BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Dalam
proses
pendidikan,
pengawasan
atau
supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (2009:19) menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. hakikat
pengawasan
substansinya. dimaksud
Burhanuddin Substansi
menunjuk
(2010:284)
memperjelas
pendidikan
pada
hakikat
pengawasan
pada
segenap
upaya
hakikat yang
bantuan
supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran.Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar
1
tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar. Persoalan yang muncul kemudian, bahwa guru yang diasumsikan telah memiliki kompetensi yang hanya berlandaskan
pada
asumsi
bahwa
mereka
telah
tersertifikasi, tampaknya dalam jangka panjang sulit untuk dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Bukti tersertifikasinya para guru adalah kondisi sekarang, yang secara umum merupakan kualitas sumber daya guru sesaat setelah sertifikasi. Oleh karena sertifikasi erat kaitannya dengan proses belajar, maka sertifikasi tidak bisa diasumsikan mencerminkan kompetensi yang unggul sepanjang hayat. Pasca sertifikasi seyogyanya merupakan tonggak awal bagi guru untuk selalu meningkatkan kompetensi dengan cara belajar sepanjang hayat. Untuk memfasilitasi peningkatan kompetensi guru, diperlukan manajemen pengembangan kompetensi guru. Hal ini perlu
dipikirkan
oleh
berbagai
pihak
yang
berkepentingan, karena peningkatan kompetensi guru merupakan indikator peningkatan profesionalitas guru itu sendiri. Pengawas
satuan
pendidikan
adalah
tenaga
kependidikan profesional berstatus PNS yang diangkat dan diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melaksanakan
2
pengawasan
akademik
dan
pengawasan
manajerial
melalui kegiatan pemantauan, penilaian, pembinaan, pelaporan dan tindak lanjut (Sujana, 2006: 28). Hal ini dilakukan
pengawas
disekolah
yang
merupakan
binaannya. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ditandaskan pada Pasal 55 ayat 1, Pengawasan satuan Pendidikan memiliki peran dan
tugas
untuk
pemantauan,
supervisi,
evaluasi,
pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan yang harus dilakukan secara teratur dan kesinambungan.
Lebih
lanjut pada Pasal 57 ditegaskan, bahwa tugas supervisi meliputi: Supervisi akademik dan manajerial terhadap keterlaksanaan
dan
ketercapaian
tujuan
pendidikan
disekolah. Selama ini profesi Pengawas Sekolah kurang mendapatkan dianggap
perhatian
sebagai
secara
tenaga
serius
kependidikan
dan
hanya
yang
sama
kedudukannya dengan tenaga kependidikan lainnya, sehingga relatif kurang mendapatkan perhatian dalam pengembangannya.
Bahkan
pembaharuan-pembaharuan
nyaris
tidak
pendidikan,
tersentuh
meskipun
ia
memiliki peran yang amat vital dalam mensukseskan pembaharuan
pendidikan
dan
peningkatan
mutu
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas tugas pokok dan fungsi pengawas
3
sekolah sehingga dapat sebagai tolak ukur dan acuan untuk membentuk karakter pengawas sekolah yang professional dan akuntabel (Depdiknas, 2006: 12). Masalah yang terjadi di lapangan masih banyak ditemukan
adanya
guru
yang
dalam
hasil
Ujian
Kompetensi Guru (UKG) dibawah nilai standar yang ditentukan,
yaitu
5,5.
Hal
tersebut
tentunya
menunjukkan kualitas tenaga kependidikan masih sangat kurang dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas, mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan
konsekuensinya,
adalah
guru
harus
mempersiapkan (merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif”. Hal ini berarti bahwa guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru
harus
mempersiapkan
(merencanakan)
segala
sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif. Terkait
dengan
tugas
dan
fungsi
pengawas,
Glickman menyatakan bahwa inti dari fungsi Supervisor adalah sebagai pengembang (developer), yang bertugas untuk (1) pendampingan langsung pelaksanaan tugas Kepala
Sekolah,
guru
dan
staf
sekolah,
(2)
mengembangkan kurikulum, (3) memberikan bimbingan
4
dan
pelatihan
komunikasi
(in-service
antarwarga
education),
sekolah,
(4)
menjalin
dan (5) mendorong
dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (action research) oleh guru (Hartoyo, 2006: 78). Salah satu bentuk kegiatan pengembangan yang sedang tren akhir-akhir ini adalah Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Hasil penelitian Jadmi Rahayu (2009) mengenai Peningkatan Kinerja Guru melalui Pelaksanaan In Houes Training oleh Pengawas menunjukkan bahwa, pengawas sekolah melaksanakan fungsi supervisi, baik supervisi akademik
maupun
supervisi
manajerial
yang
dapat
dilakukan salah satunya dengan In House Training. Melalui kegiatan IHT supervisi akademik yang berkenaan dengan
aspek
pembinaan
dan
pengembangan
kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran
dan
bimbingan
di
sekolah.
Seorang
pengawas untuk dapat melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya perlu melakukan pemahaman terlebih dahulu terhadap ketentuan mengenai tugas pokok dan fungsinya, sehingga dalam melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan urutan dan ketentuan. Pelaksanaan tugas harus urut karena pengawas memiliki peran yang amat besar dalam peningkatan mutu pendidikan. Hasil penelitian Maisyaroh (2001:52) mengenai Pelaksanaan
Supervisi
Klinis
untuk
Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran menunjukkan hasil bahwa dari
5
segi proses, apabila supervisor mampu melaksanakan kegiatan pembinaan akademik secara tepat, baik dalam tahap pendahuluan, observasi, maupun dalam umpan balik, maka akan memberikan dampak positif bagi kinerja guru. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, nampak
bahwa
pelaksanaan
supervisi
klinis
dapat
terselesaikan dengan lancar walaupun dengan waktu yang sangat terbatas karena kesibukan pribadi maupun kesibukan dari tugas sekolah. Suasana yang terbangun saat pertemuan berlangsung hangat dan kondusif pada pertemuan I (Siklus I) dan tegang pada pertemuan II (Siklus II). Situasi dan kondisi saat pelaksaan supervisi klinis dengan teknik rapat guru terlihat kondusif jika supervisor yang memberikan informasi tentang RPP serta memberikan umpan balik terhadap RPP yang dibuat tetapi suasana berubah menjadi tegang ketika subjek penelitian memaparkan permasalahannya. Berdasarkan observasi awal terhadap karir guru terutama dalam kemampuan menulis atau menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai salah satu komponen untuk meningkatkan karir guru masih sangat kurang, bahkan lebih cenderung menjadi hambatan bagi guru
di
Gugus
Hasanuddin
Kecamatan
Kedungjati.
Kemampuan guru dalam menulis atau menyusun PTK masih sangat rendah dikarenakan kekurangmengertian guru dengan strategi menulis, padahal mereka mengalami
6
hal-hal yang akan ditulis dalam sebuah PTK. Kondisi seperti tersebut di atas, tentu tidak boleh dibiarkan terus menerus. Pengawas Satuan Pendidikan sebagai tenaga kependidikan profesional memiliki tugas dan tanggung jawab serta kewenangan penuh untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada
sejumlah
satuan
pendidikan
tertentu
melalui
kegiatan pemantauan, penilaian, pembinaan pelaporan dan tindak lanjut.
Fungsi pengawasan akademik yang
dilakukan pengawas satuan pendidikan terhadap guru di sekolah
melalui
kegiatan
Pengembangan
Keprofesian
Berkelanjutan (PKB), yang difokuskan pada kemampuan guru menulis PTK. Secara spesifik, PKB dilakukan dengan tujuan untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam menulis dan menyusun sebuah penelitian tindakan. Dengan
berdasar
pada
uraian
diatas
maka
penelitian ini akan memfokuskan pada kegiatan PKB yang dilaksanakan
oleh
Pengawas
TK/SD/SDLB
meningkatkan
karir
guru
di
SD
UPTD
dalam
Pendidikan
Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Apakah
Pengembangan
Keprofesian
Berkelanjutan oleh pengawas dapat meningkatkan karir
7
guru terutama dalam menulis PTK di wilayah Gugus Hasanuddin Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan
dalam
penelitian
ini
adalah
untuk
meningkatkan karir guru khususnya dalam menyusun PTK di wilayah Gugus Hasanuddin Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan melalui Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan oleh pengawas.
1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian
ini
memberikan
manfaat
sebagai
berikut. 1.
Manfaat Teoritis a.
Sebagai kerangka acuan bagi pengawas untuk melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya.
b.
Diharapkan
hasil
penelitian
ini
sebagai
kerangka acuan untuk penelitian selanjutnya. 2.
Manfaat Praktis a.
Bagi sekolah Hasil penelitian ini memberikan referensi dan acuan untuk meningkatkan mutu sekolah.
b.
Bagi guru Sebagai bahan evaluasi diri guru dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menunjang proses belajar mengajar di sekolah.
8
c.
Bagi Administrasi Pendidikan Sebagai bahan masukan yang penting bagi penyelenggara pendidikan, khususnya Dinas Pendidikan memecahkan
dan
Kebudayaan
masalah
yang
dalam
upaya
terjadi
dalam
kegiatan pengawasan.
9
10