BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Internet merupakan jaringan yang terhubung melalui komputer dan berfungsi untuk berbagi informasi (Mark Briggs 2010:11). Dengan banyaknya orang yang mau berbagi informasi, maka kita dapat mencari informasi apa saja yang ingin kita ketahui dengan menggunakan internet. Jadi tidak berlebihan yang dikatakan oleh Stanley J. Baran dalam bukunya Introduction to Mass Media (2009) bahwa internet telah mengubah wajah dunia, sehingga internet muncul sebagai media yang kuat pengaruhnya Awal mulanya internet ditemukan pada akhir 1960-an oleh Advanced Research Projects Agency (ARPA) yang merupakan bagian dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dan pertama kali dinamakan sebagai ARPANET (Pearson, 2009:10). Menurut John Vivian dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2008) istilah internet dan web sering dipakai bergantian untuk menyebut hal yang sama, dan menyebabkan kerancuan makna. Yang maksud dengan internet di sini adalah jaringan dasar yang membawa pesan. Sedangkan web dimengerti sebagai sruktur kode-kode yang mengizinkan pertukaran pesan yang bukan hanya berupa antarteks, tetapi juga grafis, video, dan audio. Menurut Scott Gant (2007: 24), web sangat berpengaruh terhadap kegiatan jurnalistik dikarenakan tiga karakteristiknya. Yaitu, pertama, akses yang mudah dan tidak mahal. Kedua, tidak ada aturan dalam akses dan penggunaannya dan bahkan sebagian besar tidak dibatasi oleh aturan pemerintah maupun kelangkaan fisik. Ketiga, tidak seperti inovasi komunikasi sebelumnya, dengan web dapat terjadi interaksi antara sekumpulan orang dengan sekumpulan orang lainnya, tidak hanya satu orang ke satu orang.
Web telah menciptakan pasokan yang besar dalam berbagi informasi dan gagasan dengan khalayak luas. Menurut Scott Gant (2007: 25), jenis web yang sekarang ini banyak digunakan untuk mempublikasikan berbagai macam informasi adalah "weblog" (biasanya disingkat menjadi "blog"). Publikasi berbasis web ini terdiri dari artikel yang di-posting secara periodik (biasanya diatur dalam urutan kronologis terbalik). Meskipun blog telah ada sejak sekitar tahun 1992, namun jumlah pengguna blog baru mulai meningkat pada tahun 1999, ketika perangkat lunak untuk blogging beredar secara luas. Menurut Onggo dalam Awondatu (2008), majalah TIME edisi 2004, menjuluki 2005 merupakan era keemasan blogging, artinya begitu banyak orang yang memanfaatkan blog, dan fenomena ini terus berkembang sampai sekarang. Dalam Jurnal “Bridging the Gap: A Genre Analysis of Weblogs” (2004), Herring, dkk mengatakan bahwa blog bisa menjadi populer karena membuat blog itu mudah dengan biaya terjangkau untuk mencakup khalayak luas, dan juga karena blog lebih bersifat fleksibel dan interaktif dibandingkan dengan format publikasi sebelumnya seperti media cetak atau media digital lainnya. Membuat blog dikatakan mudah karena membuat blog sama seperti menulis buku diari sendiri. Apa yang mau kita tulis dan bagaimana gaya bahasanya, penulisnya bisa mengatur sendiri dalam blog. Kita juga dapat membuat blog kapan saja dan dimana saja. Umpan balik dari pembaca juga dapat kita terima secara langsung. Menurut Pearson (2008), munculnya blog telah mendorong terciptanya citizen journalism, yang memungkinkan siapa saja untuk menjadi jurnalis. Blog telah menjadi sumber berita yang signifikan. Beberapa orang berpendapat bahwa jurnalisme yang partisipatif ini akan mengurangi adanya bias dari media arus utama, atau setidaknya membuat bias-bias tersebut bertambah jelas dengan pandangan yang berbeda-beda. Blog telah memberikan suara bagi semua orang yang memiliki akses pada komputer dan internet, dan menciptakan demokrasi yang lebih langsung. Sama seperti televisi dan radio yang memiliki kecepatan
dalam memberikan informasi melebihi koran, blog juga telah menjadi media berita yang cepat sekaligus mendalam. Dalam artikelnya yang berjudul Mumbai, Jurnalisme, dan Masa Depan Internet di www.kompas.com tahun 2008, Ninok Leksono mengulas tentang salah satu praktik jurnalisme warga yang aktual, yaitu peran Arun Shanbhag saat terjadi aksi teror di Taj Mahal Palace and Tower di Mumbai, India. Shanbhag sendiri adalah asisten profesor di Harvard Medical School di Boston, yang hari itu kebetulan sedang berada di Mumbai. Menyaksikan kejadian itu secara langsung, ia pun terpanggil untuk berbagi informasi. Lalu, ia mengabarkan melalui Twitter bagaimana ia mendengar suara rentetan tembakan dari senapan, dan mengunggah foto-foto yang ia buat dalam blog pribadinya. Informasi yang dikirim oleh jurnalis warga ini diakui perannya dalam menyebarluaskan peristiwa tersebut kepada dunia luar ini, khususnya ketika informasi resmi dari pemerintah dan media arus utama masih menaksir seberapa luas skala serangan bersenjata itu. Informasi tersebut mungkin cuma sedikit, namun informasi yang sedikit, seperti yang disebutkan guru besar Graduate School of Journalism Columbia University Sreenath Sreenivasan dalam artikel Ninok Leksono (2008) lebih baik sedikit daripada tidak ada informasi sama sekali. Sebelum kasus Mumbai di atas, terdapat juga fenomena blog yang sempat menghebohkan masyarakat Amerika Serikat. Dalam bab pendahuluan buku Blogging, Citizenship, and the Future of Media yang disunting Mark Tremayne (2007), diceritakan mengenai kasus Jack, anak laki-laki berumur 16 tahun, yang mengaku kepada kedua orang tuanya bahwa ia seorang homoseksual. Namun orang tua Jack tidak bisa menerima pengakuan anaknya tersebut, kemudian ia mengirim Jack ke semacam camp rehabilitasi pemuda. Jack marah atas perbuatan orang tuanya. Ia kemudian meluapkan emosinya ke sebuah jurnal pribadinya yang merupakan blog di jejaring sosial Myspace.com dimana semua orang dapat mengakses atau melihat blog-nya.
Di dalam blognya Jack menuliskan semua luapan emosinya dan bagaimana orang tuanya memperlakukan dia. Sebelum era blog ada, mungkin kasus seperti ini hanya akan diketahui oleh orang-orang terdekat Jack saja, namun dalam era blog sekarang Jack memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melihat kehidupan pribadinya. Dalam satu hari tulisan jack yang di-posting di blog-nya, pasca dikirimnya ia ke camp pemuda, mulai menyebar melalui blogsphere, dan akhirnya kasus ini memicu demonstrasi massa, penyelidikan oleh negara, dan liputan media internasional. Menurut Herring et al, dalam bab pendahuluan buku “Blogging, Citizenship, and the Future of Media” (2007), dari kasus Jack tersebut dapat dilihat keterkaitan blog dengan media massa. Kaitan yang kuat antara blog dengan media dapat dilihat dari cepatnya suatu berita tersebar. Dalam dua hari kasus Jack sudah menyebar di 70 blog dan mendapatkan perhatian media massa. Sedangkan sebaliknya blog dan media massa dianggap tidak saling terkait dikarenakan kasus seperti Jack ini jarang dan tidak setiap hari media massa tradisional memberikan perhatian terhadap kisah yang berasal dari sebuah blog . Selain di Amerika fenomena seputar blog juga terjadi di Indonesia. Blog memiliki berbagai pengaruh, ada yang menjadi kontroversial dan ada juga yang dapat membuat orang menjadi terkenal karena tulisannya di blog. Salah satu contoh tulisan blog yang menuai kontroversi di Indonesia adalah postingan Chappy Hakim dalam blog yang beralamat di http://kompasiana.com. Menurut Pepih dalam kata pengantaranya di buku Chappy Hakim berjudul Cat Rambut Orang Yahudi (2009), postingan Chappy Hakim itu menjadi polemik di antara para blogger pengunjung Kompasiana. Layaknya polemik ada yang mendukung ada juga yang menentang habis-habisan. Salah satu penentang tulisan itu antara lain menyebutkan postingan Chappy tidak berdasar karena sumber referensinya yang tidak jelas. Postingan yang berjudul provokatif “Mengapa Orang Yahudi Banyak yang Pintar?” telah dibaca oleh 12.380 orang dan menuai 164 komentar. Postingan
tentang pola, perilaku, dan kebiasaan orang-orang Yahudi dalam segala hal itu sempat bertengger di urutan pertama postingan yang paling banyak ditanggapi. Chappy Hakim sempat risih dan berniat menghapus postingannya tentang Yahudi di Kompasiana. Menurut Pepih dalam ulasannya di buku Chappy tersebut, ia tidak terbiasa dengan menghadapi kultur pembaca blog berbasis web 2.0 yang interaktif ini karena Chappy sebelumnya adalah mantan Kepala Staf Angkatan Udara. Sisi lain efek blogging dapat kita lihat dari fenomena blog yang ditulis oleh Raditya Dika. Blog yang ditulis dalam format jenaka ini disukai oleh banyak orang. Salah satu buktinya adalah tulisan-tulisan dalam blog-nya sekarang sudah diterbitkan menjadi buku. Dalam artikel “Raditya Dika, Antara Jenuh dan Gelisah untuk Terus Menulis” di www.detik.com yang ditulis oleh Herianto Batubara (2011), sejak itu Raditya Dika boleh dibilang menjadi penulis buku komedi yang paling laris di Indonesia saat ini. Tidak hanya Raditya Dika, blog tentang perjalanan wisata yang berjudul Naked-Traveler yang ditulis oleh seorang wanita bernama Trinity juga mengalami hal yang sama. Dalam artikel “Dream Job = Travel Writer” yang ditulis Dini dalam Kompas.com (2009), dikatakan bahwa Trinity sekarang menjadi terkenal dan telah membukukan blog-nya dengan judul The Naked-Traveler. Dalam websitenya Naked-Traveler, selain menjadi penulis, Trinity juga sering diundang untuk menjadi pembicara di berbagai seminar, dan juga menjadi editor in chief dalam
majalah
wisata
Venture.
Kepopuleran
Trinity
karena
blog
NakedTravelernya dapat dilihat pada jumlah follower di twitter sebanyak 44.436 per tanggal 27 Mei 2012 dan jumlah friends dalam facebook sebanyak 4881 per tanggal 27 Mei 2012. Dengan adanya internet, mencari informasi mengenai suatu tempat wisata menjadi mudah. Melalui mesin pencari di internet kita dapat mencari informasi yang kita inginkan tersebut hanya dengan mengetik kata kuncinya saja. Seperti yang dikatakan Mark Briggs (2010: 9), adanya teknologi dapat menjadi efektif jika digunakan secara maksimal, dan orang telah melakukan itu sekarang ini
dengan e-mail dan web dimana setiap orang dapat mencari informasi dengan mudah dan dengan konsisten. Selain itu, siapa saja dapat memilih informasi yang ingin diketahui sesuai dengan kebutuhannya. Informasi mengenai perjalanan wisata dapat ditemukan dimana-mana. Sudah banyak sekarang ini buku-buku yang mengulas tentang suatu tempat, selain itu informasi wisata juga terdapat di beberapa rubrik majalah dan koran, programprogram televisi dan agen perjalanan. Namun sekarang ini semua itu bisa jadi terlalu efektif sejak adanya internet. Salah satu cara mencari informasi wisata di internet adalah dengan mengakses blog perjalanan wisata atau travel blog. Dengan mencari informasi melalui blog, dapat diketahui ulasan tentang daerah yang dicari berdasarkan pengalaman penulis. Contoh travel blog di Indonesia adalah Naked Traveler, Artson Travelpedia, My journey, Ransel Kecil, dan Hifatlobrain. Namun setiap travel blog itu berbeda, sebab semua itu tergantung dari bagaimana penulis blog mengulas perjalanan, mendisain, dan juga mengoperasikan blog mereka. Dari sekian banyak travel blog dan blogger-nya di dunia, penelitian mengangkat blog naked-traveler dengan Trinity sebagai bloggernya untuk dijadikan studi kasus dalam meneliti karakteristik travel blog dan travel blogger Indonesia. Trinity, penulis blog Naked-Traveler, adalah seorang perempuan yang mempunyai hobi menulis dan jalan-jalan sejak kecil. Ia menggunakan blog sebagai alat dokumentasi perjalanannya. Trinity telah menjelajahi 46 negara di dunia dan akan terus bertambah (www.naked-traveler.com). Di tahun 2006, Trinity menerima e-mail dari beberapa penerbit yang tertarik untuk menjadikan blog Naked-Traveler menjadi sebuah buku. Bersama Bentang Pustaka, Trinity menerbitkan buku pertamanya di bulan Juni 2007. Buku berjudul, ”The NakedTraveler: Catatan Seorang Backpacker Wanita Indonesia Keliling Dunia”, terdiri dari 3 sekuel dan menjadi best seller travel book sampai saat ini. Penulis menjadikan Trinity dan blog Naked-Traveler sebagai studi kasus dalam penelitian ini karena Trinity merupakan “Indonesia Leading Travel Writer”.
Trinity juga memiliki kekhasan dalam penulisan yaitu kejujurannya dan salah satu yang membuat tulisannya menarik dibaca adalah karena keekstriman aktivitasnya dalam berwisata. Trinity sebagai blogger juga unik karena ia tidak terlalu interaktif dengan pembaca blognya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas, berikut rumusan masalahnya: a. Apa karakteristik Trinity sebagai blogger dengan Naked-Traveler-nya? b. Apa karakteristik travel blog Naked-Traveler? c. Apa karakteristik kegiatan menulis blog (blogging) Trinity dengan Naked-Traveler-nya? 1.3 Tujuan Penelitian Dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui karakteristik Trinity sebagai blogger dengan NakedTraveler-nya b. Mengetahui karakteristik travel blog Naked-Traveler c. Mengetahui karakteristik kegiatan menulis blog (blogging) Trinity dengan Naked-Traveler-nya
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada studi ilmu komunikasi khususnya di bidang jurnalistik yang berhubungan dengan blog melalui studi kasus. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan pengetahuan khusus mengenai karakteristik Trinity sebagai blogger dengan blog Naked-Traveler-nya
1.4.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan praktis kepada para blogger tentang bagaimana caranya menjadi travel blogger dan bereksistensi dengan travel blog yang dibuat dan dimiliki mereka. Selain itu diharapkan para blogger dapat mempelajari karakteristik travel blog dan unsur-unsur yang terdapat dalam travel blog naked-traveler.com milik Trinity yang membuatnya bisa terus bereksistensi paling tidak hingga saat penelitian ini dilakukan.