1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sulit dan abstrak menjadi aktivitas yang membosankan bagi sebagian siswa. Hal ini dapat dilihat dari situasi kelas yang ramai ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Keramaian mereka bukan karena sedang berdiskusi materi pelajaran, tetapi sedang menanti penuh harap jam pelajaran segera usai. Oleh karena itu guru harus cerdik merancang model pembelajaran IPA yang menarik dan merangsang rasa ingin tahu siswa (Rohman, 2010). Siswa merupakan subjek dalam kegiatan pembelajaran, juga merupakan individu dari latar belakang berbeda. Baik dari keluarga, ekonomi maupun lingkungan tempat tinggal siswa. Oleh sebab itu tingkat keberhasilan belajar siswa berbeda. Ada yang cepat menyerap materi, namun ada pula yang lambat menerima materi pelajaran. Kondisi ini adalah gambaran siswa Kelas V SDN Kasepuhan 02 ketika peneliti masih menggunakan metode konvensional (ceramah) dalam pembelajaran. Pada waktu guru menjelaskan materi pelajaran siswa nampak kurang bersemangat. Siswa kurang perhatian dan banyak yang tidak aktif. Selama proses pembelajaran komunikasi antar siswa masih kurang, apalagi dengan guru. Hasil belajar yang diperoleh juga relatif rendah. Dari 36 siswa yang mengikuti tes prasiklus, hanya 11 siswa (30,55%) yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70). Berarti ada 26 siswa (69,45%) yang masih di bawah KKM. Nilai ratarata kelas juga masih belum mencapai KKM, yaitu 56,67. Rendahnya hasil belajar di atas karena peneliti belum menggunakan metode yang tepat. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran,sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa kurang maksimal. Peneliti hanya menggunakan metode ceramah,dan tanya jawab. Akhirnya siswa kurang akif dalam pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru, dan siswa hanya sebagai pendengar saja dalam proses transfer pengetahuan. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dapat terwujud jika guru tepat dalam memilih metode pembelajaran. Salah satu metode yang tepat dalam pembelajaran IPA adalah pairs check. Pembelajaran IPA dengan metode pairs check dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat
1
2
kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif. Model pembelajaran kooperatif tipe Pairs Check adalah suatu model pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa untuk dapat bertanggungjawab dalam mengkoordinasi kelompoknya masing-masing dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam belajar sambil bermain sehingga membuat siswa dapat meningkatkan minat dan motivasi dalam proses belajar mengajar (Hakim,2011). Model pembelajaran yang pertama kali dikembangkan oleh Keagen (1993) ini bertumpu pada kerja kelompok kecil, berlawanan dengan pembelajaran klasikal (satu kelas penuh) dan terdiri dari beberapa tahapan yaitu: (1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan (2) Guru membentuk kelompok berpasangan (3) Satu orang bekerja menyelesaikan soal dan pasangannya bertugas sebagai tutor, memeriksa dan mengecek (4) Pemeriksa mengecek pekerjaan pasangannya, jika ada pertentangan diantara mereka, mereka boleh menanyakannya pada pasangan lain dalam kelompok (5) Jika pasangan setuju dengan jawaban, yang berarti benar, tutor memberi pujian (6) Pembelajar berganti peran dan mengulangi langkah 3 – 5. Pembelajar yang berperan sebagai tutor menjadi pemecah masalah (7) Jika jawaban benar, mereka sling berjabat tangan (8) Kelompok mempersentasekan hasil diskusi (9) guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling baik.. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktifitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar (Anni, 2004). Aspek penilaian hasil belajar dalam
3
KTSP dalam penelitian ini adalah aspek pemahaman konsep.
Pemahaman konsep
merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Harapan yang ingin dicapai setelah penelitian adalah terjadinya peningkatan hasil belajar IPA yang optimal. Nilai individu mencapai KKM sebesar 70,00 dan nilai rata-rata kelas 70,00. Persentase siswa yang dapat mencapai nilai KKM diharapkan meningkat menjadi 75 %. Di samping terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengalaman dan penguasaan teori baru bagi peneliti dalam mengembangkan model pembelajaran IPA, khususnya model pairs check berbantuan kartu pasangan. 1.2 Permasalahan Penelitian Permasalahan penelitian ini adalah adanya kesenjangan antara kondisi awal dan kondisi akhir yang diharapkan. Pada kondisi awal peneliti masih hanya menggunakan metode konvensional (ceramah) sehingga siswa kurang perhatian dan banyak yang tidak aktif. Selama proses pembelajaran komunikasi antar siswa masih kurang, apalagi dengan guru. Pada kondisi akhir diharapkan peneliti sudah menggunakan model pembelajaran pairs check berbantuan kartu pasangan sehingga pembelajaran lebih menarik dan siswa aktif dalam pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh juga relatif rendah, hanya ada 11 siswa (30,55%) yang dapat mencapai KKM. Nilai rata-rata kelas juga masih belum mencapai KKM, yaitu 56,67. Pada kondisi akhir diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar IPA menjadi 25 siswa (86,20 %) dapat mencapai KKM dan nilai rata-rata kelas menjadi 70,00. 1.3 Cara Pemecahan Masalah Berdasarkan permasalahan, maka dapat disusun cara pemecahan masalah dengan melakukan penelitian tindakan yang memuat planning, acting, observing, dan reflecting. Peneliti akan membatasi penelitian dengan dua variabel, yaitu satu variabel terikat dan satu variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran pairs check berbantuan kartu pasangan. Pembelajaran akan melibatkan siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Tindakan ini dilaksanakan pada saat dilakukan pembelajaran secara bersiklus.
4
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti menyusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan model pembelajaran pairs check berbantuan kartu pasangan dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Kasepuhan 02 Kabupaten Batang semester 1 tahun pelajaran 2013/2014? 2. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran pairs check berbantuan kartu pasangan dalam meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Kasepuhan 02 Kabupaten Batang semester 1 tahun pelajaran 2013/2014? 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran pairs check berbantuan kartu pasangan dalam meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Kasepuhan 02 Kabupaten Batang semester 1 tahun pelajaran 2013/2014. 2. Meningkatan hasil belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran pairs check berbantuan kartu pasangan pada siswa kelas V SDN Kasepuhan 02 Kabupaten Batang semester 1 tahun pelajaran 2013/2014. 1.5.2
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis 1) Memperoleh teori baru tentang penggunaan model pembelajaran pairs check berbantuan kartu pasangan untuk meningkatkan hasil belajar IPA. 2) Sebagai dasar penelitian selanjutnya b. Manfaat Praktis 1) Bagi Siswa a)
Memberikan pengalaman lain bagi siswa dan situasi pembelajaran yang lebih komunikatif.
b)
Meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik.
5
c)
Membantu siswa secara aktif, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
2) Bagi Peneliti a) Meningkatkan kemampuan profesional peneliti sehingga mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran. b) Memperbaiki pembelajaran yang dikelola. c)
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
3) Bagi Sekolah a) Membantu pengembangan sekolah melalui peningkatan kompetensi guru dan siswa. b) Menigkatkan daya saing sekolah.