sama bobotnya dengan penguasaan aspek teknis, keberhasilan program rekayasa nilai tergantung pengertian dasar hubungan antar–manusia, bagaimana bekerjasama dengan semua pihak yang ikut berperan. Pentingnya hubungan tersebut tergantung dari besarnya ketergantungan terhadap masing– masing pihak. Dalam kegiatan rekayasa nilai, derajat ketergantungan relatif tinggi, sehingga penguasaan hubungan yang baik akan menentukan keberhasilan program rekayasa nilai. Misalnya adalah sebagai berikut : •
Pada tahap informasi, mutu informasi tergantung atas sikap dan kerjasama dari nara sumber
•
Pada tahap spekulasi, gagasan–gagasan yang baik akan muncul dari mereka yang termotivasi dengan adanya program
4. Kerjasama tim Oleh karena sifat rekayasa nilai memerlukan usaha dari berbagai pihak, maka proses rekayasa nilai dilakukan oleh suatu tim. Menyusun suatu tim rekayasa nilai yang dapat bekerja sama pentingnya dengan proses rekayasa itu sendiri. Dalam hal ini minimal 4 kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu disiplin yang diwakili oleh peranan, jumlah anggota dan kompetensi masing–masing anggota yang bersangkutan. Jenis obyek (masalah) menentukan komposisi disiplin yang diserahi tugas untuk menanganinya. Bila tim ini rekayasa nilai disusun dari tenaga–tenaga dalam perusahaan yang bersangkutan (bukan dari konsultan) umumnya komposisi tersebut terdiri dari hal–hal berikut ini : •
Mereka yang memiliki masalah
•
Mereka yang ditugaskan memecahkan masalah
•
Mereka yang terkena dampak pemecahan masalah
Bila tidak diikutsertakan, seringkali butir terakhir kurang mendukung realitas hasil–hasil usulan tim, bila usulan tersebut kurang menarik bagi bidangnya. 5. Mengatasi rintangan Rintangan merupakan hal yang tidak asing dalam proses menuju kemajuan. Misalnya, usaha melakukan perubahan pekerjaan sehari–hari yang telah terbiasa dalam kurun waktu yang lama, umumnya akan mengalami tantangan atau hambatan. Untuk menghadapinya prosedur rekayasa nilali disusun sebagai berikut : •
Dikaji apakah rintangan kemungkinan besar akan terjadi atau hanya imajinasi
•
Bila kemungkinan besar akan terjadi, rintangan dianalisis lebih jauh dan ditentukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Pengkajian yang sistematis dan seksama dengan mengklarifikasi jenis dan
sebab rintangan, akan mempermudah mengambil langkah–langkah untuk mengatasinya.
2.6. Rencana Kerja Rekayasa Nilai Rencana kerja rekayasa nilai yang lazim digunakan terdiri dari 5 (lima) tahap (standart five job plan), yaitu : 1. Tahap informasi 2. Tahap kreatifitas 3. Tahap evaluasi/analisa 4. Tahap pengembangan 5. Tahap presentasi Meskipun rencana kerja rekayasa nilai dipisahkan dalam 5 tahapan berbeda, dalam kenyataannya cenderung untuk bergabung dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
1
2
3
4
5
Gambar 2.3. Hubungan antara tahapan rencana kerja rekayasa nilai Keterangan gambar : 1. Tahap informasi 2. Tahap kreatifitas 3. Tahap evaluasi/analisa 4. Tahap pengembangan 5. Tahap presentasi
1. Tahap Informasi Tahap informasi bertujuan untuk memperoleh suatu pengertian–pengertian menyeluruh terhadap system, struktur atau bagian–bagian yang diteliti. Pada tahap ini, informasi ditentukan dan dikelompokkan sesuai dengan jenis dan kebutuhannya. Jenis–jenis informasi yang dibutuhkan antara lain : a. Latar belakang proyek atau deskripisi masalah b. Orang–orang yang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi (catatan konsultasi) c. Buku–buku atau referensi yang dibutuhkan sebagai informasi (catatan dokumen) d. Desain yang ada (gambar dan penghitungannya) e. Biaya rancangan semula
f. Rencana kerja dan syarat–syarat proyek g. Kriteria–kriteria yang dipakai untuk menghitung performasi 2. Tahap Kreatif Tujuan dari tahap ini untuk menghasilkan berbagai alternatif yang memenuhi fungsi utama (performasi produk). Kreatifitas seseorang sangat berperan dalam mendapatkan alternatif-alternatif yang dibutuhkan suatu ide kreatif biasanya dapat membawa ide–ide baru lainnya, ide bisa berupa : a. Ide asli b. Perbaikan terhadap suatu ide c. Kombinasi beberapa ide d. Pemakaian analogi 3. Tahap Evaluasi/Analisa Tujuan dari tahap ini adalah mengevaluasi alternatif–alternatif yang dihasilkan pada tahap kreatifitas, pada tahap ini akan diteliti kelebihan dan kekurangan dari setiap alternatif 4. Tahap Pengembangan Tujuan dari tahap pengembangan yaitu mengembangkan desain usulan dari rekayasa nilai, desain usulan dapat berupa prototype, mode atau gambar. Langkah–langkah yang dilakukan pada tahap pengembangan ini adalah : a. Mengembangkan desain awal dan desain usulan b. Membandingkan desain c. Mendiskusikan
keuntungan
dan
kerugian
dari
desain
yang
direkomendasikan d. Mendiskusikan implikasi dan keuntungan dalam pelaksanaan desain yang dikombinasikan. 5. Tahap Presentasi Tujuan dari tahap presentasi adalah menyajikan hasil yang telah dikembangkan secara lengkap. Presentasi bertujuan untuk menyajikan pengambilan keputusan, bahwa alternatif yang direkomendasikan merupakan alternatif terbaik yang menguntungkan.
Faktor–faktor yang perlu diperhatikan pada saat presentasi adalah : a. Mengkomunikasikan hasil rekayasa nilai secara efektif dengan 3, menggunakan audio atau visual yang menarik minat ditinjolkan b. Menentukan issue pokok yang perlu ditonjolkan c. Memperhatikan komposisi dan latar belakang audience d. Menyampaikan masalah dalam bahasa audience
2.7. Metode Fast FAST (Function Analysis System Technique) adalah teknik menyusun diagram secara sistematis untuk mengidentifikasikan fungsi–fungsi dan menggambarkan kaitan antara fungsi–fungsi tersebut. Fungsi dinyatakan sebagai gabungan antara kata kerja dan kata benda. Misalnya : menahan beban. Beberapa istilah yang dipergunkan pada metode FAST : 1. Fungsi utama Fungsi ini merupakan fungsi bebas yang menggambarkan kegiatan utama yang harus ditampilkan system. Tanpa fungsi ini system akan kehilangan identitas. 2. Fungsi bebas Fungsi ini keberadaannya tidak tergantung pada fungsi–fungsi lain dan bisa berupa fungsi utama atau fungsi sekunder. 3. Fungsi ikutan Fungsi ini juga disebut fungsi sekunder dan keberadaannya tergantung dari fungsi lain yang lebih tinggi tingkatannya 4. Fungsi jalur kritis Fungsi jalur kritis adalah semua fungsi yang secara berurutan menjelaskan bagaimana (how) dari fungsi lain pada urutan tersebut. 5. Fungsi pendukung Fungsi ini diadakan untuk meningkatkan penampilan dari fungsi–fungsi pada jalur kritis.
6. Fungsi tingkat tinggi Fungsi ini berada pada bagian paling kiri diagram FAST. Fungsi dasar merupakan fungsi tingkat tertinggi yang berada dalam batas lingkup masalah. 7. Fungsi tingkat rendah Fungsi ini berada pada bagian paling kanan dari fungsi lain pada diagram FAST. 8. Lingkup masalah Lingkup masalah adalah batas–batas pembahasan dari masalah yang dihadapi. Pada diagram FAST lingkup masalah ditujukan sebagai daerah yang dibatasi dua garis vertikal yang masing–masing berbatasan dengan fungsi tingkat tinggi dan fungsi tingakt rendah. Diagarm FAST disusun berdasarkan hierarki fungsi, fungsi tingkat tinggi diletakkan sebelah kiri sedangkan fungsi tingkat rendah diletakkan di sebelah kanan. Pembuatan diagram FAST biasanya dimulai dari fungsi dasar yang telah ditentukan sebelumnya. Fungsi dasar berada dalam lingkup masalah yang akan dibahas, sedangkan fungsi tingkat rendah di luar batas lingkup masalah. Fungsi– fungsi di luar batas lingkup masalah merupakan suatu keadaan yang harus diterima. Pada diagram FAST ruang lingkup masalah ditujukan sebagai daerah yang di batasi oleh dua garis vertikal yang masing–masing berbatasan dengan fungsi tingkat tinggi dan fungsi tingkat rendah, penyusunan fungsi–fungsi dalam diagram FAST dilakukan dengan menggunakan dua buah pertanyaan yaitu : bagaimana (how) dan mengapa (why).
How
Why Fungsi yang terjadi setiap saat
Fungsi tingkat tertinggi
Fungsi primer
Fungsi sekunder
Fungsi sekunder
Fungsi pendukung
Fungsi pendukung
Fungsi pendukung
Fungsi tingkat rendah
Fungsi pendukung
Lingkup masalah
Gambar 2.4. Diagram FAST (Function analysis system technique)
2.8. Model AHP The Analytical Hierarchy Process, yang selanjutnya disebut AHP, adalah salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang ada pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah yang komplek dan tidak terstruktur dipecah kedalam kelompok-kelompoknya dan kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Perbedaan mencolok antara model AHP dengan model pengambilan keputusan lainnya terletak pada jenis inputnya. Model-model yang sudah ada
umumnya memakai input yang kuantitatif atau berasal dari data skunder. Otomatis, model tersebut hanya dapat mengolah hal-hal kuantitatif pula. Model AHP memakai persepsi manusia yang dianggap ‘ekspert’ sebagai input utamanya. Kriteria ‘ekspert’ disini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah jenius, pintar, bergelar doctor dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Karena menggunakan input yang kualitatif (persepsi manusia) maka model ini dapat mengolah juga hal-hal kualitatif disamping hal-hal yang kuantitatif. Pengukuran hal-hal kualitatif, seperti telah dijelaskan diatas, menjadi hal yang sangat penting mengingat makin kompleksnya permasalahan di dunia luar dan tingkat ketidakpastian yang makin tinggi. Sebagai contoh, pengukuran kerugian akibat polusi tidak sepenuhmya dapat dihitung secara kuantitatif karena ada hal-hal yang masih sulit diukur. Apabila hal-hal tersebut diabaikan, ada kemungkinan terjadi kesalahan besar dalam pengukuran dampak polusi meskipun mungkin juga tingkat kesalahannya tidak terlalu besar. Dengan model AHP, pengukuran kerugian akibat polusi tersebut dilakukan secara menyeluruh lewat persepsi seseorang yang mengerti benar permasalahan tersebut. Dalam penilaiannya, orang tersebut akan memperhitungkan juga hal-hal yang tidak bisa diukur tadi disamping hal-hal yang bisa diukur. Jadi bisa jadi dikatakan bahwa model AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif, memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif sekaligus. Kelebihan lain model AHP dibandingkan model pengambilan keputusan lainnya
terletak
pada
kemampuannya
memecahkan
masalah
yang
‘multiobjectives’ dan ‘multicriteria’. Kebanyakan model yang sudah ada memakai ‘single objectives’ dengan ‘multicriteria’. Model ‘Linier Programing’, misalnya, memakai satu tujuan dengan banyak kendala (kriteria). Kelebihan model AHP ini lebih disebabkan oleh fleksibilitasnya yang tinggi terutama dalam pembuatan hirarkinya. Sifat fleksibel tersebut membuat model AHP dapat menangkap beberapa tujuan dan beberapa kriteria sekaligus dalam sebuah model atau sebuah hirarki. Bahkan model tersebut bisa juga memecahkan masalah yang mempunyai
tujuan-tujuan yang saling berlawanan dalam sebuah model karenanya, keputusan yang dilahirkan dari model AHP tersebut sudah akan memperhitungkan berbagai tujuan dan berbagai kriteria-kriteria yang berbeda-beda atau bahkan saling bertentangan satu sama lain. Dengan kondisi tersebut, maka model AHP dapat pula dipergunakan secara fleksibel dalam artian mempunyai bentuk hirarki yang fleksibel. Masalah-masalah seperti konflik, perencanaan, proyeksi, alokasi sumber daya adalah beberapa dari banyak masalah yang dapat diselesaiakan dengan baik oleh model AHP. Di samping kelebihan-kelebihan yang dimiliknya, model AHP tidak luput dari beberapa kelemahan yang dapat berakibat fatal. Ketergantungan model ini pada input berupa persepsi seorang ekspert akan membuat hasil akhir dari model ini menjadi tidak ada artinya apabila si ekspert memberikan penilaian yang keliru. Kondisi ini ditambah dengan belum adanya kriteria yang jelas untuk seorang ekspert, membuat orang sering ragu-ragu dalam menanggapi solusi yang dihasilkan model ini. Kebanyakan orang akan bertanya apakh persepsi dari seseorang ekspert itu dapat mewakili kepentingan orang banyak atau tidak dan apakah si responden tersebut pantas dianggap ekspert atau tidak. Keragu-raguan seperti ini tidak lain diakibatkan oleh kenyataan bahwa setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda dengan orang lain. Karenanya untuk membuat model AHP ini diterima masyarakat perlu diberikan kriteria dan batasan tegas dari seorang ekspert serta meyakinkan masyarakat untuk menganggap bahwa persepsi si ekspert itu dapat mewakili pendapat masyarakat, paling tidak sebagian besar masyarakat. Kelemahan lain, yang sebenarnya bisa disebut kelebihan, dari model AHP terletak pada bentuknya sendiri yang terlihat sangat sederhana. Bagi para pengambil keputusan yang terbiasa dengan model-model kuantitatif yang rumit akan menganggap bahwa bentuk model AHP yang terlihat sedehana bukanlah model yang cocok untuk pengambilan keputusan. Pendapat mereka, semakin semakin rumit suatu model dan semakin banyak perhitungan yang dilakukan, makin tinggi keakuratan model tersebut tanpa mereka sadari bahwa model yang rumit tadi belum menyingguang hal-hal yang kuantitatif. Berdasarkan kelemahan
ini sebenarnya model AHP juga menunjukkan kelebihannya. Untuk para pengambil keputusan tingkat tinggi yang biasanya adalah orang-orang sibuk, model AHP dapat dengan cepat dimengerti dan apabila mereka ingin malakukan simulasi adanya perubahan pada salah satu elemen, maka dengan mudah dapat dilakukan analisa sensitivitas. Satu keunggulan lagi dari model AHP, apabila dikaitkan dengan kepentingan politik suatu negara, adalah sifatnya yang demokratis. Dalam proses perencanaan pembangunan, seringkali masyarakat merasa diabaikan perannya dan keinginannya sehingga semua rencana pembangunan yang disusun lewat proses pembuatan hirarki dan pengisian kuesioner bersama-sama aparat pemerintah. Melalui cara ini, diharapkan persepsi masyarakat dapat dimengerti pemerintah dan diperhitungkan dalam perencanaan pembangunan. Sehingga pada akhirnya pembangunan tidak hanya bersifat ‘top-down’ tetapi juga ‘bottom-up’.
2.9. Mesin Sanding Mesin sanding merupakan salah satu mesin penghalus yang sangat perlu/penting digunakan di pabrik pembuatan mebel khususnya. Mesin ini biasanya digunakan untuk menghaluskan permukaan-permukaan kayu/mebel yang kurang halus/rata. Ada dua jenis cara bekerja yang ada pada mesin sanding ini, antara lain : 1. Dengan menggunakan compressor 2. Dengan menggunakan listrik Mesin ini juga memiliki alat bantu yang lain berupa amplas atau biasa disebut juga dengan sebutan kertas gosok. Kertas gosok tersebut yang membantu kinerja mesin sanding untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang berupa penghalusan pada bagian-bagian yang ada pada produk mebel pada khususnya. Mesin ini juga bisa diatur mengenai kecepatan yang sesuai dengen jenis pekerjaan yang dilakukan pada bagian produksi meubel.
Gambar 2.5. Mesin Sanding Dynabrade
Gambar 2.6. Mesin Sanding Dynisher
Gambar 2.7. Mesin Sanding Dynabrade
2.10. Penelitian-penelitian Yang Relevan Fanani Riza Judul :
Pemilihan Mesin Power Press Dengan Metode Value Engineering Dan Analytical Hyerarchi Process (Studi kasus di PT. INDOSPRING, Tbk Gresik)
Abstrak
:
Dalam era globalisasi seperti ini, semakin banyak perusahaanperusahaan yang bersaing dalam dunia perindustrian khususnya yang berhubungan dengan produk mesin, mulai dari mesin yang memiliki performance sederhana sampai yang terbaik. Harga dari produk tersebut juga bermacam-macam mulai dari yang murah sampai dengan yang mahal. Dengan mutu, kualitas produk yang berbeda-beda maka konsumen harus pandai-pandai dalam menilai dan memilih produk yang handal. Karena banyak perusahaan yang mempromosikan produknya dengan selogan-selogan, sehingga membuat konsumen tertarik untuk membelinya. Pada penelitian ini, bertujuan untuk mencari dan menganalisa beberapa alternatif yang bisa untuk dijadikan ukuran dalam memilih mesin Power Press yang handal dan murah. Pemilihan merk disini ada tiga jenis merk antara lain Shinto, Chin Fong, Taiho. Dari ketiga jenis merk ini akan dipilih merk mana yang memiliki kualitas paling baik. Dari hasil perhitungan yang didapat, maka merk mesin yang dipilih adalah Chin Fong karena mesin ini sedikit lebih mahal dan dapat menghemat pada biaya pemeliharaan dan biaya daya listrik yang diperlukan sebesar 300 watt. Apabila dibandingkan dengan alternatifalternatif yang lain (nilainya 1, 0,99) memiliki nilai (value) yang tertinggi yaitu sebesar 1,07. Nasir Achmad Judul :
Pemilihan Air Compressor Yang Mempunyai Value Terbaik Dengan Pendekatan Value Engineering
Abstrak
: Mengingat kondisi persaingan produk air compressor yang semakin
keras
dewasa
ini,
perusahaan
berkonsentrasi
untuk
menghasilkan produk yang berkualitas dan harga yang bersaing. Dari permasalahan diatas, bagaimanapun kualitas produk dan harga yang bersaing tergantung pada kondisi dan akomodasi dari seluruh kebutuhan konsumen. Metodologi yang akan di pakai memantapkan produk adalah teknik rekayasa nilai (value engineering). Dengan teknik ini akan memunculkan pola kreatifitas terhadap solusi permaslahan yang sedang dihadapi dengan menuangkan kebutuhan-kebutuhan konsumen sebagai dasarnya, di kaitkan dengan desain kajian bersaing.
Dari hasil analisis teknik rekayasa nilai (value engineering) yang didalamnya mendiskripsikan kriteria-kriteria yang berhubungan dengan kualitas produk air compressor, tingkat kepentingan, dan kepuasan konsumen terhadap kriteria-kriteria tersebut, yang meliputi kriteria tekanan udara, kemudahan spare part, kehandalan dan biaya pemeliharaan terjangkau. Keempat kriteria ini akan dipakai dalam menentukan nilai performansi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian merupakan proses yang panjang, berawal dari minat untuk mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya menjadi gagasan, konseptualisasi dan seterusnya. Tiap tahap merupakan penentuan tahap berikutnya karena itu harus dilaksanakan secara cermat, kritikal dan sistematis. Bab ini memberikan gambaran mengenai langkah–langkah penelitian yang sistematik sehingga akan memudahkan dalam melaksanakan penelitian itu sendiri. Selanjutnya dari setiap tahapan yang akan dijabarkan satu persatu untuk menjelaskan prosedur ilmiah yang ditempuh untuk memberikan panduan dan arahan bagi peneliti untuk melaksanakan prosedur penelitian agar sesuai dengan tujuan penelitian. Tahap–tahap penelitian tugas akhir ini tampak pada gambar 3.2.
3.1. Kerangka Penelitian Dalam memecahkan suatu masalah, khususnya permasalahan yang penulis ketengahkan ini perlu adanya suatu kerangka penelitian sebagai pegangan dalam menyelesaikan masalah yang ada, mulai dari awal hingga akhir penyelesainya.
Kerangka penelitian ini berguna mempermudah bagi penulis untuk menyelesaikan masalah yang ada, karena sudah adanya alur yang jelas mengenai bagaimana yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum mengerjakan tahapan penelitian yang lain. Untuk memperjelas uraian diatas maka penulis membuat kerangka penelitian sebagai berikut :
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Masalah
Study Literatur
Study Lapangan
Identifikasi Variabel Penelitian
Pengumpulan Data Kualitatif dan Data Kuantitatif
Penentuan Data dan Pengolahan Data
Pengolah data standart five phase job plan : 1. Tahap informasi 2. Tahap kreatifitas 3. Tahap evaluasi/analisa 4. Tahap pengembangan 5. Tahap presentasi
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran Gambar 3.1. Kerangka Penelitian
3.1.1. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan study pustaka dilakukan identifikasi variabel yang nantinya akan menjadi dasar acuan bagi langkah–langkah penelitian yang selanjutnya : a. Karakteristik keinginan dan harapan konsumen (voice of customer) terhadap produk mesin sanding b. Karakteristik komponen atau spare part berdasarkan persepsi pelanggan c. Harga beli, rekayasa nilai berusaha menekankan pengeluaran seoptimal mungkin dengan tetap memelihara kualitas serta rehabilitas yang diinginkan
3.1.2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode riset lapangan yaitu : dengan cara terjun langsung pada sasaran penelitian untuk melihat keadaan sebenarnya, metode dalam riset lapangan ini adalah : a. Metode wawancara Dilakukan dengan mengadakan tanya jawab pada para ahli dan para pemakai produk mesin sanding b. Metode Observasi langsung Yaitu : Dengan mencatat dan mengamati langsung semua kegiatan yang ada.
c. Metode Angket Yaitu : Dengan cara menyebarkan angket ke responden yang telah ditentukan sebelumnya.
3.1.3. Penentuan Data Dalam menentukan data, rekayasa nilai menggunakan metode delphi, metode ini merupakan cara sistematis untuk mendapatkan keputusan bersama dari suatu tim yang terdiri dari para ahli dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda. Tim ini tidak bertemu secara bersamaan dalam suatu forum untuk berdiskusi tetapi mereka di minta pendapatnya secara terpisah dan tidak boleh saling berunding. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendapat yang bias karena pengaruh kelompok pendapat yang berbeda secara signifikan dari ahli yang lain dalam tim tersebut akan ditanyakan lagi kepada yang bersangkutan sehingga akhirnya di peroleh angka estimasi pada interval tertentu yang dapat di terima.
3.1.4. Pengolahan Data Setelah data–data yang diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
mengolah
data
tersebut.
Untuk
memecahkan
masalah
dengan
menggunakan metode rekayasa nilai (value engineering). Dengan metode ini diharapkan akan memperoleh nilai yang lebih baik dengan performasi yang tinggi dan biaya yang rendah, untuk lebih jelasnya di lihat pada flow chart pemecahan masalah.
Identifikasi Masalah
Tahap Informasi Perumusan Masalah
Analisa fungsi
Identifikasi komponen
mesin sanding
mesin sanding
Pengumpulan data dan informasi
Tahap Kreatifitas
Pembuatan diagram fast di
mesin sanding
Memunculkan alternatif jenis-jenis mesin sanding
Menentukan alternatif pilihan mesin sanding
Menetukan kriteria mesin sanding pilihan
Tahap Evaluasi
Analisa keuntungan & kerugiaan dari setiap
mesin sanding
Analisa matriks
Tahap Pengembang
Menentukan bobot kriteria
Evaluasi
Analisa biaya alternatif terpilih & alternatif awal
Perhitungan value
Pemilihan alternatif terbaik berdasarkan value tertinggi Gambaran alternatif terbaik
Tahap Presentasi Presentasi alternatif terbaik kesimpulan
Gambar 3.2. Flow Chart Pemecahan Masalah
Adapun keterangan langkah–langkah atau tahapan dalam proses rekayasa nilai adalah sebagai berikut : A. Tahap Persiapan Dalam tahap ini tujuan–tujuan penelitian akan dibahas secara gamblang sekaligus akan memuat berbagai macam referensi sebagai sumber perolehan data yang akurat. Identifier data diperlukan guna mensinyalir adanya ketidaksesuaian antara teori dan kenyataan di lapangan, selain itu juga identifikasi dalam pengumpulan data merupakan hal pokok sebagai metode dalam perolehan data.
B. Tahap informasi Tahap ini merupakan tahap awal rencana kerja lima tahap dimana pada tahap ini akan dibahas hal–hal yang berkaitan dengan mesin sanding dengan jalan menggali semua informasi dan data yang dibutuhkan berdasarkan pertanyaan– pertanyaan kunci pada rencana kerja rekayasa nilai. Pembahasan akan dilakukan pada produk mesin sanding untuk memilih alternatif yang terbaik. Dipilihnya obyek penelitian ini disebabkan karena mengingat pentingnya mesin sanding yang mempunyai peran penting dalam hal pertanian khususnya dalam bidang penggairan.
C. Tahap Kreatif Dalam tahap ini akan di munculkan sebanyak mungkin alternatif. Alternatif mesin sanding yang selanjutnya alternatif tersebut akan di seleksi untuk mendapatkan alternatif yang potensial untuk dilakukan penghematan biaya. Pengambilan alternatif mesin sanding berdasarkan hasil penelitian lapangan dimana semua jenis mesin sanding yang didapat, diambil sebagai alternatif pilihan.
D. Tahap Analisa Pada tahap analisa akan dilakukan analisa terhadap alternatif–alternatif mesin sanding yang muncul. Analisa tersebut meliputi analisa keuntungan dan kerugian dari tiap–tiap alternatif yang diusulkan.
Adapun para ahli yang bertindak sebagai responden adalah : a. Penggunaan / pemakai mesin sanding b. Tukang servis / mekanik c. Para ahli di bidang mesin sanding d. Para dealer dari masing–masing jenis mesin sanding yang diambil sebagai alternatif yang diusulkan. Pada tahap ini akan diberikan kuisioner yang berisikan pertanyaan tentang tingkat prioritas kriteria dan memilih tingkat prioritas kriteria dan memilih tingkat kepentingan berdasarkan tingkat prioritas yang telah di pilih. 1. Penentuan tingkat kepentingan untuk setiap kriteria Pada tahap ini responden diminta untuk memilih tingkat kepentingan yang diinginkan untuk tiap–tiap alternatif mesin sanding yang di ambil dengan jalan memberikan pendapat sesuai dengan bidang ilmu serta kenyataan–kenyataan di lapangan. 2. Analisa keuntungan dan kerugian Berdasarkan data penilaian untuk penentuan tingkat prioritas kriteria dan data penentuan tingkat kepentingan untuk setiap alternatif, maka dapat di analisa keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif 3. Perhitungan matriks kelayakan Tujuan dilakukannya perhitungan dengan menggunakan matriks kelayakan adalah untuk menyeleksi alternatif–alternatif yang diambil agar lebih memenuhi tujuan yang diinginkan 4. Matriks evaluasi Pada analisa evaluasi akan dilakukan analisa terhadap beberapa alternatif terpilih yang di ambil berdasarkan urutan rangking terbaik yang telah dihasilakn pada matriks kelayakan. Pada matriks evaluasi ini di ambil sebanyak lima terbaik dan di tambah alternatif awal yang telah di tetapkan sebelumnya. Pada analisa matriks evaluasikan di gunakan lima kriteria sebagai bahan pertimbangan di dalam memberikan penilaian.
Cara penilaian yang dilakukan pada matriks evaluasi dengan kriteria yang diambil terhadap alternatif–alternatif yang dipilih adalah sebagai berikut. •
Sangat baik di konversikan dengan angka ( 5 )
•
Baik di konversikan dengan angka ( 4 )
•
Cukup di konversikan dengan angka ( 3 )
•
Kurang di konversikan dengan angka ( 2 )
•
Sangat kurang di konversikan dengan angka ( 1 )
5. Pembobotan kriteria Pembobotan kriteria di lakukan denagn menggunakan metode perbandingan berpasangan
atau
Analitic
Hierarki
Process
berdasarkan
tingkat
kepentingannya. 6. Perhitungan performasi Perhitungan performasi di peroleh dari perhitungan alternatif–alternatif yang dipilih dengan nilai pembobotan tiap–tiap kriteria.
E. Tahap Pengembangan Pada tahap pengembangan akan dilakukan analisa biaya dan pengitungan value dengan menggunakan nilai performasi yang diperoleh dari hasil analisa dengan menggunakan matriks kelayakan untuk setiap alternatif terpilih dan alternatif awal. 1. Analisa biaya Dalam analisa biaya akan dilakukan perhitungan terhadap semua biaya yang di keluarkan atau yang dutuhkan. Perhitungan analisa biaya tersebut meliputi : •
Biaya operasi
•
Biaya pemeliharaan
2. Penentuan nilai Berdasarkan hasil analisa pada tahap sebelumnya di peroleh nilai performasi : Biaya operasi dan biaya pemeliharaan, maka nilai tersebut akan dibandingkan sehingga di peroleh suatu nilai (value) sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan alternatif mesin sanding yang terbaik. Perhitungan nilai di tentukan dengan rumus :
Di mana : V = nilai ( value )
V=P C
P = performasi C = biaya ( cost )
Nilai P merupakan angka besaran, maka perlu di konversikan menjadi satuan biaya, pengkonversian di peroleh dengan melakukan perbandingan alternatif awal dengan ke – n yaitu : Vo = Vn Di mana : Vo = Nilai (value) alternatif awal
Po = Pn Co Cn
Vn = Nilai (value) alternatif ke – n
Cn = Pn / Co
Po = Performasi alternatif awal Pn = Performasi alternatif ke – n
Po Cn = Pn =C’n
Co = Biaya alternatif awal
Cn
Cn = Biaya alternatif ke – n
Cn
C’n = Performasi alternatif ke – n dalam rupiah F. Tahap Presentasi Tahap presentasi merupakan tahap terakhir dari pada rencana kerja rekayasa nilai, dimana pada tahap ini akan di presentasikan alternatif terbaik yang di pilih serta akan di sajikan laporan lengkap hasil evaluasi yang memperlihatkan kelebihan–kelebihan dan keuntungan–keuntungan dari alternaif tersebut.