1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami kemajuan dalam segala aspek, baik dalam hal Proses Belajar Mengajar, kualitas dan kuantitas tenaga pendidik serta sarana dan prasarana penunjang pembelajaran. Ini disebabkan karena pemerintah mendukung dan memberikan perhatian lebih dalam dunia pendidikan dan juga memberikan keleluasaan kepada setiap sekolah untuk dapat mengembangkan kurikulum yang dapat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan sekolah tersebut. Landasan ini diperkuat dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 23 tahun 2006 yang mengatur tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Isi dari Peraturan Menteri ini mengatur: Satuan pendidikan dasar dan menengah (Satpendikdasmen)
mengembangkan
dan
menetapkan
kurikulum
sesuai
kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan, dapat lebih tinggi dari Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang telah diatur dalam Permendiknas No. 22 dan 23 tahun 2006. Pengembangan dan penetapan kurikulum memperhatikan panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan ditetakan oleh kepala satuan pendidikan setelah memperhatikan pertimbangan dari komite Sekolah/ Madrasah. Peraturan di atas ialah dasar yang menjadi acuan dalam dunia pendidikan untuk mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan sehinga sekolah mampu mencetak generasi muda yang diperlukan bangsa dewasa ini. Peraturan ini berlaku diseluruh Indonesia sehingga semua satpendikdasmen diwajibkan melaksanakan peraturan ini. Ketika peraturan ini dilaksanakan maka tenaga pendidik menyusun kompetensi dasar yang disusun berdasarkan standar kompetensi yang ada dalam peraturan pemerintah.
Setelah kurikulum terbentuk maka akan diturunkan
menjadi mata pelajaran yang akan akan diajarkan kepada siswa salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berhubungan dengan cara mencari
2
tahu tentang alam secara sistematis. Dimana IPA bukan saja mata pelajaran yang bertujuan untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.(BSNP, 2006). Dalam rangka menjawab tuntutan serta perkembangan dalam dunia pendidikan seperti tersebut diatas maka pembelajaran yang di lakukan di sekolah meliputi mata pelajaran eksakta (bidang ilmu tentang hal-hal yang bersifat konkret yang dapat diketahui dan diselidiki berdasarkan percobaan serta dapat dibuktikan dengan pasti) seperti Matematika dan IPA dan mata pelajaran non eksakta seperti Olahraga dan Muatan Lokal, begitu juga yang di lakukan di SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga yang merupakan SD Induk di Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga juga melaksanakan proses pembelajaran yang sama, tetapi selama ini di SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga proses belajar mengajar yang dilakukan guru belum menunjukkan hasil yang maksimal, terutama untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Di SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPA yang ditetapkan adalah 6,5 sementara itu terdapat 20 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM, sehingga KKM yang diinginkan tidak sesuai dengan yang ditetapkan. Hal ini disebabkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran tidak dapat melakukan berbagai macam kegiatan (seperti: pembagian kelompok hanya dilakukan berdasarkan teman sebangku). Selain itu, pengelolaan kelas sulit, misalnya: saat guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan sebuah soal, masih ada yang bermain sendiri. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran secara konvensional, hanya ceramah, diskusi interaktif antara guru dan siswa, pemberian tugas dan pengelompokan terbatas dengan teman sebangku. Berdasarkan observasi sebelum dilaksanakan penelitian siswa kelas V SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga dalam mengikuti pembelajaran menunjukan dari 30 siswa: kesiapan siswa dalam belajar (membawa buku-buku dan alat tulis pembelajaran) 6 siswa atau (20%), keaktifan dalam proses
3
pembelajaran (siswa yang merespon pertanyaan dari guru) 3 siswa atau (10%), bermain dan berbicara sendiri 9 siswa atau (30%), tidak mendengarkan instruksi guru untuk duduk 6 siswa atau (20%), dan yang tidak mendengarkan instruksi guru ketika membahas tugas kelompok 6 siswa atau (20%). Berdasarkan hasil observasi inilah penulis ingin menerapkan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yakni dengan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share yang dapat menggantikan pola pengajaran guru yang selama ini digunakan. Proses pembelajaran dikelas yang demikian akan mempengaruhi pemahaman konsep siswa terhadap materi belajar. Menurut (Bobbi Deporter 2001) mengemukakan bahwa agar efektif belajar dapat menyenangkan. Untuk membuat siswa menyenangi suatu mata pelajaran yang diajarkan, hendaknya siswa dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa. Berkaitan dengan permasalahan diatas, maka diupayakan untuk peningkatan hasil belajar melalui Pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share karena tipe ini siswa diminta untuk menyelesaikan sebuah soal secara mandiri terlebih dahulu kemudian dari temuan yang diperoleh secara mandiri tersebut siswa akan menggabungkan dengan temuan dari siswa lain yang memiliki soal yang sama. Setelah dipadukan maka siswa akan mempresentasikan di depan kelas. Dengan demikian dapat memaksimalkan keberanian berpendapat dan kreatifitas siswa dalam menjawab permasalah atau soal yang didapat dengan bantuan teman sebaya sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi. Selain itu juga dengan adanya share siswa juga dapat mendengar dan dapat memahami lebih lagi tentang materi yang dipelajari.
1.2 Identifikasi masalah Dari latar belakang masalah yang ada, peneliti mengidentifikasi masalah yang ada di SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga, terutama untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas V Semester II adalah sebagai berikut: 1. Metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran masih secara konvensional dengan menggunakan metode ceramah.
4
2. Siswa tidak dapat menyerap materi yang diajarkan secara optimal karena pada saat proses pembelajaran berlangsung kedisiplinan siswa berkurang seperti berbicara sendiri ketika pembelajaran berlangsung dengan dengan teman sebangku. 3. Siswa kurang diberi kesempatan dalam mengeksplor ide-ide dalam proses pembelajaran. 4. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) masih belum maksimal karena siswa kurang paham dengan materi yang disampaikan guru dan 20 siswa siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan pada masalah yang ada, maka perlu adanya pembatasan masalah agar pemahaman lebih terfokus. Untuk itu perlu dibatasi masalah yang akan diteliti. Penelitian ini dibatasi oleh permasalahan apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga.
1.4 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA kelas V Semester II di SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012.
1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
5
mata pelajaran IPA kelas V Semester II di SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012.
1.6
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, diantara yaitu: 1.6.1
Manfaat teoritis
Dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai upaya peningkatan hasil belajar IPA dengan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share melalui pembelajaran di luar kelas dan ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan pendidik atau guru dalam memberikan bimbingan terhadap anak didiknya.
1.6.2
Manfaat praktis
Diharapkan dari hasil penelitian ini menjadi masukan yang berarti bagi SD Mangunsari 01 Salatiga dalam Proses Belajar Mengajar terutama dalam pembelajaran IPA.